- Menteri Kehutanan mengklaim deforestasi nasional turun 23,01% menjadi 166.450 hektare per September 2025.
- Klaim penurunan deforestasi juga terjadi di Aceh, Sumut, dan Sumbar, sesuai paparan di Raker DPR Kamis (4/12/2025).
- Data lain menunjukkan ratusan ribu hektare lahan kritis dan perubahan tutupan hutan terjadi dalam DAS terdampak banjir.
Suara.com - Di tengah sorotan tajam publik terhadap bencana banjir dahsyat yang menerjang Sumatra, Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mengklaim laju kerusakan hutan atau deforestasi di tiga provinsi terdampak justru menunjukkan tren penurunan signifikan sepanjang tahun 2025.
Namun, di balik klaim positif tersebut, terungkap data lain dari paparan sang menteri, yakni adanya ratusan ribu hektare lahan kritis dan perubahan masif tutupan hutan di dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kini menjadi pusat bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Dalam Rapat Kerja (Raker) yang digelar bersama Komisi IV DPR RI di Jakarta pada hari Kamis (4/12/2025) ini, Raja Juli Antoni memaparkan bahwa angka deforestasi secara nasional berhasil ditekan. Angkanya turun 23,01 persen, dari 216.216 hektare pada 2024 menjadi 166.450 hektare per September 2025.
Ia menegaskan bahwa tren positif ini juga tercermin di wilayah-wilayah yang sedang dilanda banjir.
"Penurunan deforestasi tersebut juga teridentifikasi pada tiga provinsi terdampak banjir," kata Menhut Raja Juli Antoni.
Secara rinci, Kemenhut mencatat deforestasi di Aceh mengalami penurunan 10,04 persen, dari 11.228 hektare (periode 2023-2024) menjadi 10.100 hektare (periode 2024-September 2025).
Kondisi serupa diklaim terjadi di Sumatra Utara, di mana laju deforestasi turun 13,98 persen dari 7.141 hektare menjadi 6.142 hektare.
Sementara itu, Sumatra Barat mencatatkan penurunan 14 persen, dari 6.634 hektare menjadi 5.705 hektare pada periode yang sama.
Akan tetapi, paparan Menhut tidak berhenti di situ. Ia juga membuka data mengenai 'perubahan tutupan lahan' dari hutan menjadi non-hutan yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2019-2024) di dalam 31 DAS yang terdampak banjir.
Baca Juga: Solidaritas untuk Perantau Sumatra: Dari Seniman Gamping hingga Polda DIY Turun Tangan
Data inilah yang memberikan gambaran lebih utuh mengenai kondisi ekologis di hulu wilayah bencana.
Di Aceh, misalnya, dalam periode tersebut telah terjadi perubahan tutupan lahan seluas 21.476 hektare. Mirisnya, sebagian besar atau 12.159 hektare perubahan itu terjadi di dalam kawasan hutan negara.
Lebih mengkhawatirkan lagi, Kementerian Kehutanan mengidentifikasi adanya 217.301 hektare lahan dalam kategori kritis di dalam 31 DAS terdampak banjir di provinsi tersebut, atau mencakup 7,1 persen dari total area.
Pemandangan serupa terlihat di Sumatera Utara. Di 13 DAS yang terdampak banjir, terjadi perubahan tutupan lahan seluas 9.424 hektare selama 2019-2024.
Dari jumlah itu, 3.427 hektare berada di dalam kawasan hutan. Total lahan kritis di wilayah DAS terdampak di Sumut bahkan mencapai 207.482 hektare, atau setara dengan 14,7 persen dari total luasan DAS.
Sementara di Sumatera Barat, wilayah banjir yang berada di 13 DAS mencatatkan perubahan tutupan lahan seluas 1.821 hektare pada periode yang sama, dengan 1.444 hektare di antaranya terjadi di dalam kawasan hutan.