Lumpur Setinggi 2 Meter Mustahil Disingkirkan? Ini Solusi Manfaatkan Kayu Gelondongan Sisa Banjir

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:05 WIB
Lumpur Setinggi 2 Meter Mustahil Disingkirkan? Ini Solusi Manfaatkan Kayu Gelondongan Sisa Banjir
Foto udara menampilkan tumpukan kayu-kayu memenuhi area Pondok Pesantren Darul Mukhlishin pascabanjir bandang di Desa Tanjung Karang, Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Jumat (5/12/2025). [ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso]
Baca 10 detik
  • Arsitek urbanis Marco Kusumawijaya mendesak pemerintah segera amankan kayu sisa banjir di Sumatera dan Aceh.
  • Kayu gelondongan dan ranting sangat strategis untuk bahan bakar serta material rehabilitasi rumah korban bencana.
  • Kayu sisa bencana dapat digunakan sebagai cerucuk untuk memperkuat struktur bangunan di atas lapisan lumpur.
Kementerian ESDM mengirim tim untuk melakukan audit lingkungan bersama Kementerian LH di tambang emas Martabe yang dikelola PT Agincourt Resources, yang terafiliasi dengan PT Astra International (ASII) lewat PT United Tractors Tbk (UNTR). Foto: Bangunan di antara gelondongan kayu pascabencana banjir Sumatera di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Kamis (11/12/2025). [Antara]
Bangunan di antara gelondongan kayu pascabencana banjir Sumatera di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Kamis (11/12/2025). [Antara]

Menunggu pasokan material bangunan dari luar daerah dinilai tidak efisien karena infrastruktur jalan yang rusak parah. Karena itu, pemanfaatan sumber daya kayu lokal adalah solusi paling realistis.

Marco menyadari banyak pemerintah kabupaten kewalahan hingga "menyerah" karena ketiadaan dana dan alat berat. Namun, peran manajerial tetap bisa dilakukan.

“Makanya ada 6 atau 7 kabupaten menyerahkan kan gitu karena tidak punya alat, tidak punya dana, Tapi dia berjalan. Nah dia bisa melakukan pengelolaan ini,” kata Marco.

Ia menyarankan agar pemerintah memfasilitasi alat kerja sederhana agar warga bisa mengolah kayu tersebut secara mandiri.

“Limbah-limbah kayu ini. Jangan disebut limbah sebetulnya karena ini masih bisa dimanfaatkan, dikumpulkan, dipilah, lalu dibagikan kepada masyarakat. Dibantu dengan peralatan. Kirim gergaji, kirim kapak, kirim cangkul, kirim sekop,” tegasnya.

“Nah ini sekarang saat yang tepat gitu. Jadi sambil melakukan operasi tanggap darurat, ini bahan-bahan ini diselamatkan,” pungkas Marco.

Reporter: Dinda Pramesti

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI