- Dino Patti Djalal mengkritik Menlu Sugiono melalui Instagram sebab semua jalur komunikasi resmi efektif terblokir selama berbulan-bulan.
- Dino mendesak Menlu Sugiono lebih aktif memimpin Kemlu, intens berkomunikasi publik tentang politik luar negeri, dan terbuka.
- Kritik tersebut fokus meminta Menlu Sugiono melibatkan pemangku kepentingan dan bersikap terbuka bekerja sama dengan akar rumput diplomasi.
Suara.com - Dino Patti Djalal blak-blakan menyampaikan kritik terhadap kepemimpinan Sugiono di Kementerian Luar Negeri. Kritik disampaikan diplomat senior tersebut melalui akun media sosial Instagram miliknya.
Dino beralasan penyampaian kritik melalui akun Instagram dilakukan karena jalur komunikasi dengan Menteri Luar Negeri Sugiono terblokir.
"Saya mohon maaf komunikasi melalui sosial media namun saya tidak ada pilihan lain karena semua jalur komunikasi dengan Menlu Sugiono efektif terblokir selama berbulan-bulan dan kami tidak ingin hal ini terus berlangsung," kata Dino melalui akun @dinopattidjalal, dikutip Senin (22/12/2025).
Melalui videonya, Dino menyampaikan empat kritik. Utamanya, ia menegaskan agar Sugiono dapat lebih berperan aktif di Kemlu dan dapat berkomunikasi serta bekerja sama, serta terbuka kepada publik.
Kritik Pertama
"Pertama, mohon luangkan waktu lebih banyak untuk memimpin Kementerian Luar Negeri," kata Dino menyampaikan kritik pertamanya.
Dino menegaskan Kemlu saat ini sangat membutuhkan kepemimpinan. Menurutnya, idealnya Menlu Sugiono bisa hadir penuh waktu mengurus Kemlu.
"Tapi minimal 50 persen dan kalau bisa 80 persen, alhamdulillah," kata Dino.
Dino mengatakan Kementerian Luar Negeri seperti mobil Ferrari. Kemlu, kata Dino, merupakan salah satu lembaga terbaik di Indonesia yang penuh dengan talenta diplomat yang luar biasa. Menurutnya, mobil Ferrari hanya bisa berperforma jika dikendarai oleh pengemudi yang juga piawai dan fokus.
Dino mengungkapkan saat ini banyak KBRI yang tidak mendapat arahan dari pusat. Selain itu, rapat koordinasi para duta besar pun tertunda hampir setahun.
Baca Juga: Huawei Dorong Akselerasi Ekonomi Digital ASEAN Lewat Pelatihan Teknologi untuk 100 UKM
"Dan ketika terjadi pun para kepala perwakilan tidak banyak mendapat strategic direction," ujarnya.
Dino mengatakan banyak diplomat yang kinerjanya menurun karena anggaran dipotong drastis. Banyak diplomat juga mengalami demoralisasi dan merasa tidak terdorong untuk berinisiatif karena merasa tidak akan direspons dari atas.
Bahkan, tersiar kabar banyak duta besar yang sulit untuk bertemu Menlu Sugiono ketika mereka pulang ke Indonesia.
"Dan risikonya banyak kesempatan di tingkat tinggi yang tidak akan ada follow up-nya atau tidak ter-follow up dengan baik, dan juga ada risiko hubungan bilateral Indonesia dengan negara sahabat menjadi tidak berimbang dan lebih banyak dikendarai oleh mitra kita," kata Dino.
Dino mengingatkan hal itu tidak bisa terus-menerus dibiarkan. Sebab bila terus berlangsung maka Kemlu yang selama ini dikenal sebagai center of excellence lambat laun akan menjadi island of mediocrity.
"Masalah ini bisa dianggap sepi sekarang tapi meledak di kemudian hari atau lebih baik masalah-masalah ini dibenahi dari sekarang sehingga empat tahun ke depan Kementerian Luar Negeri bisa berjalan lebih baik dan ini mutlak membutuhkan leadership dari Menlu Sugiono," kata Dino.
"Saya dan komunitas hubungan internasional tidak mau Kemlu kita mengalami nasib yang sama dengan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat," sambungnya.
Kritik Kedua
Melalui kritik keduanya, Dino memohon agar Menlu Sugiono dapat berkomunikasi dengan publik mengenai langkah-langkah politik luar negeri Indonesia. Ia mengingatkan ilmu dari mantan Menteri Luar Negeri RI Ali Alatas bahwa foreign policy begins at home.
"Yang berarti segala langkah diplomasi di luar negeri akan percuma kalau tidak dijelaskan, dipahami, dan didukung publik di dalam negeri," kata Dino.
Dino mengambil contoh kehadiran Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang dalam waktu singkat menjadi populer dan dihormati publik. Sebabnya karena Purbaya rajin memberikan penjelasan mengenai kebijakan keuangan negara. Hal sebaliknya yang justru dilakukan Sugiono.
"Dalam satu tahun terakhir Menlu Sugiono belum pernah sekalipun memberikan policy speech baik di dalam maupun di luar negeri. Juga tidak pernah melakukan wawancara khusus dengan media mengenai substansi politik luar negeri baik di dalam maupun di luar negeri," kata Dino.
Selain itu, dalam satu tahun terakhir, Dino mengatakan jarang sekali ada penjelasan publik dari Menlu Sugiono mengenai langkah-langkah politik luar negeri Indonesia, selain pidato awal tahun yang telah menjadi tradisi Kementerian Luar Negeri.
"Kami tidak ingin melihat Menlu Sugiono mendapat predikat sebagai silent minister. Kami prihatin juga bahwa komunikasi Menlu Sugiono secara dominan dilakukan melalui Instagram yang penuh dengan foto dan video tapi tidak ada suaranya, dan kami juga melihat Menlu semakin menjauh dan semakin menutup pintu kepada publik untuk urusan hubungan internasional," kata Dino.
Dino mencatat tidak ada respons dari Menlu Sugiono terkait perhelatan Conference on Indonesian Foreign Policy, yang merupakan konferensi politik luar negeri terbesar di dunia, di mana ribuan pemuda dan mahasiswa Indonesia datang dari berbagai provinsi khusus untuk mendengar pembahasan mengenai politik luar negeri.
"Namun semua surat, telepon, WhatsApp, permohonan pertemuan dan lain sebagainya sama sekali tidak direspons oleh bapak Menlu Sugiono selama berbulan-bulan," kata Dino.
Padahal, berdasarkan pengalaman pribadinya, Dino mengatakan Menlu negara mana pun akan langsung membatalkan semua agenda lain untuk hadir dalam konferensi politik luar negeri di negara mereka.
"Apalagi sebesar ini, yang terbesar di dunia, mereka akan langsung membatalkan semua agenda lain untuk bertemu dan meladeni konstituen dalam negeri mereka," kata Dino.
Dino turut menyoroti ketidakhadiran Menlu Sugiono dalam ASEAN for the People Conference, yang merupakan inisiatif dari rakyat Indonesia sendiri.
"Kami ingin agar Menlu Sugiono dapat berubah dari Menlu yang absen menjadi Menlu yang hadir dalam urusan hubungan internasional di dalam negeri. Dan kami sungguh berharap dalam empat tahun ke depan Menlu Sugiono bisa secara rutin, kalau bisa setiap minggu, berkomunikasi dengan rakyat melalui pidato publik atau policy speech baik di dalam maupun di luar negeri karena itulah tugas utama seorang Menlu," tutur Dino.
"Kalau ini tetap tidak dilakukan maka Menlu dan Kemlu akan kehilangan wibawa dan kredibilitas dan akan dianggap remeh karena dalam dunia diplomasi ini yang paling unggul adalah mereka yang paling vokal dan persuasif," sambungnya.
Kritik Ketiga
Dino memohon Menlu Sugiono dapat melibatkan para pemangku kepentingan hubungan internasional baik yang mendukung maupun yang kritis. Menurutnya, sikap tersebut konsisten dengan prinsip pemerintah yang melayani rakyat dan dekat dengan rakyat.
"Sekarang ini kami sebagai konstituen hubungan internasional merasa Menlu Sugiono jauh sekali dari kami, tidak komunikatif, tidak responsif, tidak aksesibel, misalnya undangan terakhir dari berbagai ormas hubungan internasional kepada Menlu untuk berdialog dan menerima masukan dari mereka tidak pernah diladeni."
Dino menyayangkan sikap tersebut. Ia mengatakan pada 2029 nanti ia dan pihak lain sebagai konstituen politik luar negeri ingin sekali memberikan rapor yang bagus kepada Menlu Sugiono. Tapi hal itu tidak akan terjadi secara otomatis.
"Trust, respect, dan support from the stakeholders is something you have to earn. Dan asas yang selalu dipegang Menlu-menlu terdahulu adalah never burn your bridges karena kalau ada masalah nanti tidak ada orang yang akan membela Anda," kata Dino.
Kritik Keempat
Dino berharap Menlu Sugiono dapat bersikap terbuka untuk bekerja sama dengan akar rumput hubungan internasional.
"Saya paham tugas utama Menlu adalah untuk membantu Presiden tapi ini tidak berarti memunggungi rakyat. Bahkan dua hal ini sebetulnya saling mendukung. Kalau ada inisiatif dari ormas hubungan internasional kami berharap Menlu dapat responsif," kata Dino.
Dino mengingatkan jangan sampai ada kontradiksi di mana Menlu di forum internasional selalu menyerukan pentingnya kerja sama tapi dalam kenyataannya sangat susah sekali diajak kerja sama.
Ia mengatakan dalam dunia diplomasi inisiatif bisa datang dari pemerintah tapi juga bisa dari bawah, dari ormas, dan dari akar rumput.
"Alangkah indahnya kalau kita semua bisa bekerja sama dan bergotong royong. Jujurnya dari pengalaman saya berdiplomasi, gotong royong antara pemerintah dan ormas hubungan internasional inilah resep sukses dari politik luar negeri," kata Dino.
Dino menilai bila semua usulan dilakukan agar Menlu lebih banyak waktu memimpin Kemlu, menjelaskan politik luar negeri kepada publik, merangkul ormas-ormas hubungan internasional, dan terbuka pada uluran kerja sama dari masyarakat maka Sugiono akan menjadi Menlu yang cemerlang.
"Kalau semua ini tidak dilakukan maka Kementerian Luar Negeri akan redup, diplomasi Indonesia akan merosot dan Menlu Sugiono akan dicatat sejarah dengan nilai merah," tandasnya.