Melanggar Aturan Kehutanan, Perusahaan Tambang Ini Harus Bayar Denda Rp1,2 Triliun

Andi Ahmad S Suara.Com
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:59 WIB
Melanggar Aturan Kehutanan, Perusahaan Tambang Ini Harus Bayar Denda Rp1,2 Triliun
PT Toshida Indonesia, sebuah perusahaan tambang yang beroperasi di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, resmi dijatuhi sanksi administratif berupa denda fantastis sebesar Rp1,2 triliun [Ist]
Baca 10 detik

Satgas PKH menjatuhkan denda sebesar Rp1,2 triliun kepada PT Toshida Indonesia karena terbukti melakukan aktivitas pertambangan ilegal seluas 124,52 hektare di kawasan hutan Kabupaten Kolaka tanpa memiliki izin resmi pemerintah.

Aktivitas PT Toshida Indonesia melanggar undang-undang kehutanan sehingga dilakukan penyegelan lokasi. Langkah tegas ini diambil untuk menanggulangi kerusakan lingkungan yang signifikan serta memulihkan kerugian besar negara akibat pertambangan liar.

Pemerintah melalui Satgas PKH berkomitmen menindak tegas 71 perusahaan pelanggar aturan kehutanan. Pemberian sanksi administratif ini bertujuan memberikan efek jera sekaligus meningkatkan kepatuhan korporasi terhadap regulasi demi perlindungan hutan.

Suara.com - Menjelang penutup tahun 2025, langkah tegas penegakan hukum lingkungan kembali menjadi sorotan nasional. Pemerintah melalui Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH) memberikan hadiah pahit bagi korporasi yang terbukti merusak alam.

PT Toshida Indonesia, sebuah perusahaan tambang yang beroperasi di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, resmi dijatuhi sanksi administratif berupa denda fantastis sebesar Rp1,2 triliun.

Sanksi jumbo ini bukanlah tanpa alasan. Berdasarkan investigasi mendalam, perusahaan tersebut terbukti melakukan aktivitas pertambangan ilegal di dalam kawasan hutan tanpa mengantongi izin resmi yang dipersyaratkan negara.

Total area hutan yang telah dibabat mencapai luas 124,52 hektare, sebuah angka yang masif dan berdampak serius pada ekosistem setempat.

Tindakan Satgas PKH tidak berhenti di atas kertas. Tim di lapangan telah bergerak cepat melakukan penyegelan terhadap wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) milik PT Toshida Indonesia.

Pemasangan plang peringatan di lokasi kegiatan tambang menjadi simbol bahwa negara tidak main-main dalam menindak kejahatan kehutanan.

Dankorwil Satgas PKH Kolaka, Kolonel Romadhon, menegaskan bahwa denda administratif ini hanyalah permulaan. Proses hukum pidana masih sangat mungkin menanti perusahaan tersebut.

“Sanksi pasti ada. Itu merupakan kewenangan Satgas Gakkum dan Kejaksaan Agung. Kami di lapangan hanya bertugas memasang plang serta melakukan verifikasi teknis,” kata Kolonel Romadhon dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/12/2025).

Lebih lanjut, Romadhon menjelaskan bahwa aktivitas PT Toshida Indonesia telah menabrak dua regulasi vital, yakni Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan.

Baca Juga: Tak Terendus Kamera dan Influencer, Prabowo Bongkar Perlawanan 'Gila' Preman di Hutan

“Perusahaan yang melakukan aktivitas pertambangan di kawasan hutan tanpa izin resmi akan dikenakan sanksi administratif dan pidana,” tambahnya tegas.

Kasus PT Toshida Indonesia ternyata hanya puncak gunung es. Perusahaan ini tercatat sebagai salah satu dari 50 perusahaan tambang terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara yang terbukti melakukan aktivitas ilegal di kawasan hutan dan kini dikenai sanksi.

Satgas PKH memang tengah gencar melakukan bersih-bersih. Sebelumnya, Juru Bicara Satgas PKH, Barita Simanjuntak, mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan penagihan denda kepada puluhan korporasi nakal di sektor sawit dan tambang.

"Itu sudah dilakukan (penagihan denda), per hari ini terhadap 71 perusahaan korporasi, yang terdiri dari korporasi sawit dan tambang," ungkap Barita di Kejaksaan Agung beberapa waktu lalu.

Langkah ini diharapkan menjadi shock therapy bagi korporasi lain yang masih nekat mengeruk keuntungan dengan mengorbankan hutan lindung.

Kerusakan lingkungan di Sulawesi Tenggara akibat tambang ilegal telah mencapai titik yang mengkhawatirkan, menyebabkan kerugian negara yang besar dan potensi bencana ekologis bagi masyarakat sekitar.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI