Kebijakan Trump Bunuh Volvo, Sedan Mewahnya Resmi Pamit dari Pasar AS

Jum'at, 11 April 2025 | 16:06 WIB
Kebijakan Trump Bunuh Volvo, Sedan Mewahnya Resmi Pamit dari Pasar AS
Logo Volvo. [Shutterstock]

Suara.com - Siapa sangka, sebuah keputusan politik bisa mengubah nasib mobil sekelas Volvo S90? Kebijakan tarif impor 125 persen yang dikeluarkan Donald Trump bagaikan petir di siang bolong bagi industri otomotif, khususnya untuk produk-produk buatan China.

Dan kali ini, sedan premium kebanggaan Swedia menjadi salah satu korbannya.

Dilansir dari Automotive News, sebuah sedan mewah yang selama ini menjadi simbol kemewahan dan kecanggihan teknologi Skandinavia harus angkat kaki dari pasar Amerika Serikat.

Ironis memang, tapi itulah yang terjadi dengan Volvo S90. Model tahun 2025 akan menjadi "nyanyian swan" terakhirnya di negeri Paman Sam.

Meski dikenal dengan kualitas premium dan desain elegan khas Swedia, angka penjualan S90 terbilang memprihatinkan.

Hanya 1.364 unit yang berhasil mencari pemilik tahun lalu - angka yang terlalu kecil untuk membenarkan biaya produksi yang kini membengkak akibat tarif Trump. Namun seperti kata pepatah, di balik setiap krisis ada peluang. Volvo tidak tinggal diam.

Mereka dengan cerdik mengalihkan fokus ke lini SUV yang memang sudah menjadi primadona. XC-40, XC-60, dan XC-90 kini menjadi harapan baru untuk mempertahankan eksistensi merek berlambang besi ini di Amerika.

Yang menarik, Volvo juga punya "kartu as" bernama ES90 - sedan listrik nan canggih yang juga diproduksi di China.

Tapi dengan tarif yang mencekik, nasibnya kini bagaikan telur di ujung tanduk. Maka, Volvo mengambil langkah cerdas dengan mengoptimalkan pabrik mereka di Belgia dan Carolina Selatan.

Baca Juga: Rekomendasi Mobil Sedan Bekas Maret 2025: Harga Mulai Rp 100 Jutaan tapi Mewah Bukan Main

Pabrik Carolina Selatan sendiri bukan sembarang pabrik. Dengan kapasitas produksi 150.000 unit per tahun, fasilitas yang kini memproduksi EX-90 dan Polestar 3 ini menjadi benteng pertahanan Volvo di tengah badai kebijakan Trump.

Mengingat penjualan Volvo di AS tahun lalu mencapai 125.000 unit, strategi ini tampaknya cukup masuk akal.

Kisah Volvo S90 ini seperti sebuah drama yang mengajarkan kita tentang pentingnya adaptasi di tengah perubahan.

Ketika kebijakan politik mengubah lanskap bisnis, hanya mereka yang mampu berinovasi dan beradaptasi yang akan bertahan.

Meski S90 harus mengucapkan selamat tinggal, Volvo tetap optimis dengan masa depan mereka di Amerika. Fokus pada SUV dan mobil listrik produksi lokal mungkin akan menulis babak baru dalam sejarah produsen mobil Swedia ini.

Seperti phoenix yang bangkit dari abu, Volvo membuktikan bahwa setiap akhir bisa menjadi awal yang baru.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI