"Saya ucapkan terima kasih atas seluruh sifat kritisnya, karena saya pastikan mobil yang saya gunakan, motor yang saya gunakan semuanya sudah bernomor Jawa Barat," urai Dedi.
"Dari dulu saya punya tradisi, ketika saya menjadi Bupati Purwakarta seluruh nomornya itu nomor Purwakarta, dan hari ini saya Gubernur Jawa Barat seluruh nomornya nomor Jawa Barat. Karena pemimpin harus memberikan contoh bagi seluruh rakyat, terima kasih mohon maaf atas keterlambatannya," jelasnya lagi.
Dari saga Lexus ini, kita bisa memetik beberapa pelajaran berharga. Pertama, media sosial kini menjadi "mata-mata" yang efektif dalam mengawasi para pemimpin.
Kedua, transparansi dan akuntabilitas bukanlah sekadar jargon kosong - mereka adalah kewajiban yang harus dijalankan, tak peduli seberapa tinggi jabatan seseorang.
Dan yang terpenting, kisah ini mengingatkan kita semua bahwa urusan pajak tak pandang bulu. Entah Anda warga biasa atau pejabat tinggi, kewajiban tetaplah kewajiban.
Seperti kata pepatah, "lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali" - meski tentu saja, lebih baik lagi kalau tidak terlambat!
Jadi, sudahkah Anda mengecek pajak kendaraan Anda hari ini? Jangan sampai drama "Lexus" ini terulang di garasi Anda, ya!