Terbongkar Alasan Produsen Mobil Gagal Jualan EV, Sengaja Tawarkan Produk Tak Menarik

Rabu, 16 Juli 2025 | 14:58 WIB
Terbongkar Alasan Produsen Mobil Gagal Jualan EV, Sengaja Tawarkan Produk Tak Menarik
Ilustrasi mobil listrik sedang melakukan pengisian daya di stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). (Foto: Ist)

Suara.com - Sejumlah produsen mobil raksasa terus menyerukan narasi bahwa mereka tidak anti terhadap kendaraan listrik (EV), namun memilih untuk mempertimbangkan "pilihan konsumen" di tengah transisi menuju EV.

Namun narasi ini disebut sebagai strategi defensif untuk menutupi keengganan industri otomotif untuk beralih ke kendaraan listrik.

Seorang jurnalis otomotif, Mack Hogan, bahkan menyebut argumen "pilihan konsumen" ini hanya merupakan dalih dari para pelaku industri otomotif.

Menurutnya, justru para produsen mobil raksasa yang secara aktif membatasi pilihan konsumen di pasar EV. Mereka sengaja menciptakan produk yang kurang menarik, gagal memasarkannya, lalu menyalahkan publik karena tidak membelinya.

Faktanya, pasar mobil bensin menawarkan pilihan yang melimpah. General Motors misalnya, memiliki delapan model SUV berbeda. Namun saat beralih ke EV, pilihan menyusut drastis.

Ilustrasi port charging mobil listrik. [BYD]
Ilustrasi port charging mobil listrik. [BYD]

Ford hanya menawarkan dua model EV di seluruh lini produknya. Kondisi ini sangat kontras dengan puluhan model mobil bensin yang mereka tawarkan.

Hogan menyoroti bagaimana produsen mobil besar Amerika terlalu nyaman dengan keuntungan besar dari penjualan truk dan SUV bermesin bensin selama satu dekade terakhir.

Sementara itu pengembangan EV dianggap belum memberikan margin keuntungan yang sama.

“Industri ini telah lama tidak benar-benar mengikuti apa yang dibutuhkan konsumen. Mereka membentuk selera pasar melalui iklan dan pemasaran,” kata Hogan, dikutip dari InsideEVs, Rabu (16 Juli 2025).

Baca Juga: Mobil Xiaomi YU7 Diklaim Canggih dan Aman, Tapi Kok Pakai Prosesor HP?

Ia mencontohkan bagaimana fitur all-wheel drive (AWD) yang dulu hanya dibutuhkan segelintir orang, kini mendominasi pasar berkat promosi gencar yang menjual fantasi, bukan fungsi sesuai kebutuhan.

Kegagalan ini semakin terlihat ketika produk EV yang "setengah matang" dilempar ke pasar tanpa dukungan pemasaran memadai.

Ilustrasi home charging mobil listrik. [Freepik]
Ilustrasi mobil listrik sedang melakukan pengisian daya. [Freepik]

Dealer pun lebih bersemangat menjual mobil bensin yang lebih mudah dan menguntungkan. Ketika penjualan lesu, mereka menyalahkan kurangnya minat konsumen.

Padahal kesuksesan Tesla membuktikan sebaliknya. Tesla Model Y berhasil menjadi mobil terlaris di dunia pada 2023, sementara penjualan mobil bensin global justru terus menurun sejak puncaknya pada 2017. Ini menunjukkan jika produk EV dirancang dengan baik dan relevan, konsumen akan membelinya.

Narasi "pilihan konsumen" pada akhirnya dianggap sebagai upaya lari dari tanggung jawab lingkungan.

“Ini bukan soal kebebasan membeli V8, tapi soal kebebasan anak-anak untuk bernapas tanpa menderita asma karena emisi gas buang,” pungkas Hogan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI