Nissan Tutup Pabriknya, Produsen Mobil Listrik China Siap Ambil Alih?

Cesar Uji Tawakal Suara.Com
Rabu, 30 Juli 2025 | 17:07 WIB
Nissan Tutup Pabriknya, Produsen Mobil Listrik China Siap Ambil Alih?
Nissan X-trail (nissan.co.id)

Suara.com - Nissan kembali membuat gebrakan mengejutkan. Setelah menutup beberapa fasilitas produksi di Asia, kini pabrikan asal Jepang itu resmi mengumumkan penutupan pabrik legendarisnya di Cuernavaca, Meksiko, yakni Civac Plant yang telah beroperasi sejak 1966.

Menurut Autoevolution, penutupan ini dijadwalkan rampung pada Maret 2026 dan menjadi bagian dari restrukturisasi global besar-besaran yang dilakukan Nissan.

Namun yang menarik, kabar penutupan ini langsung diikuti rumor bahwa produsen mobil listrik asal China seperti BYD dan SAIC tertarik mengambil alih fasilitas tersebut.

Jika benar terjadi, ini bisa jadi langkah strategis untuk memperkuat penetrasi mobil listrik China di pasar Amerika Utara.

Pabrik Bersejarah, Tapi Sudah Tua

Civac Plant bukan pabrik sembarangan. Ini adalah fasilitas pertama Nissan di luar Jepang dan menjadi tulang punggung produksi model seperti NP300 Frontier dan sedan V-Drive untuk pasar Amerika Latin.

Sayangnya, infrastruktur yang sudah tua dan tingkat operasional yang rendah membuat pabrik ini tak lagi efisien.

Nissan menyebut penutupan ini sebagai bagian dari inisiatif "Re: Nissan" yang fokus pada efisiensi dan pemangkasan biaya.

Sebelumnya, Nissan juga telah menutup pabrik di Argentina, India, dan dua fasilitas besar di Jepang.

Baca Juga: Chery Buka-Bukaan Bicara Rencana Kelanjutan Investasi Pabrik di Indonesia

Mobil Listrik China Siap Masuk?

Mobil listrik murah BYD Atto 1 di GIIAS 2025. (Foto:SUARA.com/Alfian Winanto)
Mobil listrik murah BYD Atto 1 di GIIAS 2025. (Foto:SUARA.com/Alfian Winanto)

Menurut laporan dari Automotive News, BYD dan SAIC disebut-sebut tertarik mengakuisisi pabrik Civac.

Langkah ini masuk akal, mengingat kedua merek tersebut sedang agresif memperluas produksi dan distribusi mobil listrik ke pasar global, termasuk Amerika Utara.

Dengan fasilitas yang sudah siap pakai dan lokasi strategis di Meksiko, akuisisi ini bisa jadi jalan pintas bagi pabrikan China untuk menghindari tarif impor tinggi ke AS dan mempercepat distribusi EV mereka.

Persaingan Global Makin Ketat

Penutupan pabrik Nissan bukan hanya soal efisiensi, tapi juga cerminan dari tekanan besar yang dihadapi pabrikan Jepang di tengah gempuran mobil listrik China.

Di pasar China sendiri, Nissan sudah menutup pabrik di Wuhan dan Changzhou karena kalah bersaing dengan merek lokal seperti BYD, Neta, dan Zeekr2.

Harga EV buatan China yang jauh lebih murah, seperti BYD Seagull EV yang dijual mulai Rp157 jutaan, membuat merek Jepang seperti Nissan Leaf (Rp456 jutaan) sulit bersaing.

Apa Dampaknya ke Indonesia?

Meski penutupan pabrik terjadi di luar negeri, dampaknya bisa terasa di Indonesia. Jika pabrikan China berhasil memperluas produksi di Meksiko, distribusi mobil listrik ke pasar global bisa makin cepat dan murah.

Artinya, harga EV di Indonesia berpotensi turun, dan pilihan model makin beragam, setidaknya secara teori.

Selain itu, langkah ini bisa jadi sinyal bahwa era dominasi Jepang di industri otomotif mulai bergeser. Mobil listrik China bukan lagi alternatif, tapi mulai jadi arus utama.

Penutupan pabrik Nissan di Meksiko bukan sekadar restrukturisasi, tapi juga membuka peluang besar bagi ekspansi mobil listrik China. Jika BYD atau SAIC benar-benar masuk, peta persaingan otomotif global akan berubah drastis.

Pertanyaannya sekarang: apakah Nissan akan bangkit dengan strategi baru, atau justru makin terdesak oleh agresivitas pemain baru dari Timur?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI