Nah, iman sendiri adalah intan paling mahal, mutiara yang paling berharga, tidak lain yang menyebabkan kita bisa merasa gembira dalam menyambut datangnya Ramadhan untuk melakukan pendekatan yang intensif kepada Allah SWT. Nilai iman ini sendiri diibaratkan seperti, apabila di tangan kanan saudara ada berlian yang harganya Rp1 miliar, sementara di tangan kiri saudara ada rumput seikat.
Kemudian, berlian dan rumput tersebut ditaruh di depan sapi, kira-kira sapi pilih yang mana, apakah akan memilih berlian atau rumput? Tentu saja sapi akan memilih rumput, karena sapi tidak mengerti nilai berlian seperti apa. Kalau sapi sedikit saja mau menggunakan otaknya, maka niscaya sapi akan mengambil berliannya. Maka kata Imam Ali, orang-orang yang hidupnya hanya untuk melayani perut adalah? … (sapi)
Hadirin yang berbahagia,
Marilah kita berusaha untuk menjaga iman baik-baik, lalu mewariskannya kepada anak-anak kita semua. Sebab merekalah yang menjadi harapan kita semua, mereka masa depan Indonesia, akan bagaimana Republik Indonesia? Mereka mau jadi apa saja persilahkan, asalkan iman merupakan landasan hidupnya. Anak-anak kita boleh menjadi seorang jenderal, asalkan seorang jenderal berlandaskan iman, boleh menjadi pejabat tapi pejabat beriman. Boleh menjadi pengusaha yang besar, asalkan seorang pengusaha beriman.
Jadi seorang petani, petani yang beriman insya Allah tidak akan menggunakan tanah yang bukan miliknya. Jadi pedagang, pedagang yang beriman. Kalau jadi maling? … Tolong coba dipikirkan lagi kalau ini.
Kalau iman landasannya, maka semua akan aman. Kalau jadi pengusaha, pengusaha beriman insya Allah rezekinya juga akan menjadi lancar, timbangannya tidak curang, masyarakat tenang.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Kontributor : Rishna Maulina Pratama
Baca Juga: Teks Ceramah Menyambut Bulan Suci Ramadhan: Al-Quran sebagai Petunjuk