Agar itikaf sah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, seperti yang dijelaskan dalam Fatwa Tarjih:
- Dilaksanakan oleh seorang Muslim.
- Sudah baligh, baik laki-laki maupun perempuan.
- Dilaksanakan di masjid.
- Diniatkan sebagai ibadah.
- Tidak disyaratkan berpuasa, sehingga orang yang tidak berpuasa tetap boleh beritikaf.
Amalan yang Dianjurkan saat Itikaf
Agar waktu itikaf lebih bermanfaat, ada beberapa amalan yang bisa dilakukan:
-Salat sunah – Seperti salat tahiyatul masjid, salat malam, dan salat sunah lainnya.
-Membaca Al-Qur’an – Bisa dilakukan dengan tilawah atau tadarus bersama.
-Berdzikir dan berdoa – Memohon ampunan dan berkah dari Allah.
-Membaca buku agama – Memperdalam pemahaman tentang Islam.
Kapan dan Berapa Lama Itikaf Dilakukan?
Itikaf bisa dilakukan kapan saja, tetapi yang paling utama adalah di sepuluh hari terakhir Ramadan.
Durasi itikaf pun beragam. Ada yang melakukannya dalam beberapa jam, ada pula yang menghabiskan sepuluh hari penuh di masjid.
Para ulama berbeda pendapat mengenai batas minimal i’tikaf. Sebagian membolehkan hanya beberapa jam, sementara yang lain menyarankan minimal satu hari satu malam.
Baca Juga: Subhanallah, Dokter Ungkap Puasa Bikin Kondisi Pasien Ginjal Kronis Lebih Baik
Dimana Itikaf Dilaksanakan?
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 187, dijelaskan bahwa i’tikaf harus dilakukan di masjid. Namun, ada perbedaan pendapat mengenai jenis masjid yang diperbolehkan:
Pendapat pertama: Harus di masjid yang memiliki imam dan muadzin tetap.
Pendapat kedua: Bisa dilakukan di masjid mana saja yang digunakan untuk salat berjamaah.
Apa yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan saat Itikaf?
Meski harus tetap berada di masjid, ada beberapa kondisi yang membolehkan seorang mu’takif (orang yang beri’tikaf) keluar sebentar: