Mengandung Bahan Beracun, Waspadai Dampak Metanol pada Hand Sanitizer

Senin, 24 Agustus 2020 | 15:00 WIB
Mengandung Bahan Beracun, Waspadai Dampak Metanol pada Hand Sanitizer
Ilustrasi hand sanitizer. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak cairan pembersih tangan atau hand sanitizer yang mengandung metanol tingkat berbahaya, sebuah zat beracun yang dapat menyebabkan mual, kerusakan saraf, dan kebutaan saat diserap melalui kulit hingga kematian jika tertelan.

Ini menimbulkan pertanyaan bagaimana produk hand sanitizer yang tercemar dengan metanol. Kemungkinan besar, itu berasal dari proses pembuatan yang ceroboh. Produsen mungkin tidak menghilangkan metanol yang secara alami muncul, selama distilasi alkohol dengan benar atau mungkin produsen melanggar pedoman.

Sayangnya, meskipun para ahli dapat mengetahui perbedaan antara metanol dan etanol. Sebagian besar pengguna tidak dapat mendeteksi perbedaannya, metanol sendiri tidak akan dicantumkan pada bahan-bahan pembuatan yang ada di botol kemasan.

Hand sanitizer di dalam mobil. [Shutterstock]
Hand sanitizer di dalam mobil. [Shutterstock]

Metanol bisa mematikan bahkan pada dosis yang cukup rendah. Menelan sedikitnya dua sendok makan metanol bisa mematikan bagi anak-anak dan 2 hingga 8 ons bisa mematikan bagi orang dewasa.

Bahkan jika hanya dioleskan pada kulit, metanol dapat diserap dan menyebabkan penyakt parah dan kerusakan saraf. Produksi alkohol dimulai dengan fermentasi gula untuk menghasilkan metanol dan etanol, jenis alkohol yang dianggap cukup aman untuk diminum dan salah satu bahan dasar terbaik untuk pembersih tangan.

Setelah fermentasi, produsen merebus alkohol dan mengumpulkan uapnya, membiarkannya mengembun menjadi "distilat" yang pekat.

Tetapi metanol mendidih pada suhu yang lebih rendah, daripada etanil dan oleh karena itu menguap lebih dulu dalam proses distilasi ini.

Ketika etanol mulai mendidih pada 78,37 derajat Celcius, produsen harus menghentikan aliran alkohol dan menukar wadah pengumpulan. Ini memastikan bahwa produk akhir terutama mengandung etanol dan kelebihan metanol dibuang.

Setelah metanol dihilangkan, sisa hasil sulingan sebagian besar adalah etanol, bahan utama minuman keras, bersama dengan senyawa lain yang memberi rasa.

Baca Juga: Inspiratif, Mahasiswa Ajarkan Cara Bikin Face Shield dan Hand Sanitizer

Sejumlah kecil metanol berakhir di minuman terakhir, tetapi dosisnya harus dijaga di bawah ambang tertentu agar tidak menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan, menurut laporan 2001 di jurnal Human and Experimental Toxicology.

Sementara produsen alkohol komersial menjalani pemeriksaan keamanan yang ketat untuk membuktikan proses pembuatannya dengan benar, pembuat minuman beralkohol yang tidak diatur tidak melakukannya.

"Bagi kami, kami benar-benar tahu bagaimana memastikan bahwa tidak ada risiko metanol atau toksisitas lainnya," kata Mike Blaum, pemilik dan kepala penyuling Blaum Bros. Distilling Co. di Galena, Illinois, seperti dikutip Live Science, Senin (24/8/2020).

Ilustrasi Anak Pakai Hand Sanitizer. (Shutterstock)
Ilustrasi Anak Pakai Hand Sanitizer. (Shutterstock)

Menurut Blaum, itu dapat dicium dan dirasakan perbedaannya ketiika rasio metanol ke etanol menjadi terlalu tinggi. Selain isyarat sensorik ini, penyuling memantau kepadatan distilat dan suhu berbagai komponen di dalam peralatan yang dilalui alkohol.

Produsen juga harus secara berkala mengirim sampel distilat ke laboratorium yang dilengkapi dengan kromatografi gas, teknik yang digunakan untuk menganalisis rasio bahan kimia. Produsen pun memastikan tong fermentasi tidak terinfeksi bakteri yang mengasilkan metanol ekstra.

Kontrol kualitas yang sama harus diterapkan saat memproduksi alkohol untuk hand sanitizer. Produsen atau tempat penyulingan diarahkan untuk mengikuti formula pembersih tangan yang disarankan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan FDA.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI