Tak seperti Babon Betina, Mengapa Masa Subur pada Perempuan Begitu Samar?

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 26 Januari 2021 | 07:05 WIB
Tak seperti Babon Betina, Mengapa Masa Subur pada Perempuan Begitu Samar?
Bokong babon betina akan membesar dan memerah saat ovulasi. [Pixabay/capri23auto]

Dua hipotesis

Dalam model komputer untuk menguji female rivalry hypothesis, agen-agen lelaki dan perempuan berinteraksi sesuai aturan yang mengatur pergerakan, perilaku reproduksi, serta perilaku yang berkaitan dengan daya tarik.

Agen lelaki, misalnya, terbagi atas yang sering berganti pasangan dan yang setia pada satu perempuan. Yang setia akan terlibat membesarkan keturunan. Sementara agen perempuan terdiri dari yang menunjukkan ciri fisik saat ovulasi dan yang menyamarkan perubahan tubuh saat masa subur.

Agen-agen perempuan bisa saling menyerang satu sama lain dan bekerja sama. Sementara agen perempuan dan lelaki bisa berinteraksi, serta bisa berhubungan untuk menjadi pasangan.

Hasilnya menunjukkan bahwa perempuan yang tak menunjukkan perubahan fisik saat ovulasi akan lebih sukses dalam masyarakat.

Dengan model komputasional yang sama, para peneliti menguji male investment hypothesis. Dalam skenario ini, perempuan tak diperkenankan untuk saling serang.

Hasilnya menunjukkan, menyamarkan perubahan fisik saat masa subur tidak memiliki manfaat yang jelas dalam skenario kedua ini.

Hasil ini memperkuat kesimpulan bahwa tubuh perempuan menyamarkan tanda ovulasi karena persaingan antarperempuan dan bukan demi memperoleh lelaki. [Phys.org]

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI