Ia pun mengaku budaya eksperimen ini telah ia pupuk sejak mengembangkan HappyFresh.
3. Dengarkan umpan balik dari pengguna
Untuk bisa mencapai PMF, maka jalan terbaik adalah untuk benar-benar memahami target pengguna, mulai dari kebutuhan, keinginan, hingga harapan mereka.
“Bagi para startup B2B atau startup yang model bisnisnya rumit dan membutuhkan edukasi lebih, kalau pengguna belum tertarik mencoba, kita yang harus giat ‘jemput bola’ dan mengajak mereka untuk menggunakan sistem kita, jelaskan apa saja kelebihan-kelebihannya,” kata Phil
Opamuratawongse, merefleksikan pengalamannya dalam membesarkan Shipper.
Fajar juga menekankan bahwa umpan balik dari pengguna menentukan jalan masa depan bagi perusahaan.
![Ilustrasi aplikasi e-commerce HappyFresh. [Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/09/07/55447-happyfresh.jpg)
“Di HappyFresh, kami memiliki tim teknologi dan produk yang terintegrasi untuk membentuk mindset yang agile dan kolaboratif," jelasnya.
4. Bersikap fleksibel dalam mengadaptasi produk
Tidak semua startup akan sering digunakan oleh pengguna. Bergantung pada jenis bisnisnya, ada startup-startup yang hanya digunakan sekali sebulan atau sekali dalam beberapa bulan. Ini akan menurunkan tingkat retensi pengguna.
Baca Juga: Kolaborasi Startup Penting untuk Bangun Ekosistem Pelayanan Kesehatan Digital
Mengomentari permasalahan ini, Phil menyarankan founder startup untuk bisa membangun produk atau fitur-fitur baru yang bisa melengkapi solusi utama tersebut.