Tidak seperti tahap inti roket lainnya yang diarahkan untuk jatuh dengan aman di lautan atau permukaan yang tidak berpenghuni.
Skenario jatuhnya Long March 5B memang kontroversial dan unik, mengingat potensi cedera dan kerusakan yang ditimbulkannya.
Banyak komunitas antariksa mengkritik pejabat luar angkasa China karena membiarkan inti Long March 5B menjadi bongkahan besar sampah antariksa.
"Seharusnya ada bahan bakar yang tersisa di roket tersebut agar bisa masuk kembali dengan terkontrol," kritik Darren McKnight, teknisi senior di perusahaan pelacakan LeoLabs yang berbasis di California.
Sebelumnya, misi Long March 5B yang pertama pada Mei 2020 juga berakhir dengan jatuhnya tahap inti roket di sekitar Afrika Barat.

Misi kedua pada April 2021 menyebabkan puing-puing terjatuh di Samudra Hindia.
Sementara itu, China masih akan meluncurkan misi peluncuran modul lainnya untuk stasiun luar angkasa negaranya pada musim gugur ini.
Kemungkinan besar akan ada peristiwa serupa lainnya di masa mendatang.
Baca Juga: NASA Kritik China atas Jatuhnya Roket di Samudra Hindia