Satelit SS-1 ini akan menempati titik orbit 380-420 km dengan inklinasi 51.6 derajat.
Satelit SS-1 ini rencananya akan menjadi satelit open source dan bisa diakses secara umum.
Tujuannya adalah untuk mempelajari perilaku komunikasi dengan memanfaatkan frekuensi yang dikirimkan melalui satelit.
Dengan dibukanya akses frekuensi ini, SS-1 ini bisa menjadi learning point bagi seluruh pemangku kepentingan satelit di Indonesia.
Ketua Tim Pengembangan SS-1 Setra Yoman Prahyang mengatakan, keberhasilan peluncuran satelit nano ini memungkinkan peningkatan kemampuan komunikasi pesan teks secara real-time melalui frekuensi radio.
![Stasiun luar angkasa Internasional (ISS). [NASA]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/08/24/83172-stasiun-luar-angkasa-internasional.jpg)
Selain itu, Berhasilnya pembangunan satelit ini juga bisa menjadi benchmark bagi misi satelit Indonesia lain di Indonesia, sehingga lebih banyak misi inovatif lain yang bisa dikembangkan generasi muda Indonesia berikutnya.
"Target utama pengembangan Satelit SS-1 ini adalah untuk penelitian dan pengembangan, sehingga satelit bisa diakses secara bebas oleh masyarakat," kata Setra.
Pihaknya meyakini, keterbukaan akses SS-1 ini merupakan bagian dari semangat kolaborasi dalam pengembangan dan pemanfaatan industri di Indonesia.
"Karena itu, SS-1 tidak difokuskan untuk aktivitas komersial dan fokus pada aspek ilmu pengetahuan," ujar dia.
Setelah satelit SS-1 ini berhasil memancarkan sinyal pertama, maka ini menjadi bukti bahwa satelit berfungsi secara normal.
Baca Juga: Satelit Nano Pertama Buatan Indonesia Mengorbit di Luar Angkasa
SS-1 akan memasuki fase Commissioning untuk memastikan seluruh perangkat satelit dalam keadaan prima dan layak fungsi.