Para analis berpandangan bahwa meskipun chip AI China masih tertinggal jauh dari Nvidia dalam hal performa dan efisiensi daya, mereka bisa saja unggul karena diuntungkan dalam hal distribusi.
Prosesor Huawei ini bisa memenuhi permintaan kebutuhan perusahaan China. Lebih lagi Pemerintah Beijing juga mendesak pengembang AI lokal untuk menggunakan produk chip dalam negeri.
Akibat ulah Trump
Sekadar informasi, kebijakan Donald Trump soal tarif impor sempat meloloskan Nvidia karena produk teknologi tidak masuk daftar tersebut. Namun AS mengeluarkan kebijakan baru untuk memperketat pembatasan ekspor semikonduktor ke China.
Awal April kemarin, chip Nvidia H20 yang merupakan prosesor canggih dan masih bisa dijual ke perusahaan China tanpa lisensi, justru ditambahkan ke daftar produk semikonduktor terlarang.
Hal inilah yang menciptakan peluang bagi raksasa teknologi China seperti Huawei dan Cambricon Technologies untuk menguasai pasar domestik semikonduktor.
Di sisi lain Huawei sudah masuk daftar hitam AS karena dianggap sebagai ancaman keamanan nasional sejak tahun 2019 lalu. Mereka beralasan kalau Huawei dekat dengan Pemerintah maupun militer China, yang dikhawatirkan menimbulkan potensi spionase hingga akses data ilegal.
Lebih lagi Huawei juga bergerak sebagai perusahaan yang mengembangkan infrastruktur telekomunikasi seperti internet 5G, di mana AS itu bisa dimanfaatkan sebagai alat mata-mata.
Bahkan Huawei juga sempat dituding melanggar sanksi AS karena melakukan kontak bisnis dengan Iran dalam pencurian kekayaan intelektual.
Baca Juga: Dianggap Tak Menghormati, Kenapa Donald Trump Pakai Jas Biru di Pemakaman Paus Fransiskus?
Enam tahun dilarang pakai teknologi AS seperti Google, Huawei nyatanya bisa bangkit lewat Mate 60 yang dirilis tahun 2023 lalu.