Cara Kerja Penjahat Siber Mengeksploitasi Tren Gen Z, Mulai Dari FOMO hingga Fast Fashion

Dythia Novianty Suara.Com
Sabtu, 14 Juni 2025 | 16:02 WIB
Cara Kerja Penjahat Siber Mengeksploitasi Tren Gen Z, Mulai Dari FOMO hingga Fast Fashion
Ilustrasi Gen Z. (Pixabay.com/Dimhou)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

5. iDisorder

Generasi Z menghadapi fenomena yang disebut iDisorder, yaitu kondisi di mana kemampuan otak untuk memproses informasi berubah karena terlalu sering terpapar teknologi.

Obsesi terhadap teknologi ini dapat mengakibatkan gangguan psikologis, fisik, dan sosial, termasuk depresi dan kecemasan.

Hal ini dibuktikan oleh penelitian publik: satu dari tiga orang berusia 18 hingga 24 tahun kini melaporkan gejala yang menunjukkan bahwa mereka telah mengalami masalah kesehatan mental tersebut.

Itulah sebabnya mereka beralih secara ekstensif ke perangkat digital seperti platform teleterapi dan pelacak kesehatan mental untuk meredakan stres.

Namun, platform ini menyimpan informasi pribadi yang sangat sensitif, termasuk kondisi emosional, catatan terapi, dan rutinitas pengguna.

Cara Melaporkan ke BRI Jika Menjadi Korban Phising (Freepik)
Ilustrasi Phising.  (Freepik)

Jika terjadi pelanggaran, data ini dapat dimanfaatkan untuk pemerasan atau phishing.

“Tren mungkin berubah dengan cepat, tetapi ancaman siber yang mendasarinya tetap konstan," kata Anna Larkina, pakar privasi di Kaspersky, dalam keterangan resminya, Sabtu (14/6/2025).

Menurutnya, baik itu memanfaatkan kecintaan Gen Z terhadap belanja daring, memanfaatkan urgensi yang diciptakan oleh FOMO, atau menargetkan meningkatnya penggunaan aplikasi kesehatan mental, penyerang dengan cepat mengubah perilaku populer menjadi peluang untuk melakukan phishing, penipuan, dan
pelanggaran data.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Sepatu New Balance Favorit Gen Z: Trendi, Nyaman buat Jalan-jalan

“Mulailah dengan mengambil kendali: verifikasi tautan dan situs web sebelum terlibat, gunakan kata sandi yang kuat dan unik, dan aktifkan autentikasi dua faktor untuk lapisan keamanan ekstra," ujar dia.

Anna Larkina mengungkapkan, berhati-hatilah dengan apa yang Anda bagikan secara daring — dan yang terpenting, ingatlah bahwa tetap terinformasi adalah pertahanan terbaik Anda.

"Keamanan siber bukan hanya tentang menanggapi ancaman; tetapi tentang memberdayakan diri Anda untuk menjelajahi dunia digital secara percaya diri dan aman,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI