Sesar Lembang: Benarkah Ancaman Gempa Besar Mengintai Bandung Raya?

M Nurhadi Suara.Com
Kamis, 02 Oktober 2025 | 08:15 WIB
Sesar Lembang: Benarkah Ancaman Gempa Besar Mengintai Bandung Raya?
Potensi gempa besar di Bandung [ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi]

Suara.com - Sesar Lembang terbentuk akibat rekahan pada kerak bumi karena pergerakan lempeng tektonik. Menariknya, bagian timur sesar ini terbentuk lebih dulu dibanding bagian lainnya.

Menurut peneliti Gempa Bumi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik R. Daryono, pergeseran batuan di jalur ini bergerak dengan kecepatan sekitar 1,9–3,4 milimeter per tahun.

Sekilas mungkin terlihat sangat kecil, tetapi akumulasi pergerakan selama ratusan tahun berpotensi memicu gempa bumi dengan kekuatan yang signifikan.

Penelitian paleoseismologi, yakni kajian jejak gempa purba, membuktikan hal ini melalui temuan adanya pergeseran setinggi 40 sentimeter di salah satu segmen sesar. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pernah terjadi gempa besar dengan magnitudo 6,5 hingga 7 di masa lalu.

Fakta-Fakta Ancaman Gempa Besar di Bandung

Berikut sejumlah fakta penting mengenai Sesar Lembang yang membuatnya dikategorikan sebagai ancaman serius di wilayah Bandung Raya:

1. Pergeseran Mendatar dan Naik-Turun
Pergeseran utama Sesar Lembang bergerak mendatar ke arah kiri, menyebabkan bagian utara dan selatan bergerak saling berlawanan. Bukti lapangan bisa dilihat dari Sungai Cimeta yang telah bergeser sejauh 120 meter, bahkan di beberapa titik mencapai 460 meter.

Selain pergeseran mendatar, di bagian barat sesar juga terjadi perbedaan ketinggian. Dari kilometer 0 hingga 6 permukaan relatif datar, lalu muncul kenaikan hingga sekitar 90 meter sebelum kembali mengecil ke arah timur.

Secara keseluruhan, pergerakan mendatar mendominasi hingga 80–100 persen, sedangkan gerakan naik-turun sekitar 0–20 persen.

Baca Juga: Tak Antusias Hadapi Pratama Arhan, Ini Target Marc Klok di ACL Two

2. Bergerak 3,4 Milimeter per Tahun

Hasil riset terbaru BRIN menunjukkan Sesar Lembang bergerak dengan kecepatan rata-rata 1,9–3,4 milimeter per tahun. Pergeseran kecil namun konsisten ini diamati melalui uji parit di kilometer 11,5.

Di lokasi tersebut, bagian selatan sesar terangkat lebih tinggi dibanding sisi utara, meninggalkan bukti bahwa gempa dengan magnitudo 6,5–7 memang pernah terjadi di sana.

Temuan ini sejalan dengan panjang sesar yang mencapai 29 kilometer. Dengan ukuran tersebut, secara teori Sesar Lembang memang mampu memicu gempa besar yang dapat mengguncang Bandung dan sekitarnya.

3. Potensi Memicu Gempa Magnitudo 7

Jika pergeseran tahunan terus menumpuk, maka energi yang tersimpan dapat dilepaskan dalam bentuk gempa hingga magnitudo 7. Catatan paleoseismologi menemukan beberapa jejak gempa besar:

  • Sekitar abad ke-15 Masehi.
  • Sekitar 60 tahun sebelum Masehi.
  • Sekitar 19 ribu tahun lalu.

Dari catatan ini, ilmuwan memperkirakan gempa besar di jalur Sesar Lembang cenderung berulang setiap 170–670 tahun sekali.

Dengan mengacu pada siklus ini, gempa besar berikutnya diperkirakan bisa terjadi paling lambat sekitar tahun 2170. Meski demikian, perlu ditegaskan bahwa ini hanyalah perkiraan jangka waktu, bukan ramalan pasti.

4. Gunung Batu di Lembang Naik hingga 40 Sentimeter

Salah satu bukti nyata aktivitas Sesar Lembang dapat dilihat di Gunung Batu, Lembang, yang berada di kilometer 17 jalur sesar. Lokasi ini menunjukkan morfologi khas jalur sesar.

Menurut Mudrik, setiap kali terjadi gempa bumi, permukaan tanah di sepanjang jalur sesar bisa bergeser atau terangkat. Gunung Batu, misalnya, dapat naik hingga 40 sentimeter dalam sekali kejadian gempa.

Fenomena ini menegaskan betapa aktifnya pergerakan sesar tersebut.

5. Gempa Kecil di Sekitar Bandung

Belakangan, beberapa gempa kecil tercatat di wilayah Bandung, terutama di segmen Cimeta dan di Sesar Kertasari. Menurut Mudrik, fenomena ini wajar dalam sistem sesar aktif.

Ada dua kemungkinan: pertama, gempa kecil itu hanyalah pelepasan energi dalam skala terbatas. Kedua, bisa saja gempa kecil tersebut menjadi rangkaian proses yang kelak berujung pada gempa besar.

Karena ilmu kebumian belum bisa memprediksi skenario yang pasti, langkah terbaik adalah selalu waspada dan menyiapkan strategi mitigasi sejak dini.

Perlu dipahami bahwa Sesar Lembang bukan hanya sekadar garis patahan pada peta geologi. Jalur ini nyata keberadaannya di lapangan dan menunjukkan aktivitas geologi yang bisa diamati langsung.

Pemahaman ilmiah atas dinamika sesar ini penting agar masyarakat, khususnya di Bandung Raya, lebih siap menghadapi potensi bencana yang mungkin terjadi kapan saja.

Kontributor : Hillary Sekar Pawestri

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI