Suara.com - Perusahaan kecerdasan buatan (AI) terkemuka, OpenAI, kembali mencetak sejarah. Startup yang dikenal lewat chatbot populer ChatGPT ini kini resmi menjadi perusahaan swasta paling bernilai di dunia.
Ini dicpai OpenAI setelah menyelesaikan penjualan saham internal senilai 6,6 miliar dolar AS (sekitar Rp105 triliun) dengan valuasi mencapai 500 miliar dolar AS.
Kesepakatan tersebut menjadikan OpenAI melampaui SpaceX, perusahaan roket milik Elon Musk, yang sebelumnya memegang predikat sebagai perusahaan swasta paling berharga di dunia dengan valuasi sekitar 456 miliar dolar AS.
Menurut laporan The New York Times (2/10/2025), transaksi ini memungkinkan karyawan aktif maupun mantan pegawai OpenAI untuk menjual sebagian saham mereka kepada investor besar seperti SoftBank, Thrive Capital, MGX dari Abu Dhabi, T. Rowe Price, dan Dragoneer Investment Group.
Penjualan saham ini merupakan bagian dari tender offer kedua OpenAI dalam waktu kurang dari satu tahun, setelah sebelumnya perusahaan menandatangani kesepakatan serupa dengan SoftBank pada November 2024 senilai 1,5 miliar dolar AS.
Meskipun perusahaan telah menyetujui hingga 10,3 miliar dolar AS saham untuk dijual, hanya sekitar dua pertiga yang benar-benar berpindah tangan.
Laporan CNBC (2/10/2025) menyebut hal ini sebagai tanda kepercayaan karyawan terhadap masa depan perusahaan, karena banyak yang memilih tetap menahan saham mereka meski valuasinya sudah melonjak drastis.
Nilai OpenAI memang meningkat pesat selama setahun terakhir — dari 157 miliar dolar AS pada Oktober 2024 menjadi 300 miliar dolar pada Maret 2025, hingga kini menembus angka 500 miliar dolar AS.
OpenAI selama ini dikenal memiliki daftar investor kelas dunia. Selain Microsoft yang telah menyuntikkan lebih dari 13 miliar dolar AS sejak 2019, perusahaan chip Nvidia juga dikabarkan ikut bergabung dengan investasi besar-besaran.
Baca Juga: Heboh Elon Musk Ancam Boikot, Giliran Komdigi Ikut Awasi Film LGBT Netflix
Pada September lalu, Nvidia mengumumkan rencana untuk menginvestasikan hingga 100 miliar dolar AS dalam beberapa tahun ke depan. Dari jumlah itu, 10 miliar dolar AS sudah dikucurkan, yang memberi Nvidia sekitar 2 persen saham di OpenAI.
Langkah Nvidia ini menegaskan eratnya hubungan antara perusahaan pembuat chip tersebut dan OpenAI, karena teknologi GPU Nvidia merupakan tulang punggung sistem komputasi besar yang digunakan untuk melatih dan menjalankan model AI seperti ChatGPT dan GPT-5.
Penjualan saham internal ini juga menjadi strategi cerdas bagi OpenAI untuk mempertahankan karyawan terbaiknya di tengah persaingan ketat industri AI.
Alih-alih langsung melantai di bursa saham, OpenAI memilih memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menguangkan sebagian saham mereka tanpa harus keluar dari perusahaan.
Pendekatan seperti ini kini semakin populer di kalangan startup besar seperti SpaceX, Stripe, dan Databricks, yang sama-sama menggunakan skema secondary sale agar karyawan bisa menikmati hasil kerja mereka tanpa menunggu IPO.
Langkah tersebut dinilai penting, terutama karena perburuan talenta AI global semakin intens. Beberapa raksasa teknologi seperti Meta bahkan disebut menawarkan paket gaji hingga sembilan digit untuk merekrut peneliti AI top dari perusahaan pesaing.