Kang Yoto: Saya Menolak Membangun Rumah Ibadah

Laban Laisila Suara.Com
Senin, 29 Desember 2014 | 10:00 WIB
Kang Yoto: Saya Menolak Membangun Rumah Ibadah
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Awal saya sebelum dilantik, saat saya khutbah di masjid, saya dibilang: “Hei kamu ini orang Muhammadiyah, ngapain khutbah di masjid NU. Jangan sombonglah mentang-mentang baru kepilih sudah mau khutbah.”

Bagaimana Anda menanggapinya?

Saya terima sajalah masih ada orang yang berpikir seperti itu. Saya  tidak marah dan menyalahkan mereka. Tapi itulah realitas dan produk dari realitas selama ini. Itulah tantangan saya untuk membuktikkan kalau kita saling menyangi dengan perbedaan kita masing-masing.

Ini soal lain, catatan dosen senior di Massachusetts Institute of technology (MIT), Bojonegoro sempat masuk deretan kabupaten terkorup di Indonesia, tapi situasi mulai berubah pada 2011 dan 2012. Apa resepnya?

Mulailah dari diri sendiri. Saya hampir tidak pernah pidato soal korupsi. Saya hanya mengajak kawan saya untuk belajar baik dan benar. Bantu saya.

Saya ubah kulturnya menjadi terbuka. Orang korupsi ini karena kulturnya tidak terbuka. Karena itu saya buka dialog publik dan perevaluasi.

Saya coba memahami kalau orang pegang program , dia cenderung tidak terbuka maka ada peluang korpsi. Dari sana saya buat mekanisme, kalau kawan bisa mengevaluasi teman lain yang pegang program.

Termasuk juga soal rekomendasi mutasi atau promosi, temannya bisa ikut merekomendasikan. Dengan begitu dia bukan hanya loyal kepada atasan, tapi juga loyal kepada kanan dan kirinya dan dievaluasi oleh rakyat.

Tapi saya tidak munafik, masih banyak yang bolong-bolong. Saya termasuk yang selalu mengatakan ini bukan soal politik dan ekonomi, tapi kultur. Mau ganti siapa pejabatnya kalau modal dasarnya seperti ini ya sama aja.

Dulu katanya setannya ada di pusat, lalu dibuat otonomi, tapi sekarang malah banyak setan di daerah, dan malaikatnya di pusat. Bukan itu masalahnya, ini soal human capital dan sosial capital kita.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI