Nggak lama nangis lagi, saya lapar minta makan. Hampir sepanjang malam dia merintih. Sekarang saya bisa bercerita dengan tertawa, tapi dulu saya jengkel. Itu di Belitung Timur.
Saya tidak hafal berapa banyak, tapi 100 ribu yang kami berikan, sekian ratus yang mayor, sekian ratus yang minor.
Waktu dulu Anda menjual rumah berapa untuk beli kapal?
Saya menjual rumah Rp350 juta. Kapal itu Rp550 juta. Sisanya nombok. Itu kapal nggak ada apa-apanya. Karena kapal itu kapal barang. Maaf yah, kalau saat itu kita ketemu dan saya minta bantu Rp10 juta, kamu bakal bilang gila lu. Tiap bulan selama bertahun-tahun penghasilan saya masuk sana.
Sampai miliaran sudah. Saya tadinya pikir beli kapal dan akan ada dua tingkat. Tapi Tuhan berkata lain. Kalau saya bikin kapal dua tingkat, kapal akan tidak stabil karena gelombang besar. Kapal ini draft-nya 4,4 meter, di dalam lambung kapal bisa dibikin bangunan dua tingkat karena rumah sakit. Tapi dengan syarat ahli bedahnya tidak bisa lebih tinggi dari saya. Karena lambungnya pendek. Itu lah keuntungannya seorang kecil kayak saya.
Sudah ada berapa dokter yang terlibat?
Saya tidak bisa katakan jumlahnya. Karena dokter ini datang dan pergi. Tapi di data base kami ada 250 orang terlibat dan setiap saat dipanggil entah di sini dan di sana. Mereka tidak hanya dokter atau perawat. Anda kalau mau gabung silahkan. Perlu koki juga. Perlu awak lambung.
Rencana selanjutnya apa?
Tujuan akhir melihat Indonesia yang kuat, besar dan jaya. Dan kita melakukan tanpa mengatakan ini harus diselesaikan. Tapi kita bergerak terus berikan bukti tanpa berteori yang banyak. Kegagalan saya yang terbesar? Saya tidak pernah gagal. Gagal bagi saya, ketika saya menghentikan usaha dan tidak melakukannya lagi. Saya tidak membatalkan cita-cita saya. Saya melanjutkan semua.