Danny Hilman: Banyak Perubahan Jalur dan Titik Gempa di Indonesia

Senin, 05 September 2016 | 07:00 WIB
Danny Hilman: Banyak Perubahan Jalur dan Titik Gempa di Indonesia
Pakar Geologi Kegempaan Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawijaya. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Terakhir, apa yang ditemukan?

Banyak hal baru juga yang ditemukan. Sampai sekarang uji laboratorium banyak yang belum selesai. Dari pencitraan bawah permukaan dan pengeboran, sudah kita pastikan bebatuan di sana artificial, dan pembentukan batu disusun manusia.

Hasil penelitian Gunung Padang ini spektakuler dan tidak sesuai dengan sejarah manusia dunia, meski banyak yang kontroversi. Hasil penelitian ini harus dianggap serius dan didalami lebih lanjut.

Sejauhmana pendalaman penelitian Gunung Padang hingga bisa mengambil kesimpulan usia gunung tersebut?

Di hasilnya kita melihat situs Gunung Padang tidak dibangun dalam satu zaman atau peradaban, tetapi berkali-kali. Lapisan paling luar usianyanya 500-1000 tahun sebelum masehi. Lalu di bawahnya di kedalaman 1-5 meter usianya sekitar 5.000 sebelum masehi. Usia ini mengalahkan Piramiz Giza yang dibangun 2.500 sebelum masehi.

Sementara sejarah Indonesia dimulai 400 sebelum masehi, sebelumnya masih blank. Sebab sejarah Indonesia dimulai sejak prahindu, maka penelitian gunung Padang ini diharapkan akan memicu penelitian lebih dalam soal prahindu.

Kemudian di lapisan ketika di kedalaman 15 meter usianya sudah lebih dari 13.000 – 26.000 sebelum masehi. Kalau diadukan dengan sejarah dunia, 12.000 sebelum masehi itu belum ada perdaban sebeb baru di 12.000 sebelum masehi manusia belajar bercocok tanam. Meski terdengar mustahil, ini data yang diperiksa oleh lembaga dunia.

Anda tengah menyusun peta gempa terbaru. Seberapa besar perubahan jalur dan titik gempa di Indonesia?

Banyak yang berubah. Penelitian ini dilakukan sejak tahun 2015, diharapkan bisa selesai di akhir 2017. Perubahan titik gempa itu terjadi karena ada koreksi sumber gempa. Koreksi dari lokasi, karakter, maksimum kegempaan, dan banyak gempa-gempa baru yang dulunya nggak ada, sekarang ada gempa. Ada juga wilayah gempa yang dulunya rendah, sekarang tinggi atau tanda merah.

Di mana saja?

Misal Semarang, dulu 2010 belum dimasukan jalur gempa. Tapi sekarang ada jalur gempa yang persis melewati kota Semarang. Jawa Timur, di dekat Surabaya juga masuk jalur gempa.

Untuk Jakarta ada cukup perubahan juga, yang dulunya gempa maksimum di jalur suduksi Jawa hanya 8, sekarang naik sampai 8,5 rata-rata kekuatan Gempa. Begitu juga di Selat Sunda, jalur sesar Sumatera bertambah ke arah timur agak dekat dengan Jakarta.

Dengan bertambahnya jalur gempa, apa yang perlu diantisipasi oleh pemerintah dan masyarakat?

Mitigasi bencana sekarang sudah wajib dijalankan dengan adanya UU bencana. Sejak itu dibentuk BNPB dan BPBD, begitu pemetaan sumber bencana sampai menyadarkan masyarakat ke bencana. Saya pikir kita masih tahap belajar, masih banyak kekurangannya.

Keseriusan program mitigasi bencana nasional harus dilakukan dengan serius dan efektif. Karena yang paling sulit dalam mitigasi bencana ini adalah menghadapi ketidakpastian yang besar soal bencana itu.

Kelompok-kelompok yang meneliti sumber bencana dengan kelompok yang ada di pemerintah yang meneliti mitigasi bencana terjadi gap yang sangat besar.

Gap itu adalah komunikasi. Yang kita hasilkan soal sumber bencana tidak sampai ke program mitigasi bencana nasional. Saya harap kan dalam kebencanaan ini korupsinya harus ditekan, kepentingan politik harus ditekan, jadi benar-benar fokus untuk keselamatan manusia terhadap bencana ini.

Adakah contoh kasus gap itu?

Saya di Bandung sering meneliti sesar Lembang, kan ada jalur gempa yang melewati Kota Bandung. Ujung sesar itu berujung di jalur Kereta Api Cepat di kawasan Padalarang. Potensi gempa 6 sampaii 7, jika terjadi kerusakan di Kota Bandung akan sangat besar.

Kita sudah menelliti di sana, sudah cukup lama. Saat Pemda Bandung perlu informasi itu, mereka tidak pernah hubungan dengan kita. Dia malah kontrak konsultan lain yang mempunyai data ketinggalan jaman. Datanya di saya kan banyak sekali.

Saat ini juga tengah berlangsung pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung. Daerah yang dilewat kereta juga ada jalur patahan gempa. Apakah Anda bagian dari ahli yng dihubungi untuk memberikan pertimbangan proyek?

Saya terlibat dalam konsultasi proyek itu, saya pun memberikan data.

Bagaimana rekomendasi Anda?

Begini, kalau ada satu struktur atau proyek melewati jalur gempa, bukan berarti proyek itu tidak bisa berjalan. Kalau begitu caranya, Indonesia tidak bisa membangun apapun. Karena seluruh daerahnya dilewati jalur gempa.

Soal kereta api cepat ini, dia tidak persis melewati jalur gempa, tapi dipinggirannya. Jadi masih bisa menghindari dengan cara menggeser proyek ke arah timur. Atau misalnya tetap dibangun di jalur itu, maka harus dibangun dengan konstruksi khusus, agar keretanya tidak bergeser terlalu jauh kalau terjadi gempa.

Biografi singkat Danny Hilman

Danny menamatkan doktornya di California Intitute of Technology. Dia dikenal dunia lewat jurnal profesi geofisika paling bergengsi di tingkat internasional, yaitu Journal of Geophisical Research. Di jurnal itu makalahnya NeoTectonics of Sumatera Fault terbit tahun 2000 dan pada tahun 2004 di jurnal yang sama muncul karyanya yang berjudul Paleo Geodesy of the Sumatera Subduction Zone. Makalah itu merupakan hasil penelitian Danny dan Prof Dr Kerry Sieh, pembimbing doktornya di California Intitute of Technology.

Lewat penelitiannya itu, Danny dapat mengetahui pola-pola gempa di kawasan perairan barat Sumatera. Dia meneliti pergerakan lempeng dengan memasang antena Global Positioning System (GPS) di pulau-pulau itu dan pantai Sumatera Barat.

Sebagai ilmuan geologi gempa bumi, Danny sering dilibatkan dalam penanganan gempa bumi besar yag pernah terjadi di Indonesia. Semisal di Aceh dan Mentawai. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI