Suara.com - Dalam dua bulan terakhir, dunia dikejutkan dengan dua peristiwa terkait perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence. Kabar mengejutkan itu datang dari Turki dan Uni Emirat Arab.
Di UEA, salah satu negara paling modern di dunia ini menunjuk menteri kecerdasan buatan Oktober lalu. Di adalah Omar Bin Sultan Al Olama, lelaki berusia 27 tahun. Menteri ini dibuat karena UEA ambisius menjadi yang terdepan dalam revolusi teknologi global. Selain itu UEA ingin ambil bagian dalam misi ke Mars.
Sebulan kemudian, Turki mendirikan pabrik pertama yang memproduksi robot mirip manusia. Pabrik itu bernama AkinRobotics Factory dan didirikan perusahaan peranti lunak Akinsoft. Mereka ingin membuat robot dengan massal. Robot-robot akan dapat memproses apa yang mereka dengar, katakan, cium serta menggunakan internet. Modal yang mereka tanamkan tidak kecil, Rp69,4 miliar untuk mendanai proyek robot.
Dua peristiwa itu, dinilai sebagai bukti jika kecerdasan buatan saat ini bukan hanya teori dan ambisi manusia semata. Berbagai negara sudah berlomba membuat teknologi yang menggunakan sistem kecerdasan buatan. Bagaimana Indonesia?
Di Indonesia, masih sedikit ilmuwan yang fokus mengembangkan teknologi bersistem kecerdasan buatan. Dari sedikit ilmuwan itu, ada nama Widodo Budiharto. Ilmuwan pembuat robot itu baru diangkat menjadi profesor Universitas Binus.
“Di Indonesia, kabar perkembangan teknologi kecerdasan buatan masih sepi dari isu publik,” kata Widodo.
Di Indonesia, hanya ada 3 profesor di bidang kecerdasan buatan. Ketiga orang itu memang fokus mengembangkan teknologi itu. Widodo jadi orang nomor 3 yang menjadi profesor kecerdasan buatan, di juga yang paling muda.
Salah satu ciptaan lelaki 40 tahun itu adalah kursi roda yang dijalankan dengan pikiran. Kursi roda itu sudah ada, dan teknologinya tinggal diterapkan di level industri. Dia bekerjasama dengan ilmuwan lain dalam penciptaan kursi roda itu.
Menurut Widodo, kecerdasan buatan di Indonesia sudah mulai berkembang. Tinggal negara, melalui pemerintah, melirik peluang ini. Jika tidak direspon dalam waktu 5 sampai 10 tahun lagi, Indonesia akan tertinggal.
Suara.com menemui Widodo di ‘bengkel’ robotnya di Universitas Binus Jakarta belum lama ini. Widodo banyak cerita tentang pekembangan teknologi kecerdasan buatan di dunia dan Indonesia. Dia juga cerita soal beberapa penemuan hebatnya.
Berikut wawancaranya:
Sejauhmana perkembangan teknologi kecerdasan buatan di Indonesia?
Kecerdasan buatan yang mulai dipopuierkan istilahnya di tahun 1958, adalah suatu sistem berbasis komputer yang mampu menduplikasi kemampuan manusia yaitu berpikir dan mencan sebab. Proses berpikir tersebut mengacu pada teknologi jaringan saraf yang berusaha menyimulasi secara elektronik bagaimana otak memproses informasi melalui jaringan saraf-saraf yang saling terhubung untuk menyeiesaikan tugas yang diberikan.
Sistem berbasis komputer tersebut akan menjadi cerdas setelah diberikan sejumlah data pembelajaran dan dilatih. Komputer yang cerdas akan mampu mencari solusi dari masalah yang ada termasuk di antaranya kemampuan melakukan klasikasi
Istilah kecerdasan buatan sudah diusulkan tahun 1958 di Amerika Serikat oleh John McCarthy. Dia adalah ‘Bapak Kecerdasan Buatan’ di dunia. Prinsipnya, kecerdasan buatan merupakan sistem berbasis komputer yang mampu meniru perilaku manusia.
Jika dalam program komputer itu mampu menirukan yang dilakukan manusia, itu dikategorikan sebagai keceradasan buatan. Mulai dari mengenal wajah, bahkan melakuka hal yang tidak bisa dilakukan oleh manusia normal.
Di ponsel pintar, saat ini sudah dipasang kecerdasan buatan, seperti pemindai sidik jari sampai mengubah suara menjadi teks pesan. Hal lain yang sudah terjadi, ada robot yang bisa mengantarkan minuman dan makanan kepada si pemesan. Robot itu bisa mengenal wajah si pemesan makanan dan minuman itu.
Saat ini kecerdasan buatan sudah sangat maju di dunia, di Indonesia sudah banyak yang senang mempelajari kecerdasan buatan. Piranti-piranti yang menggunakan kecerdasan buatan pun sudah banyak, tidak hanya di smartphone. Misal di perbankan, deteksi kebohongan sampai aplikasi ke mesin di Indusri. Saat ini terus berkembang.
Apakah penerapan teknologi kecerdasan buatan di Indonesia sudah mendesak?
Teknologi kecerdasan buatan sangat dibutuhkan di masa depan. Bahkan saat ini sebuah perusahaan tanpa komputer dan internet, maka mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Saya memprediksi 5-10 tahun mendatang, perusahaan yang tidak menerapkan mesin learning atau komputer pintar tidak bisa bersaing dalam berbisnis.
Sebab dengan komputer pintar, akan punya kelebihan. Salah satunya efisiensi tenaga kerja. Selain itu dengan mesin ini prosesnya akurat dan cepat.
Di belahan negara maju, saat ini sudah banyak self company, sebuah perusahaan yang dijalankan dengan mesin learning. Sehingga tidak ada pegawai, sistemnya sudah terprogram. Di perbankan sudah ada sistem robotic process automation (RPA) yang memungkinkan menjalankan fungsi pengecekan dokumen pinjaman mulai dari pengisian data sampai persetujuan. Bayangkan, berapa jumlah tenaga kerja yang diminimalisasikan dari situ.
Ke depan, penerapan irtificial intelegence yang paling jelas adalah sistem robot. Di masa depan, manusia akan bekerja bersama robot. Bahkan manusia akan berinteransi denga robot, ini akan jadi hal biasa dan tidak bisa dihindari.
Kecerdasan buatan nantinya memiliki peranan sangat vital di dalam mewujudkan kehidupan yang memudahkan umat manusia. Tahun 2018, sebesar 45 persen dari 200 perusahaan ecommerce global akan menggunakan sistem robotiknya untuk pengoperasian sistem warehousing dan pengiriman barang.
Selain dari itu, exoskeletons dan drone merupakan robot masa depan yang sangat dibutuhkan. Kecerdasan buatan ini berfokus pada studi, bagaimana otak manusia berpikir, dan bagaimana manusia belajar, memutuskan sesuatu dan bekerja mengatasi masalah yang ada. Apakah bisa sebuah mesin cerdas berpikir dan berlaku seperti layaknya manusia? Jawabannya iya, karena tren teknologi saat ini seperti yang saya jelaskan tadi.
Tidak dapat dipungkiri lagi, ilmu kecerdasan buatan sangat dibutuhkan bagi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia. Sebagai langkah utamanya mengenal dan menguasai machine learning.
Riset yang lebih fokus dan mendalam saya sarankan di bidang computer vision dan deep learning. Beberapa topik yang perlu diperdalam dan dikuasai oleh Indonesia dan diperkuat dengan metode dan model probabilistik seperti deep learning, robot vision, big data, information Retrieval serta Natural Language Processing (NLP) untuk dapat berinovasi dan menghasilkan berbagai aplikasi cerdas dan handal yang dibutuhkan di masa kini dan masa depan.
Mengapa pengembangan teknologi kecerdasan di Indonesia masih jarang?
Karena ini adalah puncak perkembangan teknologi. Ini puncak bidang ilmu yang sangat sulit karena menerapkan sistem cerdas yang menerapkan persamaan matematika. Sehingga yang mempelajarinya akan lebih sedikit. Butuh riset dan studi mendalam. Ini ilmu sulit.
Berapa orang yang mempelajari di Indonesia?
Sudah banyak, sebab bidang ilmu teknologi informatika sudah diaplikasikan ke bidang kecerdasan buatan. Ini baru terjadi beberapa tahun belakangan.
Anda salah satu profesor bidang ilmu kecerdasan buatan…
Pihak Universitas Binus mengajukan saya sebagai profesor di usia 39 tahun. Tapi disetujui saat saya usia 40 tahun. Saya profesor paling muda di sini.
Dan untuk di bidang ilmu komputer, tidak banyak mempunyai profesor.
Profesor khusus di bidang ilmu kecerdasan buatan pun masih sedikit…
Saya orang yang ketiga. Pertama dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), kedua dari Universitas Gajah Mada. Mereka juga profesor kecerdasan buatan.
Apa fokus keilmuan Anda?
Saya fokus ke bidang kecerdasan sistem robotic. Saya mengusulkan model computer vision untuk mengenal wajah dan objek. Saat ini saya tengah menggarap robot humanoid, robot berbentuk manusia yang bisa berucap, berbahasa Indonesia dan bisa mengajar.
Ke depan, saya juga lagi mengembangkan sistem drone otomatis. Sebab drone ini sangat diperlukan dan penting untuk Indonesia. Seperti pemantauan, intelijen dan sistem pertanian. Selain itu untuk bidang kesehatan untuk pengiriman bantuan ke daerah terpencil. Dengan drone yang sudah diprogram tujuannya, maka akan cepat sampai.
Apakah pembeda robot ciptaan Anda dengan yang lainnya?
Robotic dunia sangat berkembang pesat. Di Indonesia banyak robot untuk industri, atau untuk sekadar diperlombakan. Sementara saya menciptakan robot untuk komersialisasi. Semisal robot pelayan dan robot guru untuk mengajar manusia.
Disertasi saya menawarkan model sistem robot pelayan yang bisa menghindari halangan dan mengenal pelanggan di sebuah restoran. Pelanggan tinggal memesan makanan dan minuman di mesin, nanti robot itu mengantarkannya sendiri.
Anda juga menciptakan kursi roda yang bisa jalan dengan pikiran…
Betul, kursi roda itu digerakan dengan pikiran. Ini sangat penting untuk masa depan. Saya merancang sistem yang bisa menyadap pikiran manusia. Ke depan, sistem seperti drone pun dikendalikan dengan pikiran. Riset ini berkolaborasi dengan bidang ilmu lain, seperti psikologi.
Riset berbasis pikiran seperti ini sudah berkembang sejak tahun 1980-an, tapi kemampuannya masih terbata. Sementara dalam riset, kami menemukan celah program untuk membaca pikiran dan bisa menggerakan sistem motor maju-mundur dan kanan-kiri.
Bisa Anda jelaskan dengan sederhana mekanisme kerjanya?
Analoginya, jika Anda emosi, maka wajah Anda akan memerah. Sementara jika lagi senang, akan terpancar warna lain.
Ketika manusia berpikir, jaringan di otak akan memancarkan listrik. Ketika Anda berpikir untuk bergerak maju, neuron yang aktif akan berbeda jika Anda berpikir untuk bergerak mundur.
Tegangan listrik yang terpancar itu sangat kecil, tapi oleh sistem yang kami bangun tegangan listrik itu mampu dibaca dan dianalisa. Tegangan listrik itu diolah menjadi sinyal. Lantas sinyal itu diubah oleh sistem menjadi informasi gerakan.
Berapa lama waktu untuk mengembangkan kursi roda itu?
1 tahun.
Sudah sejauhmana pengembangannya hingga kini?
Belum bergerak ke industri. Sebab ini adalah riset berteknologi tinggi dan memerlukan biaya produksi besar. Perusahaan di Indonesia kebanyakan takut rugi dan harus membiayai riset besar jika ingin berinvestasi.
Mereka akan berhitung soal balik modal. Sementara universitas pun tidak mampu membiayainya.
Beda seperti di Cina, inovasi temuan teknologi akan cepat dikembangkan, karena pemerintahnya mensubsidi. Sementara di Indonesia, untuk mendapatkan bahan baku robotic saja pajaknya besar. Sehingga biaya akhirnya terlalu mahal.
Alat-alat bahan baku semua impor…
Tentu, ini barang teknologi tinggi. Yang namanya teknologi tinggi, Indonesia hanya dapat ilmunya. Jika produksi masal, belum tentu ada yang mau memproduksi dengan gila-gilaan.
Jenis bahan baku apa yang impor?
Dalam membuat robot, saya beli sensor untuk penggerak di luar negeri dengan cara impor dari Amerika dan Kanada. Bahkan untuk pembuatan kursi roda berbasis pikiran, semua bahan piranti keras impor dari Australia.
Sementara untuk software buat di Indonesia. Sementara device utama-nya dibeli dari luar. Setelah mendapatkan bahan baku fisiknya, tinggal dirakit.
Untuk mengembangkan software, saya memerlukan banyak staf. Minimal sekali 10 orang, tapi tergantung sistem yang ingin dikembangkan. Sebab software adalah jantungnya.
Anda berstatus profesor, tapi mempunyai sebuah toko online yang khusus menjual suku cadang robot…
Betul. Anda bisa buka www.toko-robot.com. Selama ini masyarakat sulit mendapatkan komponen untuk membuat robot sederhana. Saya menyediakan komponen itu, tentu ini bukan sekadar tujuan jualan. Suatu saat saya ingin publik dari kelas mana pun akrab dengan robot.
Biografi singkat Widodo Budiharto
Widodo Budiharto lahir di Tanjung Pinang pada 27 April 1977. Widodo mendapatkan gelar sarjana Fisika Instrumentasi, Universitas Indonesia pada tahun 1995. Sementara gelar magister komputer dia dapat di STT Benarif Indonesia pada tahun 2003 di bidang Teknik Informatika, dan doktornya didapar di Institut Teknologi Sepuluh Nopember pada tahun 2008.
Widodo termasuk tekhnokrat yang aktif mengembangkan teknologi baru. Dia banyak mendapatkan dana project dari berbagai negara. Di antaranya pernah dapat hibah penelitian dari Universite de Bourgogne (Perancis) pada tahun 2008, visiting Professor Hosei University (Jepang), Sandwich PhD (Jepang), dan hibah Summer School on Images and Robotics (Mexico-France) pada tahun 2009.
Widodo pun aktif menulis dengan melahirkan 35 buku, puluhan jurnal dan paper internasional. Sampai kini Widodo sudah mengembangkan inovasi 9 buah produk diantaranya Kursi Roda Berbasis Pikiran “Ratanggalih” dan robot edukasi “BIMAX”.
Widodo pun membantu masyarakat umum mendapatkan bahan-bahan pembuatan robot. Dia mempunyai situs toko online www.toko-robot.com.