Anak Njoto, Svetlana: Bapakku Orang Sabar dan Penyayang

Rabu, 03 Oktober 2018 | 13:12 WIB
Anak Njoto, Svetlana: Bapakku Orang Sabar dan Penyayang
Svetlana Dayani, putri sulung anggota CC PKI Njoto. [Suara.com/Abdus Somad]

Digrebek Tentara Angkatan Darat, kapan itu terjadi?

Saya ingatnya bulan Oktober tahun 1966 setahun setelah Gestok. Peristiwa selalu terjadi rata-rata malam. Saya ingat malam itu tidak terlalu larut banget. Kala itu saya main screbel bersama adik-adik, datang seorang tentara bernama Kapten Suroso yang kemudian mendekati tempat bermain screbel dan menyusun huruf berbentuk bapak saya - Njoto. Ia menyusun itu maksudnya dia tahu kami anaknya.

Mulai saat itu kami dibawa ke Kodim 0501, Kodim air mancur namanya, sekarang kalau nggak salah dekat dengan Gedung BI yang ke arah Kebun Siri.

Svetlana Dayani, Putri Njoto
Svetlana Dayani, Putri Njoto

Nah saat dibawa kami dimasukkan ke sel perempuan di sana kami jadi satu ada banyak tahanan. Selnya lumayan besar namun ketika hendak tidur harus berimpitan. Sel yang kami tempati benar yang bentuknya jeruji besi. Nah di sana deket dengan kantor yang dipakai introgasi saya tahu lokasiny dekat sekali.

Jadi orang habis disiksa serta diintrogasi darahnya yang berserakan dilap itu bagian yang membuat saya trauma. Saya melihat orang berdarah-darah kadang diseret, kadang dipapah. Perempuan yang selesai disiksa masuk kembali ke sel kami di sana mereka diobati sama teman-temanya di rawat.

Ibu saya dan adik saya kalau tidur kadang terbangun dan nangis karena ada bunyi sabetan serta teriakan yang jelas banget terengar, wong itu deket, saya bahkan menatap langsung orang yang disiksa.

Anda katakan ada siksaan, alat apa saja yang digunakan pada saat itu?

Macam-macam yang saya lihat dengan nyata dan pahami waktu itu cambuk yang bentuknya ikan pari. Kan itu ada di meja nah saya setiap pagi bersihakan meja di sana juga ada puntung rokok.

Saya sering bersihkan untuk tugas pagi itu dilakukan karena saya membantu tahanan perempuan yang bertugas. Bahkan ada kabar juga ada yang diinjak kukunya di duduki pakai kaki meja, lalu disundut pakai rokok. Saat saya bersihkan itu saya lihat ekor pari masih berdarah-darah sih jumlahnya hanya satu sampai dua.

Selama dalam tahanan, Anda melihat bapak Anda?

Di tahanan bapak tidak ketemu lagi terkahir di Gunugsari, itupun sempat tenggok malam sekali. Udah itu saya gak tahu lagi bapakku ada di mana. Waktu itu sempat melihat Martin Aleida lalu Putu Oka, bahkan ibu saya ingat ada Sudisman ditangkap dan dibawanya ke situ.

Teman-teman bapak Anda juga tidak pernah cerita di mana keberadaan Njoto?

Nggak ada sama sekali, terkahir itu diketahui jelas saat ada sidang kebinet terkahir di Bogor. Itu sidang kabinet Soekarno terakhir. Orang bilangnya peristiwa itu terjadi pada 6 Oktober, itu sidang terkahir bersama Lukman.

Nah kalau lukman anaknya sendiri yang tahu kalau Lukman dieksekusi di depan rumahnya di Kebayoran, kalau bapak saya nggak tahu.

Kembali bicara soal Anda ditahan, kalau boleh cerita berapa tahun ada ditahan saat itu?

Nggak lama kami sekitar 3 bulan atau lebih saya agak lupa waktunya apa akhir tahun apa awal tahun. Saat itu kami dijemput kakak saya di Solo kami boleh pulang ke Solo entah bagaimana menjaminya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI