Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira: Ada Perppu, Artinya Krisis Cukup Gawat

Senin, 06 April 2020 | 06:55 WIB
Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira: Ada Perppu, Artinya Krisis Cukup Gawat
Ekonom INDEF (Institute For Development of Economics and Finance), Bhima Yudhistira. [Dok. pribadi]

Jangka pendek, lakukan universal basic income. Pekerja sektor informal di zona merah corona atau wilayah yang parah terdampak diberikan basic income dalam bentuk cash transfer senilai 80% dari UMP.

Saya coba hitung di Bali-Lombok. Di Bali, per Agustus 2019 ada 318.711 orang pekerja di sektor hotel dan restoran. Di Lombok ada 101.000 orang. Total Bali-Lombok pekerja hotel restoran adalah 420 ribu orang. UMP Bali dan Lombok rata-rata Rp 2,5 juta. Kalau asumsi 80% dari UMP, jadi Rp 2 juta.

Itu menanggung semua 420 ribu orang jadinya Rp 840 miliar. Nggak sampai kok Rp 1 triliun. Dananya ditanggung bersama APBN (dana transfer daerah) dan APBD, kan cukup.

Jangka menengah, fokus pada mempercepat recovery pasca krisis dengan efektifkan belanja pemerintah yang produktif. Proyek padat karya bisa jalan kalau wabah sudah selesai. Jangka panjang, fokus pada industrialisasi, sehingga orang yang di-PHK bisa kembali terserap maksimal.

Suasana di Pasar Tanah Abang yang ditutup imbas dari penyebaran virus Corona, Jakarta Pusat, Jumat (27/3). Dalam rangka pencegahan dan menekan angka penularan virus Corona (COVID-19), Perumda Pasar Jaya menutup menutup sementara Blok A, B dan F Pasar Tanah Abang mulai 27 Maret hingga 5 April 2020.  [Suara.com/Alfian Winanto]
Suasana di Pasar Tanah Abang yang ditutup imbas dari penyebaran virus Corona, Jakarta Pusat, Jumat (27/3/2020). [Suara.com / Alfian Winanto]

Banyak mal, juga pusat grosir Tanah Abang kini sudah tutup karena corona. Seberapa besar sih ini dampaknya terhadap ekonomi rakyat?

Ini dampak Tanah Abang saja sudah besar sekali mempengaruhi sektor retail sampai ke daerah.

Perputaran uang di Tanah Abang mencapai Rp 200 miliar per hari. Itu baru di Tanah Abang saja. Jika barang dijual sampai ke daerah-daerah, ada nilai tambah sehingga mencapai Rp 400-500 miliar per hari. Ini uang yang hilang.

Pedagang kecil juga akan menanggung risiko, karena stok barang jualan turun. Padahal menjelang Ramadan-Lebaran biasanya permintaan pakaian berada dalam puncaknya.

Tidak hanya toko fisik, ya. Toko online, pedagang di platform maupun e-commerce juga kena imbas. Asal barangnya kan sama, bahan bakunya juga dari Tanah Abang. Yang jelas, ada daya beli yang merosot, (ada) PHK di sektor UMKM.

Baca Juga: Curhat Ojol Dilarang Pulang Kampung: Ciawi Sudah Lockdown

Bagaimana sebenarnya situasi ekonomi Indonesia saat ini yang tiap hari lesu? Apakah bisa seperti krisis keuangan pada 2008?

Situasinya jauh lebih buruk dari 2008, karena saat ini disertai oleh perlambatan konsumsi yang terjadi sejak 2015. Kemudian pertumbuhan kredit rendah, baik kredit modal kerja maupun kredit konsumsi. Bank kurang bergairah, dan pertumbuhan ekonomi rata-rata jelang krisis hanya 5%. Tahun 2008 pertumbuhan ekonomi masih 6,1%. Dulu 2008 episentrum krisisnya di AS, (sedangkan) saat ini merata di hampir seluruh dunia kena corona.

Bagaimana dengan kondisi industri saat ini?

Industri mengalami penurunan bahkan jauh sebelum corona masuk Indonesia. (Itu) Bisa dilihat dari porsi industri terhadap PDB (yang) berada di bawah 20%. Sudah terjadi de-industrialisasi prematur. Kemudian secara permintaan, ekspor anjlok. Ya, bencana-lah di industri ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI