Kalo tadi Bang Togu bilang membeli hasil pertanian langsung dari petani, lalu pemasarannya bagaimana? Apakah dijual sendiri?
Jadi, sorenya [hasil pertanian itu] diantar ke rumah Kak. Pagi udah kubawa. Itu kita pake gerobak sayur. Ada di [depan] kedai kopi Sutomo di Siantar. Kita mangkal di situ dari jam setengah 7 sampai jam setengah 11 lah paling lama. Jadi aku jualan sayuran, habis itu jualan air minum. Lalu tidur siang, istirahatlah sebentar, setengah jam, karena aku ingat ada zoom kita ini, ya udah besok seperti itu lagi. Tapi Hari Minggu, aku off.
Nampaknya sibuk terus ya Bang. Banyak pekerjaan yang gak henti-henti dikerjakan di sini ya?
Ya intinya kayak gini, Kak: bagaimana hidupku bisa berdampak buat orang lain. Saat ini ya ada dengan sodara-sodara yang orang dengan gangguan jiwa. Kemudian mulai tahun depan kita akan gas, mulai untuk petani. Karena memang saya sendiri petani. Saya sudah merasakan bagaimana produk saya [dihasilkan} dengan keluar dana yang besar, keluar keringat, kadang-kadang keluar air mata. Terus dihargainnya sangat kecil. Itu akan kulawan. Tunggu, tunggu waktunya.
Sudah pas itu, Bang. Perlu ada orang seperti Bang Togu yang membeli nasib petani. Tentu para petani ini senang ya.
Ya Puji Tuhan, memang saat ini kan Kak, dengan keterbatasan modalku, baru ada 3 sampai 4 petani Kak yang kita tampung produknya. Mudah-mudahan ke depannya bisa lebih banyak lagi.
Karena mulai bulan depan kan rencanaku bikin toko, toko pertanian, farm mart gitu lah. Toko petani lah, jadi kau petani masoknya apa, sawi atau tomat ini sudutmu ya, cabe ini sudutmu. Jadi orang mereka yang mengantar sendiri. Jadi ini sebenarnya tokonya mereka juga. Ya aku tetap akan ada profitnya di situ kan, nyewa tempat, mengurusinya... fair kan. Jadi harus fair trade.
Rencananya farm mart ini akan ada di kota Siantar?
Iya, di Siantar Kak. Jadi itu sebenarnya mimpiku 10 tahun yang lalu sejak pulang dari Kalimantan. Jadi aku memang seorang pemimpi.
Baca Juga: dr Dirga Sakti Rambe: Ada atau Tak Ada Vaksin Covid-19, Tetaplah 3M
Ada yang mau disampaikan Bang, selain kritik pedas ke pemerintah?
Ya, sebenarnya bukan kritik pedas Kak, karena sebenarnya mereka tahu bahwa itu harus dikerjakan tapi tidak dikerjakan.
Ini kan persoalan mental kan.
Iya mentalnya. Saat ini bagaimana misalnya pilkada: kita tahulah bukan rahasia lagi, begitu banyaknya uang yang beredar di pilkada. Kan begitu. Ya kita mau dapat pemimpin seperti apa. Tapi intinya ya, hiduplah selagi...
Jadi kadang-kadang begini Kak. Banyak orang yang bilang sama aku, oh pelayanan kau ya... Bukan, ini bukan pelayanan kupikir. Sama aku ini bukan pelayanan. Bagiku ini hanya menjalankan hobi. Karena kalo aku pelayanan nanti aku akan minta uang minyaknya. Aku akan hitung-hitungan kalo pelayanan. Tapi ketika ini hobi, kita tidak peduli berapa banyak energi yang kita keluarkan ke situ, berapa banyak modal yang kita keluarkan ke situ. Karena itu kan hobi kita. Tapi kalo pelayanan: loh nanti mana uang minyakku aku jalan ke sana.
Berarti lebih karena passion ya Bang?