Benar. Ya aku sudah melakukan ini 25 tahun, Kak. Aku di civil society, gerakan kemanusiaan, gerakan sosial ini sudah 25 tahun. Jadi bukan anak kemarin sore.
Itu sudah teruji juga. Kalau passion-nya tidak di situ barangkali sudah berhenti karena lelah misalnya. Karena kan banyak hal yang harus dikorbankan kalau mau berjuang ke civil society yah?
Betul. Jadi ya sebenarnya ketika... kadang-kadang kalo ada relawan yang datang, ya udahlah seleksi alam. Kau mau banyak ngomong ya udahlah, buktikan aja lah. Akhirnya kenapa? Mental-mental sendiri.
Tidak mudah menjadi aktivis. Dan selalu banyak orang yang bilang: aku ingin e... seperti Bang Togu, katanya. Jangan ingin seperti aku! Jadilah dirimu sendiri. Karena begini Kak, Tuhan memakai kita bukan karena kita sempurna. Tuhan memakai kita karena Tuhan tahu. Eh Togu kau cocoknya di gerakan sosial. Eh Rin, kau cocoknya di dunia jurnalis. Eh Hasudungan, kau cocoknya tukang cuap-cuap di sana kan begitu. Kan ada passion-nya orang masing-masing. Kenapa sih kita ingin... Aku gak setuju ada orang yang ingin seperti aku. Harus melebihi aku. Tapi jadi diri sendiri. Karena juga aku pendosa.
Tapi sosok Togu Simorangkir sudah banyak menginspirasi anak-anak di Pulau Samosir untuk bersekolah lebih tinggi.
Ya kalau menurut aku sih, ketika kita bisa... Jadi gini Kak: orang batak, itu kan punya filosi: Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon. Hamoraon itu kekayaan, Hasangapon itu kita punya status sosial yang luar biasa, Hagabeon itu kita memiliki keturunan atau beranak cucu.
Aku tetap memegang hamoraon, hagabeon, dan hasangapon tapi dengan terminolgi yang berbeda. Hamoraon di aku adalah banyak teman. Hasangapon di aku, ya hidup kita berdampak buat orang lain. Hagabeon di aku ya kita jadi inspirasi buat banyak orang.
Jadi tetap memegang itu tapi terminologinya yang berbeda. Sekarang kan bagaimana kita, apa ya... hidup kita harus berdampak buat orang lain. Jadi aku bikin quote yang tahun 2017: “Berbuat baiklah bukan karena ingin masuk surga tapi karena Tuhan sudah baik sama kita.” Artinya seringkali kita manusia yang hidup saat ini, ingin berbuat baik karena apa? Kita selalu memikirkan surga. Kenapa gak kita pikirkan: ketika kau hidup, kau berguna gak buat orang lain.
Kalo aku bilang, aku gak mau masuk surga. Kenapa? Karena di surga ga ada tuak, [di] neraka banyak. Ya udah aku di neraka aja. Tapi selama aku hidup aku ingin hidupku berdampak buat orang lain. Kenapa sih kita memikirkan setelah kita mati. Kenapa kita tidak fokus kepada: ketika kita masih hidup, kita berguna buat orang lain. Kenapa selalu mikirnya setelah mati. Loh kalo kau mati, kita mana tahu mau ngapain.
Baca Juga: dr Dirga Sakti Rambe: Ada atau Tak Ada Vaksin Covid-19, Tetaplah 3M
Itu yang saya mau bilang tadi, Bang Togu ini kan againts the mainstream kebanyakan orang batak yg umumnya memegang teguh tiga filosofi tadi. Ternyata Anda mempunyai interpretasi yang berbeda terhadap tiga hal itu. Dan gak banyak orang batak seperti itu.
Betul.
Kecuali barangkali suami saya Hasudungan Sirait, sama itu.
Hahaha... Itulah Kak. Jadi ya kita fokus ketika kita hidup lah. Mau nanti kau mati mau gimana, ya kalo kau mati, mati aja. Kok mikirin surga gitu loh. Tapi kau mikirkan gak, tetangga kau udah makan atau belum. Kan gitu. Masih seperti itu.
Jadi tantangan kita sebenarnya berat. Tantangan kita untuk menjadi hidup yang berguna... Gini Kak. Karena berbuat baik pun belum tentu benar bagi kebanyakan orang. Karena selalu dipikirkan loh, lu mau jadi apa. Motivasimu apa bikin ini. Kan gitu. Ya selagi kau hidup bergunalah buat orang lain. Udah gitu ajalah. Kok mikirin udah mati.
Mudah-mudahan staminanya tidak turun jadi bisa terus jalan terus ya Bang Togu.