Nah, masuk lah saya di dunia politik, berawal dari pengurus partai. Tahun 1998 setelah reformasi, saya sudah masuk pengurus partai. Waktu itu masih kuliah. Setelah orde baru, 1998, ya? Sudah masuk ke dunia politik sampai saat ini.
Tahun 2014 menjadi anggota DPRD Sleman dan kembali terpilih pada periode berikutnya. Namun, Anda tiba-tiba dicalonkan sebagai Wakil Bupati Sleman, mendampingi Kustini Sri Punomo di Pilkada 2020. Karir politik Anda bisa dibilang kilat, ya?
Iya, saya dimandatkan untuk bisa mencalonkan sebagai wakil bupati, pilihan waktu itu Desember 2020.
Jadi, 2014 saya masuk pertama kali menjadi anggota Dewan. Saya bersyukut, itu sampai 2019. Tahun 2019 saya mencalonkan lagi dan masuk lagi waktu itu di Dapil sini.
Namun di tahun 2020, ditugaskan oleh partai untuk maju menjai Wakil Bupati Sleman sampai saat ini. Itulah sekilas karir politik saya yang selama ini sudah saya jalankan.
Perjalanan karir politik Anda tentu masih panjang. Adakah rencana untuk naik ke posisi yang lebih tinggi?
Itu kita serahkan saja kepada Yang Maha Kuasa, tapi ada prinsip yang memang sudah menjadi doktrin dan ajaran dari keluarga saya.
Berpolitik itu sebenarnya hanya bagian dari bagaimana kita bisa memberikan pendampingan dan memperjuangkan apa yang menjadi kehendak rakyat. Itu saja. Kalau dibuat beban, pasti kita malah susah sendiri, jadi mengalir saja. Apa yang sudah menjadi rencana, apa yang menjadi hal harus kita jalankan, ya, kita jalankan sesuai dengan kemampuan kita. Utamanya, yang penting kita tidak melanggar aturan.
Anda pernah bertugas di legislatif dan sekarang menduduki jabatan eksekutif. Tantangannya lebih besar yang mana?
Baca Juga: Wawancara Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa: Bantu Rakyat Jadi Motivasi untuk Tetap Bekerja
Kalau saya yang merasakan sebenarnya sama saja antara eksekutif dan legislatif, hanya perbedaannya secara ketugasan. Legislatif itu punya tugas pokok tiga, yakni penganggaran, pembuat undang-undang atau perda, pengontrolan atau controlling penggunaan anggaran.