Kisah Perjalanan Khansa Syahlaa, Remaja 17 Tahun yang Telah Mendaki 81 Gunung di Dunia

Selasa, 10 Oktober 2023 | 08:48 WIB
Kisah Perjalanan Khansa Syahlaa, Remaja 17 Tahun yang Telah Mendaki 81 Gunung di Dunia
Khansa Syahlaa, Remaja 17 Tahun Telah Mendaki 81 Gunung. (Suara.com/Fajar Ramadhan)

Suara.com - Mendaki gunung nyatanya tidak sekadar aktivitas fisik yang menguras energi, tapi juga jadi sarana healing dan proses menempa diri. Hal tersebut yang telah dibuktikan oleh pegiat kegiatan alam Khansa Syahlaa

Usianya baru 17 tahun, tetapi Khansa rupanya telah mendaki sebanyak 81 gunung sampai pada pertengahan Juli 2023. Ia mendaki gunung sejak usianya baru lima tahun. Sampai sekarang, siswa kelas 12 SMA Labschool Rawamangun, Jakarta, itu masih terus ambisius mengejar berbagai targetnya pergi ke gunung-gunung tertinggi juga unik.

Akan tetapi, sadar akan status dirinya yang juga masih seorang anak dan kewajibannya bersekolah, Khansa mensyaratkan kepada dirinya sendiri juga harus tetap memprioritaskan pembelajaran di sekolah.

"Aku bikin syarat ke diri aku sendiri, kalau nilainya nggak bagus, nggak boleh naik gunung. Jadi memang naik gunung itu sebagai reward buat aku nilai bagus. Jadi kalau misalnya lagi ujian, banyak remednya, udah nggak boleh naik gunung sama bunda ayah," cerita Khansa ditemui suara.com dikawasan Kota Wisata, Cibubur, beberapa waktu lalu.

Meski harus selalu bersusah payah latihan fisik setiap kali akan mendaki ke gunung tinggi yang tuju, bagi Khansa itu bukan persoalan besar. Terlebih, dirinya juga harus selalu bisa membagi waktu antara aktivitas sekolah juga kegiatannya di alam.

Tetapi justru hal tersebut yang membuat anak kedua dari tiga bersaudara itu merasa menikmati setiap momen di masa anak-anaknya. Suara.com berkesempatan untuk melakukan wawancara khusus dengan Khansaa Syahlaa terkait pengalamannya selama ini menjadi pendaki

Benarkah Khansa jadi paham tentang makna hidup dari perjalanannya selama di gunung? Berikut ini wawancara Khansa Syahlaa selengkapnya. 

Lagi sibuk apa beberapa bulan terakhir?

Aku baru naik kelas 3 (SMA), jadi mulai persiapan cari bimbel. Kalau terkait kegiatan pendakian, kemarin baru ikut lomba Mantra Summit Challenge. Itu aku ke-3 Welirang, jadi sebulan ke belakang latihan fisiknya untuk ikut itu. Sisanya aku juga lagi latihan dan merancang proposal untuk pendakian selanjutnya ke gunung Aconcagua di Argentina.

Baca Juga: Dua Pendaki Hilang di Gunung Sibuatan, Terpisah dari Rombongan Saat Turun dari Puncak

Khansa sudah naik gunung dari usia 5 tahun, momen apa dan kapan kamu tertarik sendiri dengan kegiatan alam?

Ayah aku udah naik gunung dari SMA. Dan sebenarnya dari umur 9 bulan aku udah diajak ke gunung, ikut camping. Makin lama ayah sering cerita waktu pengalamannya di gunung, lama-lama tertarik juga, kayaknya seru juga. Akhirnya umur 5 tahun aku sekeluarga naik ke Gunung Bromo. Awalnya memang kayak cranky gitu, pertama kali pasti capek, dingin. Tapi ketika sampai di puncak kok seru ya. Aku pengen lagi.

Akhirnya umur 7 tahun aku ke Rinjani. Itu ayah sengaja nggak sampai ke puncak. Itu strategi Ayah cuma naruh aku sampai di Plawangan supaya aku ada rasa penasaran dulu sama gunung ini, supaya nanti ingin balik lagi dan naik gunung itu nggak segampang itu, harus step by step.

Umur 8 tahun aku naik gunung Semeru. Waktu itu (film) 5 cm rilis, itu yang menginspirasi aku juga. Jadi bisa dibilang Semeru itu juga gerbang utama aku suka naik gunung. Dan itu gerbang pertama aku 7 summit (Indonesia). Dari Semeru aku naik Rantemario (Latimojong) di Sulawesi, lalu naik Kerinci di Sumatera, naik gunung Binaiya di Maluku. Itu kita mendaki maraton 5 hari, turun sehari kemudian terbang ke Lombok naik Rinjani.

Dari Rinjani langsung ke Bukit Raya, Kalimantan. Habis itu terakhir gunung Cartenz di Papua. Jadi aku selesai program 7 summits Indonesia itu dalam waktu 2,5 tahun. Selesai di usia 11 tahun. 

Menurut Khansa, apa serunya berkegiatan di alam dibandingkan rebahan di rumah?

Karena gunung sudah jadi comfort place aku, jadi udah tempat healing aku aja. Aku udah nyaman banget di gunung. Experience yang aku jarang dapatkan di kota tuh aku dapetin di gunung, tentang kebersamaannya sama temen-temen baru, misalnya kita di jalan ketemu sama pendaki yang kita emang nggak pernah ketemu, tapi kita saling sapa karena memang di Gunung semuanya teman. Jadi lebih menghargai waktu kebersamaan, lebih menghargai ciptaan Allah juga.

Dari kegiatan pendakian akhirnya membawa Khansa raih beasiswa sekolah. Momen prestasi pendakian apa yang paling berkesan dan ternyata bermanfaat untuk akademik?

Sebenarnya aku dari SD, SMP, SMA dapat pendakian beasiswa sekolah. Kalau waktu SMA ini, dapat penghargaan orang tua hebat dari Kemendikbud. Dan di situ ada Kepala Sekolah Labschool. Jadi waktu itu aku juga dapat MURI dari waktu pendakian ke gunung Kilimanjaro di Afrika sebagai perempuan Indonesia pertama dan termuda. Dan Alhamdulillah aku dikasih  beasiswa sampai sekarang.

Anak seusia Khansa kebanyakan lagi suka kulineran jajanan kekinian. Kalau Khansa sendiri gimana? Ada batasan buat jaga performa fisik?

Sebenarnya fisik aku nggak terlalu bagus. Coach trainer aku pun bilang emang Khansa kalau fisik kurang kuat, tapi aku bisa di mentalnya aja, aku ngerasa itu. Tapi karena aku udah latihan fisik, udah latihan ini, ini, aku jadi lebih yakin aku bisa better di gunung. Dan kalau ngomongin kuliner aku anak muda yang suka banget explore sebenarnya.

Tapi memang harus tahu batasannya aja. Aku ada target juga nih sebulan lagi mau naik gunung, ya udah satu bulan itu memang keluarga aku ngingetin juga, Khansa kurangi manis, kurangi minyak, latihan fisiknya harus semakin kencang, tidurnya nggak boleh begadang. Walaupun aku masih sering menyimpang juga, tapi harus dibiasakan sih.

Apa hambatan yang dirasakan ketika berkegiatan di alam karena faktor masih usia anak, terutama bila pendakian di luar negeri?

Di Indonesia tuh memang ada beberapa gunung yang menerapkan batasan umur, misalnya kayak Rinjani itu 12 atau 13 tahun. Jadi memang ada syarat kayak gitu. Tapi mereka juga mengizinkan kita naik gunung asal ada surat dari orang tua. Kayak kemarin ke Elbrus, aku memang dapat yang termuda dari Indonesia, dapat award-nya kayak gitu, perempuan termuda di Indonesia yang ke Elbrus, boleh aja. Misalnya minimal 18, ya udah aku harus 18, nggak bisa maksain juga. Sebetulnya kan bisa pakai surat tadi, cuma ya biar legal aja, jadi enak izinnya. Sebetulnya Aku selalu masuk ke syaratnya, jadi aman aja selama ini.

Sistem pendakian di gunung Indonesia, secara umum, apa sudah ramah anak?

Sebetulnya sudah lumayan. Aku mewakili anak-anak lainnya sebetulnya kita pengen naik gunung, cuma memang dari orang tuanya yang kadang nggak ngizinin. Padahal kuncinya di orang tua. Aku berapa kali nemuin emang ada anak yang niatnya udah mantep banget, peralatannya sudah lengkap, dan orang tuanya juga nemenin. Ada juga aku nemu waktu itu posisinya lagi hujan, anaknya enggak dikasih jas hujan, pakai sandal doang, orang tuanya pakai jas hujan, anaknya enggak, kan kasihan. 

Anaknya dibawa naik gunung tapi dibikin trauma kayak gitu jadi kapok. Jadi harus dibikin naik gunungnya enjoy, have fun yang anak-anak suka, menunya juga kita sesuai anak-anak, kesehariannya nggak diubah. Kayak waktu aku masih kecil, aku bahkan bawa squishy ke gunung karena itu memang bikin mood aku senang. Jadi jangan diilangin apa yang bikin mereka senang waktu di gunung. 

Kalau dari jalur sebetulnya tergantung aja. Harusnya kan orang tua sadar kapasitas anaknya bisa nggak kalau ke jalur yang kayak gini, jadi disesuaikan sama gunungnya aja.

Pembelajaran apa yang didapat dari pendakian gunung dan ternyata berimbas positif terhadap kegiatan sekolah?

Sebetulnya di kehidupan sehari-hari juga banyak. Jadi salah satunya adalah aku nggak boleh lari dari masalah. Misalnya aku di gunung yang seharusnya diajarkan  bawa pakaiannya lebih banyak, tapi aku nggak terlalu bawa banyak. Jadi aku harus survive sama hal-hal itu. Intinya survive sih.

Misalnya, di sekolah aku telat dapat hukuman. Ya udah nggak usah lari dari hukuman itu, jalanin aja kan salah kamu sendiri juga. Jadi tanggung jawab sama apa yang kita lakukan. Dan naik gunung itu harus disiplin, kita bangun udah ditentuin. Kita bangun subuh, jalan harus jam 7 teng, ya udah aku disiplin, kayak di sekolah aja.

Sebagai seorang anak, cita-cita kamu apa saat ini?

Sebenarnya cita-cita aku itu adalah aku bisa masuk perguruan tinggi negeri dibantu oleh prestasi pendakian. Aku jadi memang dari SD sampai SMA dapat beasiswa pendakian. Dan aku berharap nanti di PTN dari pendakian aku juga bisa menuju ke sana. Jadi aku berharap bisa mendapat pendidikan setinggi-tingginya dari prestasi pendakian.

Kalau cita-cita aku profesinya sebenarnya masih mikir-mikir juga. Tapi kalau untuk jurusan kuliah yang aku mau masih ada di sekitaran alam juga, entah seperti biologi kayak gitu.

Apa pesan atau ajakan untuk teman-teman seusia Khansa agar ikut aktif gerak secara fisik?

Buat teman-teman yang seumuran aku atau mungkin juga di bawah aku, di gunung itu fun banget. Dan aku yakin sebetulnya kalian mau banget, tinggal meyakinkan ke orang tua. Sebetulnya balik ke pemilihan masing-masing aja, ada yang memang enjoy-nya di mall, enjoy-nya di gunung, enjoy-nya belajar, enjoy-nya nonton, main game, semua itu tergantung preferensi kita masing-masing. Gimana caranya kita enjoy, gimana caranya kita menikmati itu. 

Karena aku memang suka naik gunung, bukan sekedarnya gunung tapi media pembelajaran juga. Jadi ada manfaatnya yang datang ke diri aku. Aku ngerasa jadi lebih mandiri, lebih berani, dengan ada di gunung itu aku dapat teman-teman baru, dapat prestasi baru juga. Jadi semoga kegiatan yang kita lakukan yang bikin kita enjoy dapat membawa manfaat baik untuk diri kita juga.

Apa target pendakian selanjutnya yang sedang dipersiapkan dalam waktu dekat?

Selanjutnya aku mau ngelanjutin 7 Summit World atau 7 gunung di 7 benua, udah tiga, yaitu gunung Puncak Cartenz Pyramid Papua, Kilimanjaro Afrika, Elbrus Rusia, yang keempat ini rencana di akhir tahun yaitu gunung Aconcagua di Argentina dengan ketinggian 6.800 meter. Itu gunung keempat dari program 7 Summit World, 7 gunung di 7 benua. Sudah 3, Cartenz Pyramid Papua, Kilimanjaro Afrika, dan Elbrus Rusia.

Jadi yang keempat ini memang targetnya Aconcagua di Argentina di bulan sekitar November-Desember tahun ini. Butuh waktu sekitar 28 hari sampai 30 hari di gunung, jadi aku memang butuh persiapan yang panjang. Mulai dari pencarian dana, fisik, perlengkapan, karena nggak bisa asal pakai sepatu yang kayak kita di gunung biasa. Aku sampai pesan di Nepal untuk sepatu yang dipakai buat ke sana. Jadi sekarang memang lagi sibuk persiapan untuk akan ke Akonkagua.

Setelah itu aku masih ada program juga 7 gunung dengan track terpanjang di Indonesia, sudah 6, ada Gunung Leuser Aceh, Argopuro Jawa, Kabentonu di Sulawesi, Gandang Dewata Sulawesi, gunung Patah di Bengkulu, dan gunung Sanggar di Lombok. Sisa satu gunung lagi masih dirahasiakan dan semoga bisa tercapai juga di tahun ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?