Cerita Bagus Adikusumo, Pemain Lama di Bisnis Properti yang Bertahan dari Krisis ke Krisis

Risna Halidi Suara.Com
Selasa, 23 Juli 2024 | 16:04 WIB
Cerita Bagus Adikusumo, Pemain Lama di Bisnis Properti yang Bertahan dari Krisis ke Krisis
Bagus Adikusumo, Senior Director, Office Services, PT. Colliers International Indonesia. (Dok Pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Menariknya, kita tidak hanya mendapatkan fix salary, kita mendapatkan komisi. Semakin besar deal-nya maka semakin besar komisinya. Saat saya mulai di tahun 1996 itu bisnis properti sedang bagus. Pada saat 1997-1998 baru deh turun. Jadi di tahun 1996-1997 itu kita sedang making a lot of money, banyak transaksi karena masih baru.

Jadi transaksi dulu itu menggunakan dollar (USD), jadi kita mendapatkan earning dollar. Dollar yang nilainya Rp2500 menjadi Rp17.000, US Dollar Rent pun naik jadi tidak masuk ke hitungan perusahaan-perusahaan ini.

Secara rules business leasing itu adalah uang sewa tidak boleh melebihi dari 20 persen total expense perusahaan tersebut kalau lebih dari itu perusahaan menjadi tidak sehat.

Yang terjadi pada saat itu adalah rental office yang tadinya 20 persen menjadi 60 persen dan banyak yang tumbang perusahaan. Jadi, income-nya berkurang, transaksi kita yang sudah di depan mata mendapatkan puluhan M (miliar) itu gagal semua dan terjadi penyesuaian.

Pada saat 2001-2002 itu sudah mulai bangun lagi, 2005 mulai rame dan kemudian 2008 saat sedang bagus-bagusnya ada global finansial crisis. Untungnya Indonesia sudah belajar saat 1998 dan sudah resilience, jadi tidak lama hanya enam bulan efeknya.

Setelah itu nilai properti sudah meloncat. Itu juga yang membuat saya suka di bisnis ini karena kita belajar banyak hal.

Anda menekuni spesialisasi penyewaan dan jual beli office space, apa beda tantangannya dengan rumah pribadi?

Kalau office kan corporation tapi kalau rumah pribadi itu individu. Jadi memang personal interest-nya berbeda. Kalau di corporation itu menggunakan logika dan hitungan tapi kalau rumah pribadi melibatkan perasaan juga jadi lebih lama lagi prosesnya karena banyak faktor individu.

Jadi saya lebih suka yang comercial dibandingkan residencial. Kalau residencial saya biasanya apartment untuk satu gedung untuk corporation. Jadi memang berbeda dari segi pembeli, pengguna dan siapa yang melihat atau memutuskan.

Baca Juga: Proyek TOD di Sepanjang Jalur LRT Besutan BUMN Diakui Dunia Internasional

Dengan makin bertumbuhnya tren WFC dan WFH seberapa berpengaruh terhadap dinamika jual beli dan dinamika property office?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI