Wawancara Khusus: Rahasia Prof Ova Emilia Pimpin UGM di Era AI dan Tantangan Generasi Muda

Chandra Iswinarno Suara.Com
Senin, 13 Januari 2025 | 17:38 WIB
Wawancara Khusus: Rahasia Prof Ova Emilia Pimpin UGM di Era AI dan Tantangan Generasi Muda
Rektor UGM Prof dr Ova Emilia. [Suara.com/Hyoga Dewa Murti]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof dr Ova Emilia, M Med Ed, SpOG(K), PhD membagikan kisah perjalanan karier yang inspiratif, dari jenjang pendidikan hingga akhirnya dipercaya memimpin salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia.

Dikenal sebagai sosok berdedikasi tinggi, Prof Ova meniti karier di dunia akademik sekaligus aktif dalam praktik kedokteran. Pengalaman luasnya di bidang pendidikan dan profesi kesehatan menjadi fondasi kuat yang mengantarkannya ke posisi sebagai Rektor UGM.

Dilantik pada tahun 2022, Prof Ova memulai masa jabatan lima tahun sebagai pemimpin universitas, membawa semangat baru bagi pengembangan pendidikan tinggi.

Dalam wawancara bersama Suara.com, ia berbagi cerita tentang perjalanan hidupnya, mulai dari bangku kuliah hingga menjabat sebagai rektor.

Di tahun ini UGM akan ulang tahun yang ke-75, bagaimana perjalanan kuliah di Gadjah Mada?

Saya lahir di Jogja kemudian mengikuti orang tua yang kebetulan dosen tapi pindah-pindah. Dari Jogja sempat ke Jakarta, Cirebon, Bandung, balik lagi Jogja, terus ke Jakarta, dan terakhir pindah dan berhenti di Jogja. Akhirnya masuk ke UGM.

Waktu itu memang saya penginnya masuk Institut Teknologi Bandung (ITB), cuman orang tua nggak boleh karena terlalu jauh, sehingga akhirnya masuk UGM dan sampai sekarang cinta UGM.

Dari sekian perjalanan hidup Prof Ova, mana waktu yang membuat Prof itu sangat terkesan, terutama dari sekolah kemudian kuliah?

Kalau saya menikmati semua perjalanan itu, dan saya memang tipe orang yang senang mencoba dan tertantang kalau ada sesuatu yang mengusik. Contoh, waktu saya kelas 5 SD kalau mau jajan pas istirahat antre panjang.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Zaenal Arief Legenda Persib: Bicara Karier hingga Shin Tae-yong

Akhirnya, punya ide gimana kalau jualan. Saya jualan pisang goreng dan rujak di situ, dan itu didukung sama guru-guru dan orang tua. Jadi artinya itu untuk mendidik bahwa saya sensitif terhadap suatu problem.

Masuk ke jenjang kuliah dan lulus, kemudian akhirnya menjadi rektor, mungkin boleh cerita sedikit perjalanan karier dari kuliah?

Saya menjalani dua stream, stream pendidikan akademik, dan stream profesi. Setelah kemudian S2, S3, ada stream profesi juga. Saya sebagai spesialis obstetri ginekologi, kemudian saya ambil lagi subspesialis.

Setelah itu saya membidangi di dalam karier saya itu ada dua hal besar. Kalau profesi memang saya di bidang kesehatan perempuan, obstetri ginekologi. Tetapi kalau di bidang akademik, saya di bidang pendidikan kedokteran khususnya.

Dua bidang itu yang mewarnai karir saya selanjutnya. Iya saya praktik, berinteraksi dengan pasien. Setelah jadi rektor saya tidak praktik.

Menggabungkan antara profesi yang langsung berhubungan dengan masyarakat, dan mendidik. Bagaimana keduanya ini bisa seiring dan akhirnya menjadi salah satu cita terbesar?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI