Prodjo Sunarjanto: Peluang Besar Logistik, Mobil Listrik hingga Tantangan dari Gen Z

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 04 Desember 2025 | 16:43 WIB
Prodjo Sunarjanto: Peluang Besar Logistik, Mobil Listrik hingga Tantangan dari Gen Z
Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada (ASSA), Prodjo Sunarjanto bercerita tentang bagaimana perusahaan dibangun serta dikembangkan, perkembangan mobil listrik hingga tantangan dari Gen Z di tengah pasar yang tidak pasti. [Suara.com]
Baca 10 detik
  • PT Adi Sarana Armada (ASSA) mencatat laba bersih Rp205,24 miliar di Semester I-2025, tumbuh 59,81 persen melalui tiga pilar bisnis.
  • Keberhasilan ASA didorong sinergi tiga pilar: rental mobil, ekosistem mobil bekas (lelang), dan logistik yang mendukung pertumbuhan berkelanjutan.
  • Presiden Direktur Prodjo Sunarjanto bercerita bagaimana perusahaan fokus pada profitabilitas dan mengantisipasi tren Gen Z yang mengutamakan mobilitas daripada kepemilikan.

Suara.com - PT Adi Sarana Armada (ASSA) tampil sebagai salah satu emiten dengan kinerja di atas rata-rata pada 2025. Di Semester I perusahaan di sektor transportasi dan logistik itu berhasil meraup laba bersih Rp205,24 miliar, tumbuh 59,81 persen.

Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada, Prodjo Sunarjanto Sekar Pantjawati - dalam kesempatan berbincang di program Meet The CEO bersama Pemimpin Redaksi Suara.com Suwarjono dan Mohamad Teguh, Pemimpin Redaksi IDNFinancials.com - bercerita tentang perkembangan perusahaan, peluang dan tantangan hingga soal perkembangan mobil listrik yang sangat pesat.

Prodjo juga bercerita bagaimana perusahaan melihat dan mengantisipasi tren Gen Z yang kini enggan memiliki kendaraan pribadi, tapi punya mobilitas tinggi.

Berikut adalah wawancara lengkap Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada, Prodjo Sunarjanto Sekar Pantjawati:

Kembali kita bertemu di acara Meet the CEO, Kali ini kita kedatangan tamu Direktur Utama PT Adi Sarana Armada (ASA), Pak Prodjo Sunarjanto. Selamat siang Pak.

Siang.

Terimakasih atas kehadirannya dan kita akan banyak membahas terkait dengan isu kekinian, Pak, yang mungkin ini juga akan menjadi daya tarik bagi teman-teman. baik yang sekarang mengikuti acara kita maupun nanti di sosial media dan lainnya.

Kita ketahui di industri konektivitas ini cukup menarik, karena pemainnya cukup banyak tapi yang terbesar hanya satu. Nah mau ngobrol-ngobrol nih Pak.

Iya

Baca Juga: Asosiasi Sopir Logistik Curhat ke DPR: Jam Kerja Tak Manusiawi Bikin Penggunaan Doping dan Narkoba

Terkait dengan banyak hal, terutama ini Pak yang menarik, karena sekarang ini ya kita tahu tahun ini semua industri, ekonomi sedang kurang baik-baik saja.

Ya

Nah, tapi anehnya nih Pak Prodjo, ASA pertumbuhannya luar biasa dibanding misalnya nanti dengan banyak perusahaan lain yang tahun ini tampaknya kayak kesulitan.

Iya.

Nah, apa itu Pak resepnya? Atau rahasianya apa?

Oke. Jadi sebenarnya kita ada tiga pilar bisnis. Satu kan rental mobil atau mobilitas. Yang kedua adalah used car ecosystem-nya. Yang ketiga logistik. Kalau perusahaan lain biasanya punyanya satu-satu-satu.

Kami dengan sinergi ini, meski ekonomi lagi susah, tapi selalu optimis.

Contohnya begini. Kalau perusahaan lain melihat bahwa ekonominya susah, mereka enggak mau beli aset yang enggak produktif. Jadi yang tadinya beli mobil, sekarang udah lebih baik sewa saja. Cashflow-nya jadi bisa ter-manage dengan baik.

Kemudian buat used car, dengan adanya kedatangan mobil China, kalau beli mobil bensin jadi mahal karena perbandingannya secara relativity ya kan.

Tetapi sebenarnya used car-nya juga berbeda, karena mobil bekas listrik harganya jatuh. Nah ini yang membuat perusahaan-perusahaan mulai melihat risiko. Tetapi kalau kami yakin bahwa yang namanya mobil listrik itu enggak bisa berkembang sendiri. Masih ada mobil hybrid, ada mobil bensin, semua akan berkembang bersamaan kalau ekonominya bergerak maju.

Tetapi dengan kondisi ini, orang yang tadinya mau beli mobil baru mulai mikir, ya saya sambil nunggu waktu adalah beli mobil bekas yang affordable.

Cuman memang yang namanya finance agak ngerem. Finance company karena banyak sekali terjadi NPF. Non performing finance-nya banyak yang macet.

Tetapi dengan pembelian mobil bekas yang range-nya di bawah Rp200 juta, itu mereka masih affordable, nah itu masih bergerak. Sedangkan logistik yang namanya perpindahan barang itu tetap terjadi. Jadi kalau Bapak lihat sekarang, di jalan itu macet semua. Dan itu banyak truk juga yang lewat. Truk, terus e-commerce ya.

E-commerce itu tetap berkembang. Karena kita mereka yang waktu tahun 2021 waktu COVID, itu e-commerce kan berkembangnya pesat sekali. Tetapi saat ini orang sudah terbiasa dengan belanja melalui e-commerce atau digital lainnya.

Nah dengan adanya PHK dan pengurangan karyawan di mana-mana, mereka kan akan hidup, harus hidup. Nah itu mereka dengan melakukan bisnis kayak UKM, tetap perlu pengiriman atau jualan lewat e-commerce atau mereka bikin web sendiri. Jadi kalau kita lihat semuanya masih berkembang.

Itu yang sebenarnya membuat ASA melihat peluang ini tetap growing.

Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada (ASSA), Prodjo Sunarjanto bercerita tentang bagaimana perusahaan dibangun serta dikembangkan, perkembangan mobil listrik hingga tantangan dari Gen Z di tengah pasar yang tidak pasti. [Suara.com]
Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada (ASSA), Prodjo Sunarjanto bercerita tentang bagaimana perusahaan dibangun serta dikembangkan, perkembangan mobil listrik hingga tantangan dari Gen Z di tengah pasar yang tidak pasti. [Suara.com]

Nah tapi kan ini Pak, di industri ini misalnya rental, itu kan yang pemainnya cukup banyak. Kemudian di logistik juga cukup banyak. Bahkan juga ada yang drop pak. Yang awalnya penjang sekali juga udah ngerem, bahkan sudah mulai turun. Kemudian juga di industri mobil bekas juga pemainnya cukup banyak. Tapi kenapa ASA bisa mengolah, memonetisasi ini dengan bagus?

Oke jadi kalau kita lihat yang lain itu, waktu kira-kira 3 tahun, 4 tahun yang lalu, uang gampang. Murah. Sehingga semua masuk ke bisnis ini melalui startup industrinya.

Nah tetapi kalau di ASA ini kita melihat fundamentalnya. Enggak mau kalau hanya untuk valuation segala macam. Itu buat kita haram. Nah kalau kita lihat fundamentalnya bagaimana.

Jadi slow growth tapi pasti. Jadi itu yang menyebabkan kenapa ASA bisa bertahan sampai hari ini dan growing.

Kalau kita lihat seperti logistik, itu kan pure harus network yang seluruh Indonesia.

Kalau mau rental itu enggak banyak yang bisa punya. Kayak kita punya 30.000 unit mobil, itu asetnya nilainya kira-kira Rp 8 triliun.

Harus bisa dipercaya sama bank. Kemudian pelayanannya juga harus bagus, karena customer punya banyak pilihan.

Nah kalau used car udah sama dengan industri, kita kan paling nomor satunya di lelangnya. Lelang itu kita udah market sharenya 40 persen. Nah itu sebenarnya membuat satu ekosistem yang membuat kita bisa maju dengan cepat.

Jadi kuncinya ekosistem?

Ekosistemnya. Jadi kalau seperti logistik tadi, kalau cuman nganter aja ya enggak akan kemana-mana. Tapi kalau kita buat suatu solusi, di mana ada warehouse, ada warehouse management, ada transportation management, kita pakai ritase, ya oke. Jadi banyak sekali alternatif di situ.

Jadi ini yang kemudian menyambungkan dari seluruh rantai bisnis di ASA.

Oke Pak, kalau detailnya kira-kira bagaimana? Kan tadi disebutkan bahwa labanya kuartal ketiga ini hampir 348 miliar, yang growth-nya itu hampir 64 persen year on year. Nah kira-kira dari tiga pilar itu, apa yang paling menonjol?

Jadi kalau masing-masing stable growth, tetapi yang paling menonjol itu di logistik. Karena e-commerce itu berkembang. Kita juga melakukan delivery untuk perusahaan-perusahaan e-commerce melalui Anteraja. Nah itu juga growing. Terus logistik yang lain ya B2B. Jadi banyak perusahaan yang tidak mau melakukan pengiriman barang dengan asetnya sendiri. Jadi truck sendiri udah, mendingan disediain pihak ketiga.

Jadi secara umum, kan Bapak juga punya pesaing sesama logistik. Nah kalau kita lihat market share anter aja itu sekarang di berapa persen?

Masih kecil ya Pak. Jadi peluangnya itu cukup tinggi. Jadi kalau kita ngomong e-commerce dan digital market itu, sehari itu bisa ngirim sekitar 10-12 juta parcel.

Parcel ya?

Per day. Kita baru kira-kira sekitar 500.000an. Jadi masih kecil.

Tapi kan sekarang banyak juga pemain e-commerce punya logistik sendiri?

Nah itu. Jadi tapi enggak usah kita ambil semuanya. Karena too big ya. Karena Pak, kalau logistik itu kalau kita mau tangkap peluangnya besar, kan seasonal. Jadi kalau seasonal kita siapkan yang lagi tinggi-tingginya saja.

Nanti setelah waktu marketnya lagi turun, periode kan ada bulan-bulan tertentu, turun. Nah itu yang kita enggak mau. Jadi kita mendingan ambil yang flat supaya operation kita juga enggak terganggu.

Tapi tetap sebagai pilar, tetap strong, paling bagus?

Iya paling bagus, karena teknologi. Saya mungkin satu-satunya logistik yang last mile, itu yang menggunakan robot. Jadi untuk sorting hub-nya itu sudah pakai robot. Nah itu juga mengurangi manpower kita, tetapi akurasi daripada pengiriman jadi lebih akurat.

Kalau sistemnya pengiriman tetap sama Pak dengan yang lain? Misalnya punya kantor cabang, terus kemudian diantar oleh para pengantar.

Enggak. Jadi kita itu pakai hub. Kita punya sistem seperti sarang laba-laba. Jadi pakai sel. Ya, sel itu. Jadi dari sel itu bisa terjadi efisiensi. Jadi kurir kita hanya bergerak sepanjang 3-5 kilo meter.

Maksimum?

Maksimum. Nah itu density. Hub nya, sel-sel kecil. Jadi bukan gudang gede, tetapi pakai sistem sehingga pengiriman ini bisa efisien.

Kalau pricing bagaimana? Kompetisinya?

Kita kurang lebih sama. Namanya pricing e-commerce sama.

Ini secara volume sebenarnya masih kecil. Tapi bagi ASA revenue-nya termasuk yang paling bagus. Kenapa ini tidak kemudian lebih massif lagi? Atau memang karena model sarang laba laba membutuhkan wilayah yang padat penduduk sehingga kalau di wilayah yang luas mungkin enggak cocok atau seperti apa Pak?

Kita melihatnya density. Kalau penduduknya banyak baru ada pengiriman. Kalau penduduknya density-nya rendah - jadi wilayahnya gede tapi penduduknya jaraknya jauh-jauh - itu ongkosnya mahal. Nah itu kita memilah itu sebagai strategi kita.

Jadi itu memang salah satu target artinya di perkotaan ya?

Iya di perkotaan

Nah kalau kemudian kita enggak tahu tujuan pengiriman itu ke mana, kadang-kadang kan di luar dugaan kita, Pak?

Kita di industri harus kolaborasi. Kita bisa bekerja sama. Misalnya untuk luar daerah kita memang enggak ada, kita ngomong sama kompetitor kita ayo kamu barengan deh. Yuk kirim ke sana gitu. Saya titip saja sama you. Jadi kan sama-sama produktivitasnya bisa naik.

Kalau kita competition, terus ada salah satu kompetitor kita atau perusahaan yang sejenis bangkrut. Buat bank ini perusahaan yang industrinya berisiko tinggi. Sehingga cost of fund-nya juga jadi tinggi.

Oke. Secara market penetration, dengan tadi sarang-sarang laba-laba itu membuat lebih murah, mestinya pricing-nya pun lebih murah dan sehingga penetrasinya jauh lebih cepat buat antaranya. Atau murah itu kemudian membuat laba lebih bagus?

Enggak. Kalau murah itu kita rugi, Pak. Yang namanya kalau murah-murah itu kasihan kurirnya.

Maksudnya karena sistemnya laba-laba sehingga cost production kurir itu lebih kecil. Bensinnya lebih sedikit. Sehingga sebetulnya dalam bentuk kuantitas per unitnya itu lebih murah?

Dengan mitra itu kita variable. Jadi buat mereka per pengiriman. Semakin dia produktif, semakin tinggi income-nya. Nah kalau enggak variable, kita akan terbebani dengan cost. Saya kurir ada sekitar 7.500 orang. Dulu paling topnya saya punya 22.000 orang.

Itu di seluruh Indonesia?

Seluruh Indonesia, Tapi sekarang kita lebih mengecilkan wilayah operasinya

Lebih ke profitability?

Profitability. Bukan mencari valuation top line-nya. Buat apa? Top line-nya tinggi tapi bawahnya rusak.

Tapi ini kan sebetulnya kalau tadi lihat peluang growth-nya itu masih sangat besar?

Besar

Apakah ke depan akan lebih banyak lagi bermain di sektor ini atau tidak?

Logistik itu kita akan growing. Kenapa? Karena dia sebenarnya light asset. Jadi truknya enggak harus punya kita. Truknya bisa punya supplier truck. Yang penting kargonya di kita. Jadi growing dari industri ini unlimited.

Tetapi kalau rental itu adalah capex yang menjadi constraint. Karena capex itu kan aset beli satu mobil bisa Rp 300 juta. Nah itu capex kita terbesar di beli mobil. Ada debt equity ratio yang maksimum 4 kali. Kalau enggak kan secara tax juga enggak diakuin bunganya. Terus secara bank juga dept equity ratio menjadi constraint. Nah kita harus cari peluang-peluang yang light asset.

Jadi seperti lelang, kemudian used car ecosystem, terus kemudian logistik itu kan aset bisnisnya enggak terlalu besar. Even gudang pun kita sewa, terus hub pun sewa.

Setelah kita profitnya udah bagus, kita akan beli gudang. Karena sudah pasti bahwa bisnis ini akan sustainable. Nah itu yang menyebabkan bahwa ke depan tetap growth-nya akan dilakukan. Cuman memang yang namanya growth tidak biasa hanya tergantung e-commerce. Jadi kita punya target kira-kira e-commerce itu nanti sekitar 40-50 persen, sisanya terus yang B2B sama B2C.

Tapi kan sekarang di e-commerce ini juga mereka memiliki ekosistem sendiri yang mereka juga mungkin irisannya sama. Bagaimana bisa bersaing dengan ekosistem yang dimiliki oleh e-commerce sendiri yang cukup besar?

E-commerce tidak akan 100 persen dia punya sendiri. Karena ada faktor KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha), tetap dia akan bagi. Jadi tinggal tergantung berapa persen dibagi di situ. Makanya kita juga tetap akan harus mengandalkan yang lain. Nah itu sebenarnya bahwa e-commerce pun juga belum tentu efisien kalau dilakukan sendiri. Jadi menurut saya sih tetap akan kolaborasi. Banyak e-commerce yang punya sendiri, mungkinnya sewa sama ASA juga. Jadi buat kita lebih baik berkolaborasi daripada berkompetisi. Sehingga win-win.

Jadi selain ekosistem, yang kedua adalah kuncinya adalah di kolaborasi?

Ya, kolaborasi.

Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada (ASSA), Prodjo Sunarjanto bercerita tentang bagaimana perusahaan dibangun serta dikembangkan, perkembangan mobil listrik hingga tantangan dari Gen Z di tengah pasar yang tidak pasti. [Suara.com]
Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada (ASSA), Prodjo Sunarjanto bercerita tentang bagaimana perusahaan dibangun serta dikembangkan, perkembangan mobil listrik hingga tantangan dari Gen Z di tengah pasar yang tidak pasti. [Suara.com]

Ekosistemnya dari rental kemudian used car. Bagaimana mengonsolidasikan dalam arti saling memanfaatkan? Karena kalau misalnya kita pertama kali rent car pasti maunya mobilnya bagus, mobil baru kalau rent car. Tapi kemudian apakah setelah mobil lama ini tidak direntalkan lagi kemudian dipakai untuk logistik? Terus yang ketiga kan ada pembelian mobil-mobil dari lelang. Apakah itu yang kemudian dipakai untuk rental atau untuk logistik juga?

Pertanyaannya bagus Pak. Jadi kita maunya setelah 4 tahun kalau mobil penumpang kita jual. Jualnya melalui lelang. Kalau enggak lelang anak buah saya yang nanti bermain.

Terus yang kedua, mobil yang tadi setelah 4 tahun - karena cash flow-nya harus kita pikirin, karena kita kredit sama bank rata-rata 4 tahun - kita harus bayar balloon payment.

Nah balloon payment tuh dapetnya dari mana? Dari jual mobil bekas. Sehingga cash flow-nya tuh matching. Kalau enggak ya kita udah kalah cash flow. Nah itu berisiko.

Jadi kalau anda rental mobil terus pakai leasing ya 3 tahun udah selesai kan. Bayangkan kalau punya 30.000 unit, DP-nya 30 persen. Gede banget. Nah itu sebenarnya yang membuat ekosistem ini bergerak.

Sedangkan mobil untuk yang namanya used car, dari tempatnya rental itu kira-kira cuma 10 persen. Sisanya dari perusahaan leasing yang tarikan. Terus pedagang mobil kita itu kan jadi sentral banknya otomotif. Jadi kalau pedagang mobil di sebelah Bekasi, barang tipe mobil sedan enggak laku. Mungkin di daerah Bogor, sedan laku. Mereka antarpenjual kan enggak mau ngomong. Nah dilelang sehingga barang ini liquidity-nya jadi cash flow daripada pedagang.

Tapi lender of the last resort juga enggak?

Enggak. Kita enggak masuk. Kita enggak satu. Kita bersaing dengan kita punya supplier. Eenggak boleh itu Pak. Jadi kita bener-bener harus netral. Nah itu yang membuat ASA JBA itu menjadi satu perusahaan yang netral.

Sistem ini kayaknya belum dilakukan pesaing lain?

Enggak ada.

Sistem yang ada lelangnya, ada sewanya?

Karena itu enggak gampang Pak. Lelang itu pun banyak mafianya. Jadi orang disetel supaya harganya turun terus. Nah kalau di kita lelangnya itu ada yang pake digitalisasi.

Transparan ya?

Transparan. Biasanya kan ada cornering namanya lelang. Jadi beberapa pembeli yang mengatur harga supaya enggak naik.

Jadi itu mungkin yang menjelaskan kenapa bisnis mobil bekas ASA bagus. Dengan sistem ini, kayaknya ASA berbeda. Penjualan datang dan pergi itu lebih cepat dibanding penjual mobil bekas biasa.

Penjual mobil bekas cari mobilnya bagaimana Pak? Orang mau jual mobil ke Bapak. Kalau kita kan satu sourcing. Setiap kali bisa ada 300 mobil, 500 mobil tinggal pilih. Nah itu yang membedakan.

Nah Bapak mau jual mobil, masalah enggak? Takut tiap hari didatangi orang. Nah kalau dengan tempat lelang, taruh di sana, tinggal harganya jadi berapa.

Nah itu harus ada satu perusahaan yang reliable, bisa dipercaya yang disitu. Kemudian kita juga ada grading. Kalau Bapak enggak tahu harga, kita periksa dulu. Kira-kira harga jual bekasnya sekian laku.

Jadi sistem ini juga bahkan tidak dilakukan oleh Astra dengan Auto2000-nya?

Ada. Dulu kita juga yang bangun IBID. Nah IBID itu adalah lelang. Cuma dulu mereka kan cukup tinggi ya. Dan sekarang kita justru nomor satu.

Karena Bapak ex-Astra jadi tahu. Karena di sini perlu entrepreneurship ya?

Tapi dibanding dengan, kan sekarang juga banyak aplikasi yang membantu.

Nah, kelebihan di ASA dibandingkan mereka?

Yang namanya lelang harus punya space. Space itu mahal. Kita kurang lebih punya hampir 30 hektare. Tanah yang untuk lelang seluruh Indonesia.

Nah itu yang buat orang bisa taruh mobilnya. Contohnya begini, perusahaan leasing atau pedagang mobil enggak punya tempat untuk simpan mobil.

Begitu tarik kan harus di pool dia. Di pool dia harus ada satpam, harus ada sewa, segala macam. Waktunya lelang, tinggal geser mobilnya. Sehingga mobilitas mobil yang mau dilelang itu rendah sekali. Nah itu yang membuat kita jadi lebih kompetitif.

Itu cyclical atau ya lelang pasti tetap harus ada?

Tetap harus ada. Seminggu bisa dua kali. Di Jakarta seminggu dua kali. Jadi kalau di seluruh Indonesia hampir tiap minggu ada. Jadi kita itu perlu punya space yang gede kalau lelang.

Kemarin tumbuhnya hampir 60-an persen. Nah akhir tahun kalau enggak salah targetnya 15 persen. Tetep 15 persen atau?

Tetap Pak. Tetap kalau bottom line-nya masih baguslah.

Masih bagus. Gak, karena triwulan 3 ini udah sangat bagus sehingga ada kemungkinan lebih besar dari 15 persen?

Ya kira-kira lebih.

Lebih berapa Pak?

Mungkin sekitar Rp 500 - Rp 600 miliar pasti dapat.

Nah pendorong utamanya apa Pak, sehingga bisa optimistis?

Kita ada dua hal. Satu revenue growth. Tapi itu out of our control. Market kan. Tapi yang between our control itu kan cost. Harus di-manage. Yang dulunya kita punya cabang-cabang-cabang banyak. Kita lakukan kondisi ekonomi yang enggak bagus. Kita akan bilang coba desentralisasi.

Jadi kalau dulu kan setiap cabang punya yang AR management, punya AP management, dan belinya masing-masing. Sekarang kita coba sentralisasi. Sistemnya diubah.

Dengan sentralisasi kan cost manpower-nya juga lebih turun. Tetapi digitalisasi juga harus jalan. Sehingga satu kecepatan, transaksi, keakurasian.

Jadi itu semua yang membuat satu saat revenue-nya masih tumbuh. Tapi cost-nya juga di-manage. Bukan kalau profit-nya bagus terus kita bilang yaudah gini aja. Enggak. Karena kita harus siap dengan disruption nantinya.

Jadi kalau Bapak sendiri sebagai pemain mobil. Yang namanya mobil bekas. Kira-kira melihat mobil listrik itu bagaimana sebagai pesaing?

Jadi mobil listrik ini memang ada dilema Pak. Jadi kalau mau sewa mobil listrik kan biaya operasinya murah. Tetapi mobilnya mahal cost-nya.

Kenapa? Depresiasinya kan tinggi. Tapi penyewa merasa bahwa mestinya sama dengan mobil bensin. Nah ini yang dilema. Jadi Bapak mau operasinya lebih hemat. Tetapi sewanya enggak mau mahal.

Kita yang menyewakan enggak masuk. Mobil listrik warranty-nya 8 tahun. Tapi enggak boleh ganti pemilik. Nah itu yang buat terjun bebas harganya. Teknologi mobil listrik itu simple. Tiap bulan keluar mobil baru, yang lama turun terus harganya. Nah ini yang membuat mobil EV itu sangat berisiko buat kita.

Tapi sudah jalan Pak?

Sudah. Tapi menurut saya mobil listrik ini sebenarnya paling cocok di logistik. Karena apa? Di daerah-daerah yang BBM susah kayak Kalimantan, itu kan ngantre-nya bisa dua hari. Kalau pakai mobil listrik ya dia tinggal charge. Sangat efisien.

Jadi walaupun cost-nya agak tinggi, Tetapi utilisasinya bisa menutupi. Kalau enggak antre. Problem kelangkaan BBM itu sangat merugikan logistik.

Saya pernah tanya kepada salah satu industri mobil. Saya tanya, bagaimana dengan mobil listrik? Ya memang menyedot pembeli.

Betul.

Tapi mobil itu kita harus lihat tiga tahun. Tiga tahun itu servisnya bagaimana, rusaknya bagaimana. Sekarang kan istilahnya masa-masa, honeymoon? Setelah itu nanti kita akan melihat bagaimana sebetulnya performance, servis, part, dan segala macamnya. Apa memang betul?

Betul Pak. Itu kita belum lewat satu cycle. Kalau sudah satu cycle. Karena Pak mobil listrik itu kan sebenarnya mobil teknologi. Kalau rusak siapa yang capable untuk melakukan servis? Karena itu sistem.

Jadi 3 tahun itu cycle?

Cycle, 1-3-4 tahun itu satu cycle. Orang kenapa beli mobil listrik? Karena menghindari ganjil-genap. Kalau di daerah kan jarang yang mau beli mobil listrik. Tapi kalau nanti suatu saat mobil listrik charging-nya cuma 15 menit, 10 menit. Itu yang nanti kita tunggu.

Dan nilai penurunannya kan juga tergantung software-nya Pak. Terus mobil bagaimana kalau harus update itu?

Sama. Mampu enggak mobil ini update?

Kalau enggak ya?

Asuransinya lebih mahal. Karena baterai itu 40-50 persen dari dalam mobil. Jadi kalau ada accident, langsung habis itu.

Jadi pada intinya sebetulnya kalau mobil bensin itu parts yang ribuan, nyawanya. Kalau mobil listrik sebetulnya nyawanya softwarenya sama baterainya.

Baterainya. Cuman harus diingat, itu seperti kejadian di Thailand. Karena banyak mobil listrik di insentif, mobil bensinnya itu berhenti. Nah lapangan pekerjaan yang hilang banyak sekali. Karena part component maker itu kan value chainnya panjang. Itu kenapa perusahaan Jepang tidak mau. Karena dia melihat secara ekonomi kita akan terganggu.

Secara overall ya?

Iya.

Tapi mereka akhirnya pilih juga hybrid?

Hybrid. Karena hybrid tetap ada parts, tetapi bisa efisiensi di bahan bakar.

Di sisi user juga aman?

Aman. Kalau luar kota juga.

Enggak tergantung software juga?

Betul.

Kalau hitung-hitungan yang sekarang skala bisnis di ASA sendiri. Untuk yang mobil listrik dan yang non listrik, ke depannya, lebih menguntungkan yang mana?

Tetap ada kombinasi. Jadi ada beberapa multinasional company yang memang dari pusatnya itu mengharuskan pakai mobil listrik. Tapi porsinya kecil sekali sekarang ini. Karena apa? Convenience.

Jadi kalau pakai mobil listrik itu kadang-kadang enggak ada peace of mind. Misalnya Bapak mau ke Bandung atau ke Semarang. Nah charging time-nya lama. Availability station infrastruktur juga belum siap. Nah ini yang membuat oversupply juga di mobil listriknya tapi infrastrukturnya belum siap.

Ini ternyata enggak semudah itu ya?

Ya, kalau pump bensin kan ada di mana-mana. Terus belinya mungkin cuman 5 menit udah isi penuh.

Pak, ASA sendiri di Sarana Armada sudah lama, sejak 1999. Saya kira ini menarik bagi perusahaan mana pun. Mempunyai pengalaman panjang mengelola dari bisnis inti awal sampai kemudian ketemu bisnis yang sekarang. Boleh diceritakan jatuh bangun hingga akhirnya ketemu bisnis sekarang ini?

Oke. Jadi pada waktu pertama kali saya sih belum di Adi Sarana Armada. Mereka melengelola bisnis ini seperti leasing company. Nah karena ini sebenarnya operating lease kan. Rental mobil dulu ya. Jadi operating lease.

Tapi kalau kita lihat, sewa mobil itu bukan operating, bukan financial lease. Bukan operating lease tapi mencakup semuanya. Harus mengurus driver, harus mengurus maintenance, harus mengurus segala klaim asuransi.

Jadi kalau kontrak dengan mobil rental itu seperti orang kawin. Jadi waktu tanda tangan kontrak senang. Tapi selanjutnya itu baru panjang itu masalahnya, termasu kepuasan pelanggan karena kebutuhannya macem-macem.

Nah kemudian kita melihat peluang. Kenapa sih mau sewa mobil? Dia bisa mengurangi orang GE-nya. Enggak perpanjangan STNK, asuransi, agent handling, terus segala macam. Departemennya bisa dikecilin.

Nah pada waktu dikecilin ini dia tetap ada truk. Nah dia akan tanya, kenapa saya harus maintain truk? Peluang juga ini. Jadi mobility barang sama mobility people itu bisa jadi sell to market.

Kita lihat bahwa sekarang barang itu mid-mile. Jadi di mid-mile sampai truk pun cuma dari pabrik ke gudang. Atau ke distributor. Nah dari distributor ke dealer terus dealer ke toko-toko ini kan enggak ada yang ngirim. Nah itu makanya kita masuk ke last mile.

Jadi di kita itu ada first mile, mid-mile, sama last mile. Nah ini baru bisa terjadi integrasi. Kalau enggak si customer juga bingung. Nanti dari sini supplier-nya lain. Yang mid-mile supplier-nya lain. Last mile supplier-nya lain.

Maaf saya ambil tentang logistik dulu Pak. Kita tahu bahwa growth kita 5,2 persen di Kuartal II dan Kuartal III 5 persen. Tapi banyak orang merasa itu enggak based on solid data. BPS bilang bahwa meskipun pembeli motor turun, pembeli mobil turun, tapi mobility-nya naik. Naik kencang. Nah mobility ini kita belum pernah lihat secara umum apa penyebabnya, misalnya apa karena jalan tol Jawa sudah jadi sehingga mobility-nya naik, sehingga consumption-nya naik? Nah Bapak sebagai pengguna, misalnya logistik itu butuh jalan tol yang lancar akan menaikkan, kira-kira pengalamannya bagaimana? Apakah memang ada pertumbuhan yang lumayan antarkota sehingga mobility-nya naik, sehingga growth ekonomi kita naik?

Tol Transjawa itu sebenarnya one way. Jadi barang-barang yang adanya di Jakarta keluar sampai ke Banyuwangi, Surabaya. Baliknya itu kosong. Nah itu yang membuat cost dari logistik kita mahal.

Artinya apa? Di daerah tempat tujuan itu industri belum berkembang. Sehingga barangnya enggak bisa ada yang dikirim ke Jakarta.

Jakarta karena open ya, sehingga import juga banyak. Barang-barang yang dijual lewat e-commerce itu banyak juga dari China. Kalau kita lihat di Kapuk, gudang-gudangnya penuh.

Kedua kalau kita lihat sentralisasi pertumbuhan, kemacetan segala macem itu terjadinya hanya di kota-kota besar. Jadi kalau di daerah kecil, second tier city itu perkembangannya enggak begitu maju. Tapi kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi kan dihitung total. Tetapi pemerataannya enggak terjadi. Jadi kalau kita lihat kalau kita sekarang keluar, macetnya luar biasa Pak. Tapi itu kan berarti ekonomi kita jalan. Somebody have to pay the fuel kan. Nah kalau enggak ada income kan dia susah. Nah dengan adanya mobilitas tadi, sebenarnya ekonomi kita juga berkembang. Cuman angka 5,2 persen, saya juga enggak berani confirm.

Makanya saya kalau mau lihat ekonomi itu kan angka. Tapi kalau saya lihatnya satu, dari pabrik kertas, dus, ada enggak pertumbuhan permintaannya? Kalau pabrik dus atau packaging, itu kan sumber segala barang yang harus packaging. Yang kedua lihat di pelabuhan. Pelabuhan kita itu penuh apa enggak? Itu kan yang kontainer keluar masuk. Yang ketiga di jalanan. Banyak macet ya. Makanya mobilitas tadi bilang mobil baru naik segala macem, ya lihat mobilitas. Nah mobil baru kenapa bermasalah? Karena orang melihat bahwa, lu ekonomi lagi susah, saya enggak berani beli mobil baru. Mobil yang lama saya pakai. Hanya maintenance saja. Nah itu sehingga populasi mobilnya enggak nambah tapi tetap macet.

Tadi dibilang bahwa itu satu arah ya dari Jakarta ke daerah lain. Tapi kalau kita lihat, bahwa sama-sama dulu tidak ada tol, sama-sama one way, dengan sekarang ada tol, kira-kira speed-nya berubah enggak?

Berubah. Kalau dulu kan bisa 2-3 hari ke Surabaya. Sekarang mungkin cuma sehari sudah sampai. Itu sih mempercepat.

Bisa enggak dia katakan bahwa ini sebetulnya yang meningkatkan mobilitas, yang meskipun pemerintah tidak secara gamblang pernah menghitung sebenarnya impact jalan tol itu seperti apa sih dalam angka-angka ekonomi?

Ya itu yang belum dihitung Pak. Tapi manfaatnya kita rasakan. Walaupun tidak bisa dihitung tapi dirasakan. Bahwa orang kalau ke, sekarang cuma problemnya kayak airline yang terkena. Jadi kalau ke Semarang orang sekarang bawa mobil. Nah itu juga mempengaruhi mobilitas.

Pak yang juga sebenarnya menarik adalah nanti ke depan ini kehadiran generasi baru. Ada Gen Z, ada millennial, yang mereka juga mungkin secara pola konsumsi, transportasi, dan lain-lain juga berbeda. Bagaimana ASA ke depan Gen Z ini?

Jadi Gen Z ini memang agak aneh Pak. Enggak mau beli rumah, enggak mau beli mobil. Yang penting pakai. Nah itu yang membuat mobil itu kalau bisa, makanya sekarang seperti Grab, dan Gocar maju.

Bukan karena mereka ingin dibeliin Pak?

Enggak. Karena mereka merasa convenience. Karena beli mobil sendiri, kalau enggak dipake terus, itu costnya 24 jam, pakenya mungkin tiga jam. Rugi sebenarnya. Jadi kalau punya mobil, kalau bisa dipake 24 jam. Karena cost per kilometer lebih murah. Banyak orang beli mobil mewah, disimpan.

Apa ini, kemudian juga jadi ke depan peluang bagi industri rental lebih besar?

Kita ada yang namanya share car. Nah share car itu mobilnya kita sediakan. Ini mobilnya berapa jam? Tinggal daftar saja. Pake apps. Jadi kuncinya langsung bisa dibuka. Kayak orang Airbnb dikunci pin. Nah itu sudah bisa kita lakukan. Jadi kita udah coba kira 3-4 tahun. Resiko hilangnya rendah.

Namanya share car ya?

Share car. Jadi itu kan harus daftar dulu. Harus punya kartu kredit. Nah paling enggak udah diseleksi sama bank kan? Nah itu yang sebenarnya ke depan. Karena manpower itu makin lama makin mahal. Sopir itu sebenarnya cost-nya mahal. UMR naik terus. Lama-lama yang namanya Grab dan Gocar akan mahal. Di luar negeri sekarang pakai autonomous car.

Di Indonesia kalau upah minimum terus-menerus naik jadi mahal jatuhnya orang yang pake Grab. Nah itu yang sebenarnya in the future, udah kamu nyetir sendiri saja.

Sama seperti truk kan? Enggak usah punya aset, you bisa ngirim barang. Itu buat mereka lebih penting itu. Yang penting reliability.

Nah ini kan termasuk product baru, sudah 4 tahun ya Pak? Tapi kan termasuk populerkan. Yang lain yang terkait dengan ekosistem di ASA tapi juga baru-baru seperti ini apa lagi Pak?

Ada. Kita jadi ada masuk cold chain. Orang sudah mulai mau makan yang ready to eat. Itu kan harus frozen. Nah delivery, frozen food, daging, buah-buahan impor dan kosmetik harus dikirim pake cold chain. Pake truk yang ada pendingin. Jadi ini market yang lain yang kita garap juga.

Nah kemudian kita juga masuk ke industri, kita ada masuk invest di perusahaan FMCG. Distribusinya di kita juga kan. Nah itu kan sebenarnya yang enggak ada matinya FMCG.

Itu kan dilakukan secara organik atau inorganik dengan acquisition?

Yang cold storage inorganik semua dua itu. Tapi kita ada invest juga di sana. Tapi tunggu sampai besar baru kita acquire. Tapi kalau sekarang dalam tahap dalam bentuk embrio. Tapi sudah bisa, yang FMCG 2 triliun dapat itu.

Kalau sejarahnya ASA ini juga hidup dari nol, kemudian bikin, kemudian membesar. Nah ketika sudah besar ini akan lebih banyak acquisition atau tetap mulai dari nol?

Kalau enggak ada link dengan kita, kita enggak mau. Apa pun industrinya. Jadi kalau kita mau berkembang, kita lihat ada sinerginya enggak dengan industri yang kita jejaki.

Jadi benar-benar kita core-nya apa, nah di situlah kita berkembang.

Dan tetep ini corenya di transportasi connectivity ya?

Connectivity, kemudian kalau seperti distribution FMCG itu kan akan ada di kota-kota mana. Sedangkan kita cabangnya ada di mana-mana. Kenapa enggak dimonetize? Kita juga ada kerjasama dengan satu perusahaan rokok untuk memanfaatkan dia punya outlet. Nah dengan di situ kan kita bisa mengirim barang-barang jual rokok. Kerjasama sama kita dong.

Gudangnya maksudnya?

Bukan, warungnya, distribusinya. Kan kita ada Anteraja. Sekaligus orang-orang rokok kan kita bisa kirim sekaligus barang lain. Supaya pedagang pemilik warung ini enggak usah harus keluar belanja. Itu kan supply chain jadinya. Mengisi supply chain itu dengan efisien. Kalau perusahaan rokok sendiri mengerjakan tentu-tentu efisien. Kan dia harus ada jaringan last mile juga.

Kalau dari seluruh ekosistem ini yang kemudian ke depan menjadi ancaman bagi ASA kira-kira apa?

Jadi sebenarnya kalau ancaman itu seluruh ke industri. Bukan ke ASA sendiri. Jadi peraturan pemerintah, kemudian fluktuasi interest. Itu juga akan pengaruhi. Karena kita kalau sewa itu empat tahun harganya sama. Nah kalau cost of fund-nya jadi naik turun kan harus dihitung buffer-nya berapa. Itu saja menurut saya sih.

Kalau sistem manajemennya mirip-mirip Astra enggak?

Yang sama dengan Astra itu value. Karena value itu kan dibikin Pak William, terus turun ke Pak Teddy. Yang kita harus jaga itu integrity. Kemudian harus kita ada 4 pilar untuk itu. Sehingga value-value ini harus ada di dalam perusahaan. Terus menghargai customer. Itu kan juga value kita. Terus sama anak buah, sama karyawan saling respect, saling bantu-bantu. Kalau seperti sapu lidi, itu harus ada yang mengikat. Nah yang mengikat ini adalah value tadi.

Total karyawan sekarang Pak?

Kalau karyawan saya total kira-kira 20.000 lebih. Termasuk driver ya. Terus kurir, terus masuk staff.

Bagaimana mengelola? Karena ini cukup dinamis ya di lapangan.

Jadi kalau di perusahaan lain mungkin karyawan dianggap alat, tools. Nah kalau di kita mereka adalah player-nya.

Jadi saya pertama kali waktu sama Pak Teddy (Theodore Permadi Rachmat) diajak join, saya cuma tanya satu: Pak, kalau misalnya profit perusahaan 100 persen, boleh enggak yang 20 persen buat karyawan kita?

Nah itu value. Pak Teddy bilang, oh iya silahkan. Nah itu kita manage jadi lebih cepat. Terus punya trust enggak sama saya? Nah trust ini penting. Entrepreneurship penting.

Kemudian how to grow supaya cepat. Misalnya beli tanah. Kalau Pak Teddy percaya saja sama saya. Udah kamu yang beli. Pokoknya harganya bagus dan enggak ada yang namanya hengky-pengky. Nah itu membuat kita growing-nya lebih cepat dan kerja lebih tenang. Semua harus bayar pajak, benar.

Jadi sebagai sebuah industri yang pegawai sampai 20.000, ASA ini salah satu yang baik-baik saja. Tidak seperti sekarang misalnya ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Jadi lagi baik-baik aja ini?

Jadi contoh begini, waktu kita mengecilkan dari 20.000 kurir menjadi 7000. Enggak ada gejolak. Enggak pernah denger kan? Padahal itu 13.000.

Karena apa? Penyelesaiannya manusiawi. Rugi enggak apa-apa.

Jadi tahun ini statusnya kita udah tahu lah. Bapak akan growth di atas 15 persen. Tahun depan kira-kira outlooknya?

Pemerintah aja belum tahu Pak.

Tapi gut feeling aja?

Kita tetep harus tumbuh. Kalau menurut saya sih kita akan tumbuh dengan low double digit. Paling enggak 10 sampe 50.

Tapi biar gampang dicerna, lebih enak tahun ini atau tahun depan kira-kira? Atau sama aja?

Sama saja menurut saya. Karena ya banyak sekali ketidakpastian dar globalnya. Dari lokal, baru mencari bentuk. Kalau belum tahu bentuknya susah. Jadi termasuk kita ketemu beberapa investor asing mereka juga bilang masih belum lihat bentuknya seperti apa Indonesia ini ke depan.

Termasuk arah ekonomi dan lain-lain?

Jadi uncertainty-nya itu masih tinggi. Contohnya dulu commodity jadi bahan yang supporting ekonomi kita. Sekarang commodity sudah amblas harganya.

Mungkin satu pertanyaan terakhir ya. Gut feeling aja Pak. Mobil listrik itu menurut saya itu overpricing sih. Karena kan dia enggak punya patent. View Bapak sebagai seorang yang mantan Astra dan sekarang juga, bagaimana?

Mobil listrik itu kan komponen terbesarnya di baterai. Nah baterai itu teknologinya belum major. Jadi ini masih pengembangan terus.

Seperti handphone. Dulu Nokia, chargernya lama. Tapi sekarang kan 10 menit, 15 menit bisa. Kita nunggu ke sana. Jadi kalau teknologi belum major seperti sekarang, 5 tahun lagi kalau ada kerusakan, baterai ini belum tentu ada Pak. Karena produksi yang baru buat jenis tipe baterainya.

Sama seperti software tadi. Jadi development sama kayak beli handphone. Itu yang sebenarnya ke depan seperti itu. Jadi perlu waktu. Dan enggak bisa sekaligus di switch mendadak semua mobil listrik. Enggak mungkin.

Atau bisa dilihat juga, mobil bensin jangan kemahalan dong?

Ya itu. Jadi kalau dulu kan enggak ada kompetitor mobil bensin. Tapi sekarang mereka ada pilihan. Nah ini mobil produsen mobil bensin harus menyesuaikan harga. Sehingga masyarakat bisa beli dan mau beli. Sekarang ini kan sudah enggak mampu beli, tapi enggak mau beli karena ada pilihan lain.

Saya ada satu lagi pertanyaan Pak. Ini terutama tahun depan. Lihat peta kebijakan pemerintah banyak sekali membuat hal yang baru ada MBG, ada gratis ini gratis itu. Bagi pengusaha, apakah ini ke depan ada peluang baru?

Gini, kalau dengan pemerintah itu risikonya tinggi menurut saya. Jadi begitu kemarin ada cutting budget, wah itu semua yang sewa-sewa mobil dikembalikan. Karena anggarannya enggak ada. Itu mendadak dan banyak perusahaan rental yang kena.

Ini yang sebenarnya buat kita peluangnya ada tapi ancaman juga ada. Contoh begini, kalau dulu pedagang UKM di depan sekolahan bisa jual makanan. Sekarang udah enggak ada itu. Yang beras itu dulu ada pedagang-pedagang yang jualan di pasar-pasar. Sekarang dengan adanya MBG kan pembeliannya makin sedikit. Jadi ada pengusaha-pengusaha yang terkena dampak negatif ada yang positif.

Kalau yang SPPG berkembang. Tetapi yang lain-lain juga ada impact jadi selalu yang namanya ada plus minus. Kebijakan baru masih mencari bentuk juga. Jadi kalau menurut saya seperti MBG. Karena banyak keracunan mungkin walaupun persentase kecil. Kenapa enggak dibikinin seperti packaging aja. Jadi roti, biskuit, susu, dan kacang hijau. Sudah pasti enggak kontaminasi. Dan logistiknya murah. Sekarang ini logistiknya mahal. Tiap hari harus dikirim, jam 11 sudah sampe sekolah. Jam tiga harus diambil tray-nya. Harus dicuci buat persiapan besok lagi. Yang masak juga harus tengah malam.

Ya, Sangat menarik perjalanan kita dengan isu-isu yang sangat aktual dan kekinian. Dan saya kira kalau kita perpanjang juga akan tidak ada habisnya tapi waktu juga yang harus memisahkan acara kita hari ini. Dan terima kasih Pak Prodjo.

Terima kasih.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI