Optimisme di Tengah Ketidakpastian, Apindo Jabar Ungkap Strategi Jaga Kondusivitas Usaha

Selasa, 17 Juni 2025 | 12:22 WIB
Optimisme di Tengah Ketidakpastian, Apindo Jabar Ungkap Strategi Jaga Kondusivitas Usaha
Ketua Apindo Jabar Ning Wahyu Astutik saat mengunjungi Kantor Suara.com di Jakarta. Dalam wawancara khusus, Ning mengungkap berbagai strategi pengusaha di masa kondisi yang tidak menentu. [Suara.com/Ramadhani]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dunia usaha dan sektor industri saat ini menghadapi tantangan yang kian kompleks dan multidimensi. Di tengah gejolak geopolitik global, perubahan kebijakan moneter internasional, serta ketidakpastian ekonomi dalam negeri, pelaku usaha dituntut semakin adaptif, inovatif, dan resilien.

Tekanan biaya produksi, fluktuasi nilai tukar, hingga perubahan preferensi konsumen menambah beban yang harus dihadapi oleh pengusaha dari berbagai sektor.

Bahkan risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai lini industri menjadi salah satu tantangan serius.

Kondisi ini tak terlepas dari terjadinya pelemahan daya beli masyarakat, penurunan permintaan ekspor, dan efisiensi operasional membuat banyak perusahaan terpaksa mengurangi jumlah tenaga kerja.

Lantas bagaimana pengusaha menyikapi kondisi yang kompleks seperti yang terjadi saat ini? Suara.com berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Bara Ning Wahyu Astutik menyoroti dinamika iklim usaha, dampak kebijakan global, hingga strategi menghadapi tantangan industri di masa depan, berikut petikannya.

Ibu Ning, dengan berbagai gejolak dan ketidakpastian ekonomi global saat ini, bagaimana tantangan utama yang sedang dihadapi para pengusaha, khususnya di Jawa Barat?

Kalau kita bicara tantangan industri, ya kita tahu lah sekarang sedang ada pembahasan tentang tarif, melemahnya daya beli masyarakat, dan situasi global yang kurang kondusif. Jadi, ya, itu semua adalah tantangan yang sedang dihadapi para pengusaha.

Banyak negara sedang gempar dengan isu tarif resiprokal dari Amerika Serikat. Jika kebijakan ini diberlakukan, apa saja dampaknya bagi industri di Indonesia, khususnya di Jawa Barat?

Kalau sekarang memang belum ya, belum ada keputusannya. Tapi kami sebagai pengusaha masih wait and see sampai nanti ada keputusan yang jelas.

Baca Juga: OJK: Karyawan Perbankan yang Kena PHK Sudah Dapat Kompensasi yang Sesuai

Tadi kita bicara tantangan secara nasional. Nah, untuk pengusaha di daerah Jawa Barat sendiri, apa saja tantangan spesifik yang mereka hadapi?

Jadi gini ya, upah tentu saja itu salah satu yang menjadi pertimbangan utama dari pengusaha atau calon investor. Tetapi, bagusnya di Jawa Barat itu kan terdiri dari 27 kota dan kabupaten.

Sehingga, kalau misalnya industri yang padat modal itu masih bisa bersaing, misalnya mereka ada di daerah dengan upah yang lumayan tinggi karena di situ juga infrastrukturnya sudah terbangun.

Namun, kalau misalnya mereka itu industri padat karya, mereka tidak akan bisa bersaing di satu daerah ini. Mereka akan mencari di daerah yang lebih kompetitif.

Selain upah, infrastruktur juga sangat penting. Apalagi kalau perusahaan ekspor, mereka butuh adanya jalan tol supaya cepat sampai di Tanjung Priok, contohnya seperti itu. Sehingga, mereka juga harus diarahkan di daerah di mana infrastrukturnya cukup memenuhi syarat.

Jadi, ada banyak aspek sebenarnya yang menjadi pertimbangan dari seorang calon investor di Jawa Barat.

Dari berbagai sektor industri, sektor mana saja yang saat ini paling merasakan dampaknya atau bisa dibilang 'berdarah-darah'?

Kami masih melihat sektor padat karya ya. Tetapi, saya melihatnya begini. Di satu sisi memang kita tahu ada kasus di Cirebon, kemudian di Garut juga ada layoff.

Tetapi, di sisi lain, investor itu juga ada yang datang. Jadi, saya masih bersyukur di Jawa Barat itu masih dilihat oleh banyak calon investor.

Secara organisasi, Apindo Jabar sangat gencar untuk terus menyuarakan bahwa di Jabar kondusivitas usahanya oke, kolaborasi dengan pemerintah daerahnya juga oke, dan keamanannya juga terjamin. Kekhawatiran mereka itu kami jawab. Jadi, kami tidak hanya menunggu.

Kami juga punya beberapa teman dari Amerika, Vietnam, dan negara lain, yang terus kami sampaikan (promosikan). Itulah kenapa sebenarnya kami butuh media, karena kami juga butuh hal-hal positif disuarakan supaya mereka tidak hanya membaca berita-berita negatif.

Jadi, supaya berimbang juga input-input yang positif, karena calon investor selalu mencari data dan informasi terkait daerah mana yang mereka mau berinvestasi.

Beberapa akademisi maupun pengamat masih ragu dengan kelangsungan industri dan memprediksi bahwa PHK akan marak terjadi. Bagaimana Ibu Ning menyikapi hal tersebut?

Ya, kalau menurut saya gini, kekhawatiran dari pengusaha pasti ada. Pengusaha wait and see. Apa yang akan terjadi dengan tarif nantinya? Itu juga salah satu yang memang menjadi kekhawatiran.

Tetapi, di sisi yang lain, kita juga optimis bahwa kita juga punya hal-hal positif yang bisa bersaing dengan mereka.

Apalagi nanti yang namanya tarif ini kan tidak hanya di Indonesia, ini terjadi di mana-mana. Jadi, ya, kita itu masih sangat optimis. Terbukti sampai hari ini masih banyak calon-calon investor juga yang ada di sini. Khawatir sih pasti lah, pasti.

Tapi khawatir kalau tidak memiliki optimisme ya bubar lah kita. Jadi, saya senangnya itu pengusaha di Jabar sangat optimis. Kita sudah melalui banyak hal sulit, dari zaman COVID, atau waktu dulu-dulu tahun 98, tapi kita survive. Jadi, apalagi? Kita pasti masih kuat untuk menghadapi tantangan-tantangan itu.

Berarti anggapan akademisi maupun pengamat yang menyatakan PHK akan marak itu salah kaprah?

PHK memang terjadi, tapi jangan sampai itu menjadi ketakutan yang berlebihan. PHK itu sebenarnya setiap tahun pasti ada saja.

Dan sekarang itu ketakutan adanya PHK kan karena apa yang akan terjadi nanti? Kita kan masih menunggu ini, karena belum ada keputusan dari Amerika.

Dan saya rasa pemerintah juga tidak tinggal diam. Pasti juga melakukan lobi-lobi yang luar biasa sehingga nanti kita tidak akan terkena dampak yang terlalu signifikan.

Apa saja strategi konkret yang disiapkan para pengusaha di Jawa Barat untuk menghadapi kemungkinan pemberlakuan tarif resiprokal AS ini?

Tetap efisiensi dan meningkatkan daya saing, menurut saya. Itu tetap prioritas. Jadi, kita mesti melakukan terobosan-terobosan, selain misalnya market diversity ya.

Kita juga punya market yang lain, membuka market yang lain. Contohnya kemarin juga kita sudah ada berbagai negara yang kita memiliki komunikasi untuk membuka market.

Australia misalnya, mereka juga membuka market. Jadi, yang dilakukan oleh pengusaha adalah menyiapkan diri sebaik-baiknya supaya kita tetap bisa bertahan dan berdaya saing di situasi apa pun yang nanti akan terjadi.

Ketua Apindo Jabar Ning Wahyu Astutik saat mengunjungi Kantor Suara.com di Jakarta. [Suara.com/Ramadhani]
Ketua Apindo Jabar Ning Wahyu Astutik saat mengunjungi Kantor Suara.com di Jakarta. [Suara.com/Ramadhani]

Dengan adanya pemerintahan baru, bagaimana kebijakan pemerintah, khususnya di daerah, terhadap keberlangsungan industri? Apakah ada perubahan signifikan?

Ya, saya rasa hampir semua pemimpin itu sadar betapa sekarang kita sedang menghadapi daya saing yang luar biasa. Jadi, sudah ada misalnya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan yang juga mendorong supaya kondusivitas dunia usaha itu terjaga.

Bahkan, contohnya saja satu isu tentang layoff atau PHK, itu juga kemudian direspons oleh semua level dari pemerintahan bagaimana supaya hal itu tidak terus-terusan terjadi. Itu juga ada.

Khususnya di Jawa Barat, karena saya di Jawa Barat, itu juga banyak lah yang dilakukan oleh pemerintah daerah supaya bagaimana kondisi dunia usaha di Jawa Barat itu bisa bagus sehingga menarik para investor.

Dan menurut saya ya, Alhamdulillah sampai sekarang saya masih sangat optimis. Masih banyak calon-calon investor itu yang menelepon saya mencari informasi tentang daerah mana yang bagus dan mengapa, serta apakah isu-isu yang ada itu seperti ini dan seperti itu.

Karena terus terang saja, banyak investor yang juga mengalami kesulitan membangun industrinya ketika mereka sudah membeli lahan.

Nah, kenapa seperti itu? Karena ternyata lahan itu, daerah itu, bukan daerah untuk industri. Akhirnya ya begitu mereka konsultasi dengan kami, kami sampaikan lain kali perlu dicek.

Silakan kontak ke Apindo. Apindo juga kan berpartner dengan pemerintah daerah. Jadi, kita bisa mendengarkan penjelasan dari mereka area mana yang tidak bermasalah.

Selama ini, apakah Apindo Jawa Barat dilibatkan oleh pemerintah dalam merumuskan suatu kebijakan yang berkaitan dengan dunia usaha?

Kami ada di Apindo itu bagian kebijakan publik ya. Yang pasti dilibatkan dan juga mengamati, kemudian menyuarakan salah satunya lewat media.

Kalau kita tidak setuju apa atau kita mengkritisi apa, ya itu kita sampaikan. Pasti dilibatkan karena kita adalah bagian dari tripartit itu sendiri (pemerintah, pengusaha, dan pekerja).

Apakah Apindo juga secara aktif memberikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah daerah?

Kalau kita seperti ini ya. Kita melihat mereka itu industrinya apa. Kalau misalnya padat karya, ya coba kita arahkan ke daerah-daerah Jawa Barat yang memang masih memiliki banyak sumber daya manusia.

Jadi, rekomendasi kita diawali sekarang ini. Kita mulai mempelajari, oh ternyata banyak juga pengusaha yang mengalami hambatan di lahan.

Akhirnya, ya kita membuka diri, memberikan penjelasan. Kalau dulu mungkin hanya perizinan misalnya, kemudian melebar ke keamanan.

Nah, sekarang itu kita juga memberikan informasi dari awal. Misalnya 'Oh, lahannya harus dicek dulu, jangan sampai sudah beli, sudah puluhan hektare gitu misalnya ya, itu tidak bisa dipakai karena ternyata di situ itu bukan kawasan industri atau area untuk industrial.'

Jadi, kami di Apindo secara proaktif memberikan informasi ini dan Alhamdulillah-nya para investor yang mau ke Jabar itu percaya kepada Apindo. Sehingga, ya banyaklah berkomunikasi dengan kami.

Apa saja inovasi yang Apindo Jabar lakukan untuk menarik investor yang masih dalam posisi wait and see ini?

Ya, makanya kita berusaha, berusaha banget. Supaya kita ada keseimbangan ya antara yang padat karya dan yang teknologi juga ada yang masuk. Sehingga, yang layoff di padat karya bisa dimasukkan lagi ke padat karya.

Atau yang layoff di padat karya pemerintah daerah membuat semacam pelatihan. Sehingga, dia bisa shifting ke perusahaan dengan teknologi yang lebih bagus.

Saya rasa kalau dari Apindo itu lebih ke yang dibutuhkan calon investor, yaitu informasi-informasi yang positif. Tetapi tidak hanya informasi positif, kita juga harus menyampaikan itu ke pemerintah daerah, 'Ini loh yang dibutuhkan oleh pengusaha, oleh calon investor, termasuk concern terhadap link and match.'

Itu kan kemudian ditanggapi dengan bagus, bahwa pemerintah daerah akhirnya mendirikan balai-balai pelatihan. Itu juga salah satu jawaban terhadap concern dari calon investor.

Apa harapan terbesar para pengusaha di Jawa Barat kepada pemerintah pusat maupun daerah di masa mendatang?

Tetap ini ya, membuat regulasi-regulasi yang sifatnya mendukung dunia usaha. Kemudian termasuk dalam hal perizinan misalnya.

Terus kemudian juga memberikan dukungan-dukungan yang lain, misalnya akses terhadap keuangan, kalau misalnya ada pengusaha-pengusaha yang membutuhkan itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI