Suara.com - Tiga belas tahun menjadi wartawan di salah satu media online di Jakarta, Eko Hendrawan (38 tahun) akhirnya memutuskan untuk membuka usaha sendiri.
Eko meninggalkan pekerjaannya sebagai wartawan pada April 2014. Dia memutuskan untuk membantu bisnis sang istri yang tinggal di Bandung yaitu menjual nasi liwet.
“Saya baru sadar ternyata saya itu punya bakat dagang. Sejak SD, saya sudah membantu ibu saya jualan kacang, makanya saya sering dipanggil Eko kacang. Jadi saya mutusin untuk berhenti bekerja dan membuka usaha sendiri,” katanya.
Usaha nasi liwet yang dijalankan Eko bersama sang istri, Tuti diberi nama nasi liboet. Dia memilih nama itu karena unik dan membuat orang ingin bertanya. Liboet sendiri sebenarnya singkatan dari liwet bunda Tuti.
Resep nasi liwetnya ini didapat dari tante istrinya yang jago membuat nasi liwet. Ketika itu, Eko dan sang istri mengajak tantenya itu untuk membuka usaha nasi liwet. Namun, tantenya itu tidak mau dengan alasan umurnya sudah tua.
“Akhirnya istri saya minta diajarin untuk bikin nasi liwet dan hanya dalam waktu satu hari istri saya bisa membuat nasi liwet sendiri,” jelasnya.
Eko mengaku tidak mengeluarkan modal saat pertama kali memulai bisnis nasi liwetnya ini. Semua bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan nasi liwet diambil dari warung di depan rumah dengan cara “ngutang.” Ketika pemesan nasi liwet sudah mengambil pesanannya, baru utang itu dibayar.
“Jadi, kalau ada yang tanya berapa modal awal usaha ini, saya sih bilangnya gak ada. Modal awalnya hanya keberanian,” kata Eko sambil tertawa.
Perbedaan nasi liboet dengan nasi liwet lainnya adalah dari bahan dan juga cara penyajian. Nasi liboet menggunakan mentega dan tidak memakai santan sehingga lebih gurih. Bumbu yang dipakai juga bumbu tradisional.
Selain itu, nasi liboet disajikan dengan menggunakan citel atau tempat makan yang dilapisi kain batik. Citel terbuat dari alumunium dengan alasan agar ramah lingkungan. Di atas nasi liboet ditabur petai dan ikan jambal.