Alasan kedua, karena risiko dalam trading saham lebih kecil daripada risiko trading forex. "Leverage di saham kan 1:1, jadi kalaupun rugi, masih bisa ter-cover. Lah kalau forex kan 1:100, bisa cepet mati akunnya kalau belum mahir," katanya.
Desmond memiliki tips membagi waktu antara trading saham dengan trading forexnya. Ia mengamati trading yang sedang sepi. Kalau market saham sedang bearish, katanya, ia akan pindah ke trading forex. Begitu pula sebaliknya. Lagipula, Desmond Wira lebih suka bertrading di sesi Eropa, karena trading pada sesi Asia--yang pagi hari--cenderung flat dan kurang banyak pergerakan. Oleh karena itu, waktu pagi sampai sore ia gunakan untuk bertrading saham, dan sisanya baru bertrading forex.
Desmond Wira tak memasang strategi yang muluk-muluk untuk tradingnya. Ada tiga hal yang ia tegaskan dalam bertrading: Pertama, manajemen risiko, kedua manajemen uang, ketiga segi psikologi trader.
Menurutnya, seorang trader dapat dikatakan sukses jika ia sudah berhasil beating the market. Hasilnya bisa di atas target, khususnya dalam trading saham bila dibandingkan dengan IHSG. Dalam bertrading saham, Desmond memiliki prinsip pantang bertrading saham gorengan dan lebih memilih saham-saham blue chip.
Selain itu seorang trader sukses adalah orang yang pintar bersyukur dan tidak terlalu ambisius. "Nyantai aja lah, tidak usah terlalu banyak cita-cita, terlalu banyak target. Kalau terlalu banyak target biasanya jadi nggak mau cut loss. Kalau sudah begitu dia bakal maksa. Nah, orang yang tradingnya maksa seringkali berujung pada kegagalan. Disyukuri saja profit yang sudah didapat. Jangan kemaruk," tutup Desmond.