Suara.com - Para pelaku industri kaca dari berbagai belahan dunia berkumpul di Indonesia menghadiri pameran industri kaca Glasstech Asia 2019 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD pada 12-14 November 2019. Sebanyak 124 pelaku usaha dari 14 negara meramaikan gelaran itu.
"Acara ini tidak hanya menjadi pusat pertemuan pelaku usaha bersama pakar internasional, tetapi juga memberikan pemahaman luas dalam sektor manufaktur, dan pemrosesan produk berbahan kaca, termasuk berbagai teknologi terkini dan inovasi kaca," kata Direktur Jendral Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam, Selasa (12/11/2019) kemarin.
Selama tiga hari acara berlangsung, pelaku usaha bertukar informasi mengenai perkembangan terbaru dan tantangan yang dihadapi industri, sembari memanfaatkan pasar Indonesia yang berkembang bersama negara-negara Asia Tenggara lainnya.
"Glasstech Asia 2019 diharapkan menjadi pusat pengetahuan para pelaku usaha untuk menghadirkan bahan bangunan yang ramah lingkungan, termasuk kaca lembaran," ucap Khayam.
Menurut laporan Research and Markets 2018, permintaan kaca hemat energi di Indonesia diperkirakan bertumbuh (CAGR) 13,1 persen per tahun pada periode 2019-2025.
Selama periode tersebut, penjualan kaca bisa mencapai 106,70 juta dolar AS pada 2025 atau meningkat dibanding 50,13 juta dolar AS pada 2019.
Asia Pasifik diperkirakan masih menjadi pemimpin pasar industri kaca lembaran dengan pangsa pasar 60-65 persen pada 2014 lalu. Di Asia Pasifik, kaca lembaran banyak digunakan oleh pelaku industri otomotif dan konstruksi.
Urbanisasi dan pertumbuhan sektor real estate di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, India, Vietnam, dan Thailand, juga disebut ikut mendongkrak permintaan kaca lembaran.
Pangsa pasar Asia Pasifik untuk kaca lembaran ditargetkan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya, terutama di China, India, dan Asia Tenggara.
Baca Juga: Go Green, Tak Pakai Styrofoam, Ayam Geprek di GoFood Ini Pakai Piring Kaca