"Tidak serta merta daya beli yang turun, tapi memang dia (kalangan atas) tidak mau berbelanja," kata dia.
Yang membuat kalangan atas ini enggan untuk berbelanja kata Pardede adalah alasan kesehatan, mereka lebih baik diam di rumah saja dibandingkan keluar rumah karena bisa terancam penularan virus corona.
"Karena tidak adanya keamanan terhadap kesehatan, karena Covid-19 itu menggentarkan kalangan senior itu, makanya pemerintah sekarang menjalankan program Indonesia Sehat, untuk memberikan keyakinan kepada masyarakat virus ini bisa kita tangani dengan baik," katanya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 yang tumbuh negatif 5,32 persen merupakan angka pertumbuhan terendah sejak tahun 1999 atau saat Indonesia mengalami krisis moneter (krismon).
Dari data Bank Indonesia (BI) mencatat, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan pada Agustus 2020 tumbuh 10,9 persen menjadi Rp 6.228,1 triliun, melanjutkan kenaikan bulan sebelumnya sebesar 7,7 persen.
Secara umum, simpanan berjangka mencatat peningkatan dari 5,5 persen (yoy) pada Juli 2020 menjadi 5,9% (yoy), bersumber dari simpanan berjangka rupiah terutama di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Giro mengalami peningkatan pertumbuhan dari 11,2 persen (yoy) pada Juli 2020 menjadi 22,2 persen (yoy) pada Agustus 2020 baik dalam valuta rupiah maupun valas, khususnya di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Sementara itu, tabungan tercatat meningkat dari 8,2 persen (yoy) pada Juli 2020 menjadi 10,2 persen (yoy) terutama disebabkan tabungan rupiah dan valas di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Tengah.
Baca Juga: Nia Ramadhani Beri Rahasia Penampilannya, Warganet: Orang Kaya Mah Bebas