Suara.com - Digitalisasi pemerintahan desa mulai marak di Indonesia namun terkendala situasi dan sumber daya.
Giyatno, Direktur BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Sambimulyo di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi DI. Yogyakarta, mengatakan, pengelolaan obyek wisata Tebing Breksi menjadi lebih mudah setelah menggunakan eLok (Elektronik Loket) yang disokong program Smart Village Nusantara (SVN) PT Telkom.
"Sebelumnya kami hitung semua pemasukan manual, tapi itu merepotkan. Setelah gunakan eLok, berapa pemasukan tiket harian keliatan langsung, berapa dari parkir bisa dicek di dashboard, sehingga transparansi langsung tercipta," kata Giyanto ditulis Senin (23/8/2021).
Hal ini sangat penting. Sebab, pendapatan asli desa (PAD) dari obyek wisata di desanya sudah cukup signifikan. PAD tahun 2019 mencapai Rp1,2 miliar per tahun, padahal desa ini sebelumnya masuk desa miskin mengacu data BPS tahun 2010 dengan pendapatan Rp10 juta/tahun.
Selain itu, seiring meluasnya desa wisata di Indonesia, destinasi di desanya berkembang ke empat unit penginapan lengkap ruang pertemuan di Balkondes Sambirejo. Dalam waktu dekat, akan dikembangkan Watu Payung yang menjadi spot menarik melihat sunrise dan sunset.
Giyatno mengatakan, destinasi ini akan bertambah dengan wisata budaya yang sudah eksis sejak lama di wilayah tersebut sekalipun tidak di bawah pengelolaannya. Seperti Candi Ijo, Candi Barong, Candi Nigiri, Candi Dawung, Sumur Bandung, dan peninggalan sejarah lainnya.
"Digitalisasi itu kebutuhan karena segalanya tercatat rapih dan mudah dicek. Kendala utamanya ya masih di pandemi karena tempat wisata belum bisa buka, sehingga pendapatan 2020 turun ke Rp400 juta dan tahun ini malah belum sampai Rp200 juta dari Januari sampai Agustus," katanya.
Nana Mulyana, Ketua BUMDes Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, menambahkan, aplikasi SVN yakni simpeldesa juga membuka peluang penambahan pendapatan warga desa yang melakoni usaha mikro. Khususnya dalam penyedian jasa pembayaran mulai dari listrik, pulsa, dst.
Menurut dia, sejak menggunakan simpeldesa dua bulan lalu, transaksi harian dari Mitra BUMDes yakni warung kelontongan/warga yang membuka jasa pembayaran tersebut berada di kisaran 10 transaksi per hari dengan skema bagi hasil keuntungan 70% untuk mitra dan 30% untuk BUMDes.
Baca Juga: Ini 8 Desa Wisata Sulsel Lolos 100 Besar ADWI 2021
"Selain pembayaran, kami juga sudah punya usaha sewa kursi lipat yang jumlahnya sudah mendekati 200 buah. Juga, menjadi mitra pemasok susu sapi perah ke KPSBU di Kecamatan Lembang dengan kepemilikan enam sapi dari BUMDes," sambungnya.