Suara.com - Produksi minyak sawit mentah atau CPO terus bertambah, sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar global setiap tahunnya. Faktanya, peningkatan produksi CPO global sebagian besar bersumber dari Indonesia.
Potensi besar yang dimiliki Indonesia, menjadi keunggulan besar guna terus meningkatkankan produksi CPO secara berkelanjutan.
Praktik budidaya terbaik dan berkelanjutan yang dilakukan petani kelapa sawit, sudah mendapat banyak kemajuan. Kendati masih memiliki berbagai hambatan dalam implementasinya, namun keberadaan praktik budidaya terbaik dan berkelanjutan masih terus dilakukan perusahaan perkebunan dan petani kelapa sawit.
Upaya pemberdayaan petani kelapa sawit tersebut, juga membutuhkan dukungan dari pihak lain, terutama Pemerintah dan perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Pasalnya, keberadaan petani masih mengalami kesulitan besar dalam melakukan praktek budidaya terbaik dan berkelanjutan. Disisi lain, dukungan pendanaan bagi kebun petani juga masih terbilang sulit.
Dengan luasan lahan perkebunan kelapa sawit nasional lebih dari 42%, dimiliki petani kelapa sawit membutuhkan banyak dukungan dari semua pihak. Sebab itu pemberdayaan petani kelapa sawit, harus terus dilakukan, demi keberlangsungan perkebunan kelapa sawit di masa depan.
Adanya seruan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu, yang mendorong pengembangan industri hilir sawit, dapat diartikan sebagai upaya membangun industri minyak sawit secara holistik dan berkelanjutan. Arahan dari Presiden Jokowi ini, sebagai upaya Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan minyak sawit guna mendapatkan nilai tambah lebih di dalam negeri.
Guna meningkatkan nilai tambah minyak sawit didalam negeri, maka syarat utama yang harus dilakukan yaitu melalui penguatan industri hulu minyak sawit yaitu perkebunan kelapa sawit. Melalui perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan, maka pembangunan industri hilir minyak sawit akan lebih mudah dilakukan.
Pasalnya, ketersediaan bahan baku menjadi bagian dari kunci keberhasilannya. Salah satu inisiasi yang diambil pemerintah, melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Sebagai program strategis nasional, PSR bertujuan meningkatkan produktivitas tanaman perkebunan kelapa sawit sekaligus menjaga luasan lahan perkebunan kelapa sawit.
Baca Juga: Laba Sawit Sumbermas Naik 286,38 Persen Dalam Setahun
Dengan meningkatnya produktivitas, maka peningkatan hasil produksi panennya dapat dihasilkan melalui optimalisasi lahannya.
Dari program PSR tahun 2020-2022, Pemerintah Indonesia menargetkan luasan lahan perkebunan sebesar 540 ribu hektar dapat dilakukan replanting. Target ini tersebar diberbagai wilayah, seperti Sumatera sebesar 397.200 hektar, Jawa seluas 6.000 ha, Kalimantan sebanyak 86.300 ha dan Sulawesi serta Papua, seluas 44.500 ha dan 600 ha.
Pada tahun 2021, target PSR ditetapkan seluas 180 ribu ha yang mendapat dukungan dana subsidi sebesar Rp. 30 juta/ha, dengan luasan lahan maksimal sebesar 4 ha/pekebun.
Pentingnya PSR bagi petani kelapa sawit Indonesia, dapat menjadikan perkebunan kelapa sawit miliknya lebih produktif dan berkembang di masa depan. Sebab itu, dukungan dari semua pihak dibutuhkan guna menjalin kerjasama berkelanjutan.
Sehingga pemberdayaan perkebunan kelapa sawit milik rakyat ini dapat terus berkembang di masa depan.
Diungkapkan Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan Kemenko, Edy Yusuf, sejatinya Pemerintah telah mendorong dilakukannya pemberdayaan petani dan organisasi petani untuk pengembangan kemampuan petani, dan organisasi petani agar dapat memperoleh akses dalam memenuhi kebutuhan (modal, teknologi, agro-input, benih/bibit) Serta pengembangan kemitraan antara petani dan pengusaha dalam berbagai kegiatan di hulu hingga hilir.