Utang Negara ke China Naik, Indonesia Harus Belajar dari Sri Lanka Jika Tak Mau Ekonomi Ambruk

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 15 April 2022 | 16:27 WIB
Utang Negara ke China Naik, Indonesia Harus Belajar dari Sri Lanka Jika Tak Mau Ekonomi Ambruk
Pengunjuk rasa menghindari gas air mata yang digunakan polisi di dekat kediaman Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa saat protes terhadap presiden atas banyak krisis yang terjadi di negara tersebut setelah 13 jam tanpa listrik akibat kekurangan mata uang asing untuk mengimpor bahan bakar, di Kolombo, Sri Lanka, Kamis (31/3/2022) [Suara.com/Antara]

Sri Lanka sendiri sudah berkali-kali meminta China untuk restrukturisasi utang. Namun, permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh China.

Selain China, Sri Lanka juga memiliki utang pada India dan Jepang. Komoditas andalan Sri Lanka seperti teh dan grafit nampaknya tidak bisa mengimbangi minus ekonomi negara itu.

Ditambah lagi, wabah virus corona (COVID-19) membuat pariwisata selaku andalan ekonomi Sri Lanka semakin terpuruk.

Ancaman Utang China ke Indonesia

Indonesia sepatutnya belajar dari Sri Lanka. Pasalnya, berdasarkan data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) periode Februari 2022, China merupakan pemberi utang terbesar keempat bagi Indonesia, di bawah Singapura, Amerika Serikat (AS), dan Jepang.

Utang Indonesia ke China saat ini mencapai US$ 20,78 miliar. Naik 0,76% dari bulan sebelumnya (month-on-month/mtm).

Padahal, utang Indonesia ke negara lain seperti Singapura, AS dan Jepang justru turun. Dari sisi mata uang, utang luar negeri (ULN) terbanyak masih dalam dolar AS. Per Februari 2022, ULN berdenomisasi dolar AS tercatat US$ 275 miliar.

Kemudian disusul euro dengan nilai ekuvalen US$ 25,15 miliar. Yen Jepang menempati peringkat ketiga (US$ 24,82 miliar) dan yuan China berada di posisi empat (US$ 4,31 miliar).

Baca Juga: Partai-partai Politik Indonesia Akrab dengan Partai Komunis China

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?