Suara.com - Harga minyak dunia naik tipis pada perdagangan akhir Senin, sedikit lebih tinggi karena kekhawatiran atas kemungkinan resesi ekonomi.
Mengutip CNBC, Selasa (24/5/2022) minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, ditutup naik 1 sen, atau 0,01 persen menjadi USD110,29 per barel, sementara minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, menguat 87 sen, atau 0,7 persen menjadi USD113,42.
"Ada awan hitam berkumpul di sekitar pasar keuangan dan itu mulai berdampak pada minyak mentah," kata Bob Yawger, Direktur Mizuho.
"Kesehatan ekonomi global dipertanyakan saat ini." Tambahnya.
Berbagai ancaman terhadap ekonomi global membayangi kekhawatiran orang-orang terkaya di dunia pada pertemuan ekonomi tahunan Davos, dengan beberapa menandai risiko resesi di seluruh dunia.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva mengatakan dia tidak memperkirakan resesi bagi ekonomi utama, tetapi tidak dapat mengesampingkannya.
Pelemahan minyak dibatasi oleh ekspektasi permintaan bensin akan tetap tinggi. Amerika Serikat akan memasuki musim mengemudi, yang puncaknya dimulai saat long weekend Memorial Day, akhir pekan ini.
Meski ada kekhawatiran bahwa kenaikan harga bahan bakar dapat mengurangi permintaan, analis mengatakan data mobilitas dari TomTom dan Google meningkat dalam beberapa pekan terakhir, menunjukkan lebih banyak pengemudi di jalan di tempat-tempat seperti Amerika Serikat.
Guna mengatasi krisis pasokan dan menghambat kenaikan harga, Gedung Putih mempertimbangkan deklarasi darurat untuk melepas solar dari persediaan, kata pejabat pemerintah.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis ke Level USD 112/Barel, Ini 2 Faktor Penyebabnya
Gedung Putih mempertimbangkan untuk memanfaatkan Northeast Home Heating Oil Reserve, yang dibuat pada 2000 guna membantu masalah pasokan dan hanya digunakan sekali pada tahun 2012 setelah Badai Sandy.