Sandiaga Uno dan Aruna Luncurkan Kampung Wisata dan Budidaya Lobster, Intip Budidaya dan Pengelolaannya

Iwan Supriyatna Suara.Com
Selasa, 25 Oktober 2022 | 10:36 WIB
Sandiaga Uno dan Aruna Luncurkan Kampung Wisata dan Budidaya Lobster, Intip Budidaya dan Pengelolaannya
Ilustrasi lobster. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada 6 Oktober 2022 lalu, bersama dengan Menparekraf RI, Sandiaga Uno, Aruna meluncurkan Kampung Wisata dan Budidaya Lobster "A Lobster Farm" di Pantai Amed, Bali. Berbicara tentang lobster, rasanya jadi tertarik untuk mengulik secara lebih dalam cerita tentang komoditas lobster.

Ayo, ngaku, apakah kamu menganggap bahwa lobster merupakan santapan yang relatif mahal? Memang betul, sih, tapi tahukah kamu bahwa dahulu kala, lobster sempat menjadi santapan bagi kaum kurang mampu? Hanya saja, pandangan ini mulai bergeser pada tahun 1.800 silam, ketika penduduk kota mulai berdatangan ke pantai untuk berlibur sambil menikmati hidangan lobster lokal.

Sampai hari ini, lobster tetap menjadi favorit banyak orang. Menarik untuk dikulik, artikel ini mengajak kita untuk belajar lebih jauh mengenai keunikan lobster, sekaligus mengundang kita untuk memahami proses penanganan komoditas tersebut agar kesegarannya tetap terjaga sempurna hingga sampai di tangan konsumen. Yuk, simak artikel di bawah ini.

1. Kecoa laut ini harus dikelompokkan dulu sesaat setelah ditangkap

Setelah ditangkap oleh nelayan, lobster biasanya diterima dalam kondisi hidup dan sehat. Tak lupa, lobster yang boleh diterima hanyalah lobster yang tidak sedang dalam keadaan bertelur dan undersize. Hati-hati! Kalau nekad, kita bisa melanggar Permen KP, lho! Baru setelah itu, hewan yang dulunya sering disebut sebagai kecoa laut ini pun dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran dan jenisnya, kemudian ditimbang satu per satu. Jangan lupa mencatat tiap rinciannya, ya!

Salah satu jenis lobster, yakni crustacea, memiliki harga yang tergolong mahal karena masa pertumbuhannya yang cukup lambat. Kuantitas makan lobster crustacea ini cenderung banyak, tetapi tetap saja mudah terkena penyakit. Ketika dibudidaya, cara pengambilan telurnya juga sulit karena tubuhnya yang bersegmen. Pantas saja, harga lobster kerap kali dijual mahal ya.

2. Lobster bisa dibius?

Packing lobster tidak boleh asal penuh dan padat, ya. Salah-salah, lobster bisa kehabisan oksigen dan mati di tengah perjalanan. Namun, harus diingat bahwa lobster yang hendak diproses sebaiknya dibius terlebih dahulu. Bagaimana caranya? Letakkan bongkahan es di setiap sudut styrofoam.

Es batu dengan dingin 15-20°C berfungsi sebagai obat bius yang menghambat metabolisme tubuh lobster. Bius akan bekerja dalam waktu 10-13 menit untuk lobster kecil dan 13-15 menit untuk lobster besar. Perlahan, lobster akan bergerak lambat dan bahkan cenderung diam.

Baca Juga: Dorong Pariwisata Berkelanjutan, Menparekraf Sandiaga Uno Luncurkan 'A Lobster Farm'

Beberapa tahun belakangan ini, eksistensi startup yang bergerak di industri perikanan pun semakin banyak terdeteksiAruna adalah salah satunya.

“Bila bergerak lambat atau bahkan cenderung diam, pasokan oksigen di dalam styrofoam pun akan semakin terjamin. Karena dalam konteks ini, lobster harus terus kering, baiknya lobster ditaburi juga dengan bubuk gergaji atau pasir sebelum dibungkus dengan koran. Es batu juga harus dibungkus koran terlebih dahulu agar tak mudah leleh.” kata Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna.

3. Si capit kuat harus terus dalam keadaan kering

Es batu yang dimaksud pada poin kedua sebaiknya terbuat dari air laut, yang biasanya akan keras dalam waktu 3-4 hari. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi saat terjadi trouble dab di tengah perjalanan, seperti botol pecah atau bocor. Dengan adanya antisipasi ini, kemungkinan membuat lobster mati atau di-reject pun menjadi lebih kecil. Jangan lupa juga untuk masukkan aerator atau blower guna menjaga ketersediaan oksigen di dalam wadah, ya.

“Untuk diketahui, penanganan lobster dengan cara yang dijelaskan di atas diestimasi dapat membuat lobster tetap hidup dalam perjalanan maksimal 20-22 jam dengan reject rate maksimal 5%. Penanganan komoditas laut terkadang memang terkesan rumit. Namun, pasti ada hacks yang dapat membantu kita untuk melakukannya dengan baik dan benar,” terang Utari, inisiator startup perikanan Aruna berusia 29 tahun itu.

Jangan lupa untuk tetap hati-hati dengan capit lobster hidup, ya. Sebagai informasi penutup, capit ini bisa memecahkan cangkang kerang, tiram, dan kepiting, lho! Ilmuwan mengatakan bahwa tekanannya bisa mencapai 100 Psi. Padahal, tekanan ban mobil cuma 28-33 Psi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI