Suara.com - Juru bicara pemerintah Jerman, Steffen Hebestreit turut mengomentari larangan memakai ban kapten One Love karena dianggap berpihak pada LGBTQ yang sangat dilarang di Qatar.
"Hak orang LGBTQ tidak dapat dinegosiasikan," kata Hebestreit, dikutip dari Daily Mail UK, pada Kamis(24/11/2022).
Jerman kini juga mempertimbangkan untuk mengambil tindakan hukum terhadap FIFA agar tidak melarang penggunaan ban pelangi.
Sementara, Qatar menegaskan pahwa homoseksualitas, lesbian, queer dan semacamnya adalah ilegal di negara mereka.
Direktur media DFB Steffen Simon dalam penuturannya kepada radio German Deutschlandfunk berharap, Inggris segera bertindak hal serupa usai pelarangan penggunaan ban tersebut saat melawan Iran dalam lanjutan Piala Dunia.
"Direktur turnamen [mendatangi] tim Inggris dan berbicara tentang pelanggaran peraturan dan mengancam sanksi olahraga besar-besaran tanpa merinci apa yang akan terjadi," kata dia.
Sayangnya, Simon sama sekali tidak menjelaskan aturan dari FIFA dan penyelenggara Piala Dunia. Ia mengklaim, enam negara lainnya kemudian memutuskan untuk 'menunjukkan solidaritas' dan tidak memakainya.
"Kami kehilangan ban kapten dan itu sangat menyakitkan, tapi kami adalah orang yang sama seperti sebelumnya dengan nilai yang sama. Kami bukan penipu yang mengaku punya nilai dan kemudian mengkhianatinya," kata dia.
"Kami berada dalam situasi yang ekstrim, dalam pemerasan yang ekstrim dan kami pikir kami harus mengambil keputusan itu tanpa ingin melakukannya," sambungnya.
Baca Juga: Netizen Jerman Meradang, Tim Hanya Sibuk Urus Ban Kapten LGBT Bukan Bermain Apik Lawan Jepang
Sementara, Denmark menegaskan, mereka berencana menarik diri dari FIFA dan mengajak anggota UEFA lainnya. Kepala eksekutif FA Denmark Jakob Jensen mengatakan, pihaknya akan membawa masalah ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga.