Mengamati fenomena praktik keberlanjutan, Fardila Astari Rachmiliza, Communication Director Rajawali Foundation, organisasi nirlaba filantropi, memaparkan bahwa penerapan sustainability yang akuntabel menjadi semakin penting. “Seperti Project SINERGI (Strengthening Coordination for Inclusive Workforce Development in Indonesia), project yang didanai oleh UNSAID (melalui program MITRA KUNCI) dan bermitra dengan Kantor Gubenur Provinsi Jawa Tengah, mendorong ketenagakerjaan inklusif yang lebih ramah dan secara masif bisa menjangkau ratusan ribu kaum muda kurang mampu dan rentan (termasuk kaum muda difabel dan perempuan produktif) dalam rentang usia 18-34 tahun dan memiliki penghasilan kurang dari $2 per hari,” kata Fardila.
“Dengan ketersediaan data pengukuran sustainability yang jelas dan tepat, maka dampak yang dihasilkan project tersebut akan terukur dan kita dapat melakukan monitoring dalam rangka meminimalisasi kegagalan capaian dari project yang sedang kita kerjakan,” jelas Fardila.
Tidak berhenti di situ, praktik sustainability pun merupakan sebuah perjalanan. Maksudnya, menurut Fardila, penerapan sustainability dalam suatu perusahaan harus terus ditingkatkan dari segi kualitas. Hal ini penting dilakukan agar dampak yang dihasilkan dapat bernilai dan berarti bagi seluruh penerima manfaat dan seluruh masyarakat Indonesia hingga di masa depan. Kenyataan bahwa transformasi digital memegang peranan besar mendorong SAP Indonesia menegaskan komitmennya membantu inovasi bisnis yang sustainable dengan menggunakan perkembangan teknologi digital melalui pengolahan data yang efektif secara cepat dan tepat.
“Komitmen ini tentunya perlu diimplementasikan dengan berkolaborasi dengan pihak terkait sehingga dapat mencapai dampak yang lebih besar dan juga dapat membangun model bisnis yang semakin sustainable. Kolaborasi ini dapat menjadi kesempatan baru bagi perusahaan dalam menyusun rencana yang lebih matang dan bermanfaat bagi perusahaan dan masyarakat luas,” tutup Andreas Diantoro