Suara.com - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) sudah melaporkan kinerja keuangan mereka sepanjang kuartal III 2023 atau hingga akhir September 2023 yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dikutip Rabu (1/11/2023).
Secara garis besar, pendapatan TLKM capai Rp111,23 triliun, naik 2,17% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp108,8 triliun. Pendapatan ini berasal dari berbagai sumber, termasuk pendapatan dari telepon, interkoneksi, data internet, dan jasa teknologi informatika.
Pendapatan dari layanan jaringan, Indihome, dan layanan lainnya juga turut berkontribusi. Jika dikelompokkan, Telkom mencatatkan pendapatan dari kontrak pelanggan sebesar Rp109,15 triliun dan pendapatan dari transaksi lessor sebesar Rp2,08 triliun.
Peningkatan pendapatan juga mengakibatkan laba usaha meningkat sebesar 10,80% secara tahunan menjadi Rp34,9 triliun. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, laba usaha Telkom adalah Rp31,5 triliun.
Yang menarik dalam laporan tersebut emiten dengan kode saham TLKM ini mengaku bakal berpotensi rugi ratusan miliar akibat investasi mereka di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).
Tertulis bahwa TLKM berpotensi mengalami kerugian karena mengacu pada nilai pasar saham pada penutupan perdagangan GOTO per 30 September 2023 sebesar Rp85 per saham
“Rugi yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar investasi Telkomsel pada GOTO pada tanggal 30 September 2023 adalah sebesar Rp142 miliar dan disajikan sebagai rugi yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar atas investasi dalam laporan laba rugi konsolidasian,” tulis manajemen.
Anehnya, nilai potensi kerugian investasi GOTO menyusut 95 persen dibanding periode 30 September 2022 yang mencapai Rp3,064 triliun.
Saat itu, TLKM mengukur nilai wajar investasi di GOTO dengan menggunakan nilai pasar saham GOTO sebesar Rp246 per saham, harga penutupan perdagangan tanggal 30 September 2022.
Baca Juga: Laba Telkom (TLKM) Tembus Rp19,4 Triliun, Naik 17,6% dalam Setahun
Sebelumnya, TLKM juga telah mengakui penurunan nilai penuh atas investasi pada PT Omni Inovasi Indonesia Tbk sebesar 24 persen sejak tahun 2019.