Sekelas Bahlil Lahadalia Catut Nama Jatam dalam Disertasinya dan Diuji Guru Besar UI

Senin, 11 November 2024 | 15:06 WIB
Sekelas Bahlil Lahadalia Catut Nama Jatam dalam Disertasinya dan Diuji Guru Besar UI
Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat perayaan HUT ke-60 Partai Golkar di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Senin (21/10/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Organisasi lingkungan Jatam merasa dirugikan setelah namanya dicatut dalam disertasi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia yang berjudul "Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia".

Jatam menyatakan tidak pernah memberikan data atau izin kepada Bahlil untuk menggunakan nama organisasi mereka dalam penelitian tersebut.

Kasus ini telah menjadi sorotan publik dan menimbulkan pertanyaan mengenai etika dalam penelitian akademik.

Yang menarik Bahlil diuji oleh para guru besar yang memiliki reputasi bagus selama ini. Diantaranya Ketua Sidang Prof Dr. I Ketut Surajaya, S.S., M.A. dan dihadiri oleh Promotor Prof. Dr. Chandra Wijaya, M.Si., M.M, serta ko-promotor Dr. Teguh Dartanto, S.E., M.E dan Athor Subroto, Ph.D. 

Baca Juga: Kantongi Dana IPO Rp264 Miliar, DAAZ Mau Beli Bijih Nikel Hingga Batubara

Untuk mendapatkan gelar doktor ini, Bahlil diuji oleh Dr. Margaretha Hanita, S.H., M.Si., Prof. Dr. A. Hanief Saha Ghafur, Prof. Didik Junaidi Rachbini, M.Sc., Ph.D., Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si., dan Prof. Dr. Kosuke Mizuno.

Koordinator Nasional Jatam, Melky Nahar, mengungkapkan bahwa pihaknya tidak pernah memberikan izin, baik secara tertulis maupun lisan, untuk menjadi informan utama dalam disertasi tersebut.

Keberatan ini berawal dari wawancara yang dilakukan dengan seorang peneliti bernama Ismi Azkya pada Agustus 2024. Ismi memperkenalkan diri sebagai anggota tim peneliti di Lembaga Demografi UI yang sedang melakukan riset tentang dampak hilirisasi nikel di wilayah tambang.

Namun, Jatam baru mengetahui belakangan bahwa wawancara tersebut digunakan dalam disertasi Bahlil, meskipun pada saat itu tidak ada informasi yang memadai terkait tujuan sebenarnya.

"Bahwa pihak Jatam tidak diberi informasi yang jelas bahwa wawancara tersebut merupakan bagian dari proses penelitian disertasi Bahlil. Oleh karena itu, untuk itu menuntut agar nama Jatam dan semua informasi yang diberikan dalam wawancara tersebut dihapus dari disertasi Bahlil," kata Melky dalam keterangannya dikutip Senin (11/11/2024).

Baca Juga: Siapa Jatam? Protes Nama Lembaganya DIcatut di DIsertasi Bahlil Lahadalia

Jatam telah berupaya menghubung Ismi Azkya untuk mengonfirmasi pencatutan nama Jatam untuk disertasi Bahlil. Belakangan Ismi berbohong kepada Jatam bahwa data tersebut tak digunakan oleh Bahlil. Hingga tak lama kemudian Ismi memblokir dua kontak Jatam yang menghubunginya.

"Setelah itu, Ismi memblokir kontak kedua pegiat Jatam yang menghubunginya," kata dia.

Melky menegaskan bahwa tindakan Ismi Azkya dan Bahlil Lahadalia adalah bentuk penipuan intelektual dan dia menuding Ismi sebagai bagian dari perjokian karya ilmiah.

"Ini melanggar Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan peraturan terkait lainnya," kata Melky.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI