Permainan domino telah mengakar dalam tradisi masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Berdasarkan catatan sejarah, domino pertama kali diperkenalkan ke Nusantara melalui jalur perdagangan dengan Tiongkok sekitar abad ke-17. Awalnya berkembang di lingkungan keraton Jawa, permainan ini kemudian menyebar luas ke berbagai kalangan masyarakat dan menjadi bagian tak terpisahkan dari interaksi sosial di warung-warung kopi hingga acara keluarga.
Popularitasnya mencapai puncak pada era 1950-an hingga 1960-an, di mana berbagai komunitas domino bermunculan dan turnamen lokal mulai diselenggarakan secara rutin di berbagai daerah, terutama di Jawa dan Sulawesi.
Namun, beberapa dekade terakhir menyaksikan pergeseran persepsi masyarakat terhadap permainan ini. Domino yang semula dianggap sebagai permainan strategi dan hiburan sosial, mulai dikaitkan dengan aktivitas negatif. Maraknya praktik perjudian yang menggunakan domino sebagai medium utama turut berkontribusi pada pembentukan stigma ini. Data Kepolisian RI tahun 2024 menunjukkan bahwa sekitar 23% kasus perjudian online yang terungkap melibatkan permainan domino. Fenomena ini memunculkan istilah-istilah khusus seperti "domino uang" yang merujuk pada permainan berhadiah uang tunai.
Persepsi negatif terhadap domino juga terlihat dari stereotip yang melekat pada para pemainnya. Survei yang dilakukan Universitas Indonesia pada 2023 mengungkapkan bahwa 67% responden cenderung mengasosiasikan tempat-tempat bermain domino dengan lingkungan yang tidak produktif. Beberapa kasus sosial seperti penelantaran keluarga dan perceraian yang dipicu oleh kecanduan bermain domino dengan taruhan tinggi semakin memperkuat stigma negatif ini.
Di tengah tantangan tersebut, berbagai upaya sedang dilakukan untuk mengembalikan citra positif domino. Perkumpulan Olahraga Domino Indonesia (PORDI) secara resmi mendaftarkan domino sebagai cabang olahraga pada tahun 2018. Langkah ini didukung oleh penelitian dari Universitas Gadjah Mada yang membuktikan bahwa permainan domino dapat meningkatkan kemampuan kognitif hingga 40% pada kelompok lansia. Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga juga telah memasukkan domino dalam program pengembangan olahraga tradisional sejak 2022.