IHSG Berakhir Naik Lagi, Meski Perang Dagang Terus Memanas

Achmad Fauzi Suara.Com
Senin, 21 April 2025 | 16:26 WIB
IHSG Berakhir Naik Lagi, Meski Perang Dagang Terus Memanas
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/4/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Suara.com - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menguat hingga akhir sesi perdagangan Senin (24/1/2025). Meskipun, pergerakan IHSG sempat fluktuatif hingga betah di zona merah.

Mengutip data RTI Business, IHSG ditutup menguat dengan naik 7,69 poin atau naik 0,12 persen menuju ke level 6.445.

Pada perdagangan hari ini, sebanyak 14,74 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp8,41 triliun, serta frekuensi sebanyak 987,4 ribu kali.

Dalam perdagangan hari, sebanyak 289 saham bergerak naik, sedangkan 295 saham mengalami penurunan, dan 220 saham tidak mengalami pergerakan.

Di perdagangan hari ini, beberapa saham yang mengalami kenaikan sebagai penggerak IHSG diantaranya, FITT, DILD, KJEN, CYBR, ARCI, PPRI, ANTM, ARTO, APLN, serta PNLF.

Sementara, saham-saham yang alami jeblok pada perdagangan hari ini diantaranya, ITMG, FORE, NINE, UNIQ, PART, NASI, MASIN, MIKA, JPFA, PNBN, serta DSSA.

Berbalik Arah dari Sesi I

Pada sesi pertama perdagangan hari ini, IHSG mengalami penurunan sebesar 17 poin atau 0,27 persen ke level 6.421. Banyak faktor yang membuat perdagangan IHSG berada di zona merah pada sesi I.

Seperti dilansir dalam riset Pilarmas Investindo Sekuritas, bursa regional Asia bergerak fluktuatif dampak kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di prediksi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global. 

Baca Juga: Dendy Kurniawan Dikukuhkan Kembali Jadi Direktur Utama Pelita Air oleh Pemegang Saham

Internatiopnal Monetary Fund (IMF) dalam outlook terbaru ekonomi Global ditengah tantangan tarif yang diprediksi memangkas proyeksi pertumbuhan namun tidak terjadi resesi dengan kata lain proyeksi pertumbuhan  yang baru memang akan mencerminkan penurunan signifikan, namun tidak sampai pada level resesi. Dan juga menyampaikan Ketegangan perdagangan telah menyebabkan penurunan kepercayaan antarnegara. 

Di sisi lain pasar merespon pernyataan Donald Trump  di media social terkait pemecatan Ketua The Fed Jerome Powell tidak bisa cepat, dan menyerukan the Fed AS untuk memangkas suku bunga. Pasar menilai ini akan mengancam independensi The Fed dan terlihat Trump tampaknya frustasi karena The Fed belum memangkas suku bunga acuannyaa.

Sementara itu Bank sentral China (PBoC) diperkirakan mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah selama enam bulan berturut-turut pada bulan April 2025. Suku bunga acuan pinjaman satu tahun dipertahankan pada 3,1 persen, sedangkan LPR lima tahun tetap pada 3,6 persen. 

Keputusan ini sebagai upaya stabilisasi yuan di tengah ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung seiring dengan meningkatnya ketegangan perdagangan dengan AS. Dari dalam negeri, indeks IHSG mengawali pekan ini melemah.

Pertemuan delegasi Indonesia dengan United States Trade Representative (USTR) dan Departemen Perdagangan AS di Washington, DC. Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sepakat menyelesaikan perundingan tarif perdagangan bilateral dalam jangka waktu 60 hari ke depan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengkhawatirkan terdapat potensi pemberlakuan tarif impor AS terhadap produk Indonesia hingga 47 persen.

Pasar menilai Ini belum menunjukan hasil negosiasi yang kongkret kedua pihak. Sehingga ini akan berdampak daya saing ekspor Indonesia sehingga kedepannya ini akan memberikan dampak pada surplus neraca perdagangan Indonesia.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI