IHSG Terus Menguat di Pembukaan Rabu Pagi, Saham-saham Ini Jadi Pendorongnya

Achmad Fauzi Suara.Com
Rabu, 23 April 2025 | 09:18 WIB
IHSG Terus Menguat di Pembukaan Rabu Pagi, Saham-saham Ini Jadi Pendorongnya
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/4/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Suara.com - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terapresiasi pada perdagangan pembukaan Rabu (23/4). IHSG dibuka menguat di level 6.589

Mengutip data RTI Business, hingga pukul 09.07 WIB, IHSG terus menguat dengan naik 65,20 poin atau naik 1 persen menuju ke level 6.603.

Pada perdagangan hari ini, sebanyak 1,89 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp1,38 triliun, serta frekuensi sebanyak 114,5 ribu kali.

Dalam perdagangan hari, sebanyak 313 saham bergerak naik, sedangkan 126 saham mengalami penurunan, dan 167 saham tidak mengalami pergerakan.

Di perdagangan hari ini, beberapa saham yang mengalami kenaikan sebagai penggerak IHSG diantaranya, INDY, MINA, CSRA, FORE, PANI, CBDK, PGAS, PTRO, OASA, CUAN, RAJA.

Sementara, saham-saham yang alami jeblok pada perdagangan hari ini diantaranya, TGUK, ARCI, NETV, PSAB, VKTR, TOBA, ANTM, MEJA, FMII, CITY, NINE.

Proyeksi Hari Ini

IHSG) diproyeksikan bisa kembali melanjutkan penguatannya pada perdagangan Rabu (23/4/2025).

Analis dari Phintraco Sekuritas, Valdy K menyebut, IHSG tutup di atas resistance level 6.500 pada Selasa (22/4). Secara teknikal, penguatan ini mendorong pelebaran positive slope pada MACD, meski Stochastic RSI berada pada overbought area (22/4).

Baca Juga: IHSG Berpeluang Terus Bertahan di Zona Hijau, Ini Saham-saham yang Bisa Dicermati

"Saham-saham energi dan emas menjadi penggerak utama IHSG. IHSG diperkirakan uji level 6.550-6.600 di Rabu (23/4)," ujarnya dalam riset yang dikutip, Rabu (23/4/2025).

Menurut Valdy, banyak faktor yang membuat IHSG kembali terapresiasi. Misalnya, kondisi ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dengan negara lain, khususnya China.

Namun, Indeks-indeks Wall Street catatkan rebound lebih dari 2,5 persen di Selasa (22/4), menutup pelemahan pada Senin (21/4). Technical rebound tersebut didorong oleh pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent bahwa de-eskalasi perang tarif (perang dagang) antara AS dengan Tiongkok akan terjadi dalam waktu dekat.

Tarif impor luar biasa tinggi yang diterapkan oleh masing-masing negara diperkirakan tidak akan bertahan lama. Pasar menilai bahwa melalui pernyataan tersebut AS dinilai mendorong negosiasi antara AS dengan Tiongkok.

Pernyataan Bessent tersebut memicu pullback harga emas sebesar 0.17 persen ke USD3,419/troy ounce di Selasa (22/4). Sementara obligasi 10 tahun masih tertahan di kisaran 4,5 persen menantikan perkembangan isu perang dagang dan politik dalam negeri AS.

"Isu politik dimaksud adalah peningkatan ketegangan hubungan Presiden AS, Donald Trump dengan Kepala the Fed, Jerome Powell dalam sepekan terakhir. Ketegangan ini membangun rumor pemecatan Powell sebagai Kepala the Fed, hingga petinggi-petinggi the Fed lainnya. Hal ini dikhawatirkan mengganggu independensi the Fed dalam menetapkan kebijakan moneter," kata Valdy.

Dia menambahkan, dari pasar komoditas, harga minyak menguat hampir 2 persen menyusul serangkaian sanksi baru untuk Iran.

Valdy mengatakan, ekspektasi berlanjutnya rebound harga minyak dan batubara serta ekspektasi dividen dengan yield besar pada saham-saham energi tersebut.

Dengan koreksi harga emas yang masih, penguatan harga gold-related stocks mungkin lebih terbatas (23/4). Sementara isu dividen dan ekspektasi pemulihan permintaan masih akan menopang penguatan harga saham-saham energi.

Sementara, Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman mengatakan, dari sisi Bursa saham Asia-Pasifik beragam pada Selasa (22/4), di tengah pelemahan pada Wall Street setelah Presiden AS Donald Trump kembali melancarkan tekanan terhadap Ketua The Fed Jerome Powell.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 turun 0,17 persen sedangkan Topix menguat 0,13 persen. Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,07 persen, sedangkan indeks Kosdaq naik 0,09 persen.

Kemudian, indeks S&P/ASX 200 Australian turun tipis 0,03 persen, Hang Seng Hong Kong naik 0,40 persen, Taiex Taiwan melemah 1,64 persen, CSI 300 China turun tipis 0,02 persen.

Di domestik, BPS melaporkan pada Maret 2025 neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar USD 4,33 miliar atau naik sebesar USD 1,23 miliar secara bulanan.

Fanny menuturkan, meski IHSG kemarin ditutup naik 1,43 persen, disertai dengan aksi jual asing Rp176 Miliar. Saham yang paling banyak dibeli asing adalah BBCA, ANTM, BMRI, PANI dan BRIS.

"IHSG hari ini potensi bergerak sideways menunggu keputusan BI Rate hari ini," kata dia dalam risetnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI