Indonesia Incar Pasar Ekspor BRICS di Tengah Dinamika Perdagangan Global

Jum'at, 25 April 2025 | 16:21 WIB
Indonesia Incar Pasar Ekspor BRICS di Tengah Dinamika Perdagangan Global
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto menepis isu mundur dari kabinet Prabowo. (Suara.com/Novian)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Indonesia menunjukkan langkah proaktif dan strategis dalam menghadapi dinamika perdagangan global yang terus berubah.

Terbaru, fokus pemerintah tertuju pada perluasan jangkauan pasar ekspor dengan membidik negara-negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) serta negara-negara yang tergabung dalam Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership/CPTPP).

Langkah ini secara eksplisit disebutkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebagai respons cerdas terhadap potensi dampak kebijakan tarif resiprokal yang mungkin diterapkan oleh Amerika Serikat.

"Keanggotaan Indonesia yang baru dalam kelompok BRICS membuka peluang pasar yang signifikan di negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konfrensi pers daring, Jumat (25/4/2025).

BRICS, sebagai kekuatan ekonomi kolektif, menawarkan alternatif pasar yang besar dan beragam, mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional. Aksesi Indonesia dalam CPTPP juga menjadi tonggak penting dalam upaya diversifikasi pasar ekspor.

CPTPP, dengan anggotanya yang tersebar di kawasan Asia-Pasifik dan Amerika, termasuk negara-negara maju seperti Inggris dan Kanada, serta negara-negara dengan potensi pertumbuhan tinggi seperti Meksiko, membuka pintu bagi produk-produk Indonesia untuk bersaing di pasar yang lebih luas dan dengan tarif yang lebih rendah.

Lebih lanjut, Menko Airlangga menyoroti bahwa perluasan pasar ini berjalan seiring dengan upaya aktif pemerintah dalam menyelesaikan sejumlah perjanjian dagang strategis lainnya. Salah satu yang menjadi prioritas adalah Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia - Uni Eropa (IEU-CEPA). Proses negosiasi IEU-CEPA yang sempat berjalan lambat kini menunjukkan perkembangan positif.

Komunikasi intensif dengan Komisioner Uni Eropa menunjukkan adanya keterbukaan dan keinginan yang kuat dari pihak Uni Eropa untuk segera menyelesaikan perjanjian ini. Penyelesaian IEU-CEPA akan memberikan akses preferensial bagi produk Indonesia ke pasar Uni Eropa yang besar dan memiliki standar kualitas yang tinggi, sekaligus menarik investasi dari kawasan tersebut.

Penegasan Menko Airlangga mengenai perluasan pasar ke negara-negara BRICS, CPTPP, dan Uni Eropa sebagai bagian dari strategi jangka panjang pemerintah sangat krusial. Langkah ini bukan hanya sekadar respons reaktif terhadap potensi tekanan tarif dari AS, tetapi merupakan visi yang lebih luas untuk memperkuat daya saing ekspor nasional di kancah global.

Baca Juga: RI Tegaskan Pintu Terbuka Lebar untuk Mastercard & Visa, Bantah Batasi Persaingan Sistem Pembayaran

Dengan memiliki diversifikasi pasar yang kuat, Indonesia akan lebih tahan terhadap gejolak ekonomi di satu negara atau kawasan tertentu. Ketergantungan yang berlebihan pada satu pasar dapat menjadi risiko besar, terutama dalam situasi geopolitik dan ekonomi yang dinamis seperti saat ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI